Part 1

419 42 5
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar kesepenjuru ruangan bercat merah muda dengan hiasan hello kitty yang mengelilinginya. Si pemilik terusik hingga terbangun dari mimpinya, merapikan hijab dan membuka pintu itu yang dilakukannya.

Terlihat gadis berbehel yang ada didepan pintu, dengan senyuman manis diwajahnya. Yulya Furnama, gadis yang berprofesi sebagai pathner kerjanya terlihat formal hari ini. Sepertinya ia tidak akan ikut inframe nantinya.

"Apa?" Yulya berdecak.

'Udah jam subuh begini, masih nanya apa? Bukannya sholat!! Huuh! Sebel deh punya bos yang beginian!'

Gumam Yulya dengan kesal, bosnya ini sangatlah pelupa. Baik itu waktu, pekerjaan, makan, semua nya lupa. Bahkan ia sering lupa dimana meletakkan iphone gajahnya!

"Udah jam subuh Cis, sholat gitu kek"

Ricis mengangguk. "Gitu doang?" Yulya menepuk pelan kening nya.

'Sabar Yul.. sabar, inget! Dia ini atasan lu, jangan macem macem'

Gumam Yulya kembali yang penuh dengan kesabaran.

"Iya gitu doang, jan lupa sholat"

"Gue gak sholat"

'Shit! Ngomong gitu kek dari tadi, kalo gini kan gue nunggu yang gak pasti!"

"Yul.. jangan bengong lho, masih pagi" Yulya tersadar dari lamunannya.

"Eemm yaudah gue kebawah ya Cis" Ricis mengangguk dan menutup kembali pintu kamarnya.

Yulya turun dengan wajah kesalnya, meletakkan tangan dibawah dada di iringi hentakan kaki membuat Ahmad Zulfa dan Aris Jiannarta kebingungan.

Yulya duduk disofa dan memainkan ponselnya, sesekali ia berdialog sendiri dengan nada yang terdengar kesal. Ahmad dan Aris mendekatinya, mana tahu bisa mengobati rasa kesal dipagi hari? Secara pun, keduanya selalu membuat tingkah yang membuat perut seakan digelitik terus menerus.

"Napa Yul? Suntuk amat tuh muka" Yulya tak mengubris pertanyaan Ahmad, ia lebih memilih memainkan ponselnya kembali.

"Pms lu ya?" Yulya menggeleng.

"Lah jadi??" Tanya Ahmad dan Aris yang hampir serempak. Membuat Yulya semakin kesal dan memilih keluar rumah sekedar menghirup udara pagi.

"Et dah, main keluar aja tuh anak. Kaga tau ape, kalo corona masih meraja di luar sana?" Dumel Aris lalu berjalan kearah dapur di ikuti Ahmad yang terkekeh pelan.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam, lho pagi bener nyampenya" Gadis yang ada di hadapan Wildan menyengir layaknya seekor kuda.

"Hehe kalo kesiangan, ntar telat lagi berangkatnya" Ujar gadis bernama Putri Salshabila, salah satu gadis yang juga dihujat oleh netizen dan fanbase wilcis.

Keduanya sudah mengenal lama, bahkan sebelum Wildan menjadi editor di Ricis Official. Namun publik menyangkal hal itu, netizen di luar sana beranggapan bahwa Putri adalah gadis yang tidak baik dan hanya ingin harta yang Wildan miliki. Namun Wildan tak terima hal itu, mau bagaimana pun juga, Putri adalah salah seorang dari penyemangatnya disaat saat kejadian beberapa minggu lalu.

"Gue ke rumah Ricis dulu ya Put, bilangin sama bang Diko dan bang Pitak" Izin Wildan sambil menghidupkan mesin motor kesayangannya.

"Lho, masih pagi bang... masa iya pagi pagi begini mau kerumah kak Ricis"

"Kalo siang kerumahnya, berarti kita gak jadi pergi kerumah nenek gue dong" Putri mengangguk anggukan kepalanya.

"Emang abang mau ngapain?"

"Cuman mau ngambil jaket doang, baru inget ternyata masih dirumah Ricis"

"Owh, okedeh!! Gue nitip ciki ya bang" Wildan mengangguk lalu menjalankan mesin motornya.

"Assalamualaikum!" Ucap Wildan saat sudah sedikit menjauh dari perkarangan rumahnya.

"Waalaikumussalam" Lirih Putri lalu masuk kedalam rumah yang tak kalah luas namun nyaman jika di tempati.

Dilihatnya Diko dan Pitak masih tertidur pulas disofa. Mungkin mereka tertidur saat bermain FIFA, pikir putri. Lalu mengambil bantal sofa dan melemparkannya kearah Diko.

"Bang bangun, Astaghfirullah sholat bang! Udah jam lima lewat" Diko yang merasa tubuhnya diguncang oleh sesuatu langsung terbangun dari alam mimpinya.

"Lah? Neng Putri? Kok udah sampe aja?" Putri meletakkan bantal sofa ketempat semula.

"Jangan banyak tanya deh bang, mending abang sholat dari pada di azab sama Allah!" Ancam Putri, membuat Diko bergidik ngeri dan langsung membangunkan Pitak lalu menuju kamar mandi. Meninggalkan Putri yang terkekeh pelan.

"Bentar gue tanya Yuyun dulu" Wildan mengangguk saat Aris melenggang pergi. Dan Ahmad menghampirinya.

"Apa kabar bro?" Salam Ahmad sambil bertos ria dengan Wildan.

"Alhamdulillah baik, gimana Ricis Official? Masih lancar kan?" Ahmad mengangguk dan mempersilahkan Wildan masuk.

Sudah satu bulan lamanya Wildan meninggalkan tempat ini. Tempat dimana ia bertemu dengan orang orang baik dan pengalaman yang menarik. Dilihatnya gadis yang sempat ia cintai turun dari tangga dengan wajah bantalnya.

"Paan?" Tanya Ricis ketus. Salah Wildan juga sih datangnya pagi pagi, kan jadi terganggu tidurnya tuan putri.

"Jaket gue ketinggalan, ada yang liat gak?" Ricis nampak berfikir begitu juga dengan Aris dan Ahmad.

"Kemaren itu disimpen sama Yulya sih, tapi gatau diletak dimana" Sahut Aris yang mengigatnya.

"Terus Yulya mana?" Ketiganya hanya menganggkat bahu pertanda tak tahu.

"Yaudah deh, gue pergi dulu ya"

"Lho Dan, cepet amat.. gak mau main dulu atau apa dulu gitu kek?" Cegah Aris, ia mengerti jika Ricis ingin Wildan lebih lama disini. Seolah ini adalah sebuah kesempatan yang harus dimanfaatkan.

"Nggak deh bang, gue mau pergi kerumah nenek gue yang di kuningan"

"Yha.. gak asik lu Dan, tanding FIFA dulu kek" Wildan semakin berat hati meninggalkan tempat ini, tetapi... yasudah lah. Setidaknya hari ini ia bisa menghabiskan waktu dengan orang orang yang ia sayang, terutama gadis itu yang sedang menatapnya sendu.

"Oke kita tanding"

Hey gesss...
Gimana ceritanya:")
Seru? Bosenin? Gak nyambung? Komen dibawah!
Jan lupa vote and share jugak;)

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang