Part 8

208 37 7
                                    

Keadaan Indonesia sudah memasuki new normal, membuat orang orang bersemangat untuk keluar dari masa masa quarantine. Rasa senang dan bahagia juga menyelimuti Ricis dan tim, malam ini mereka akan pergi ke mall untuk pertama kali dan terbebas dari penjajahan virus covid-19.

"Buruan gess, gue gak sabar!" Ucap Chacha antusias seperti orang orang yang tak pernah keluar rumah sekali pun.

"Sabar Cha, gue ngambil kamera dulu" Ujar Andes kembali masuk kedalam rumah.

"Pake masker dulu Cha" Tegur Ricis mengingatkan.

"Iya iya... eh! Btw, baju kita warnanya couple banget.. ya gak?"

"Eh iya! Padahal kita gak janjian!" Ujar Ricis antusias.

"Jangan jangan kita..."

"Gue harap kalian normal" Sahut Tika jengah melihat temannya yang mungkin sudah tak waras karena terlalu senang untuk pergi ke mall setelah berbulan bulan menjalani quarantine.

"Lu pikir gue apaan? Jangan macem macem lu ya! Gue tampol nih pake tas channel gue" Ancam Ricis, membuat temannya malah senang.

"Tampol aja Cis, gapapa! Tapi kalo ketangkep, untuk gue ya"

"Enak aja lu! Pemberian seseorang harus dihargai dan dijaga"

"Cieeee masih inget sama yang disana" Celetuk Chacha lalu tertawa.

"Bukan inget Cha, tetapi setidaknya bisa menghargai pemberian orang lain. Apalagi barangnya bikin ginjal lari, hahaha" Ralat Aris membenarkan tapi malah berakhir dengan kekehan.

"Busett, ginjal lari? Se mahal apa tuh harga tas nya?" Tanya Ahmad tak percaya.

"Emang ginjal bisa lari ya?" Polos Verry bertanya.

"Yaelah, itukan istilahnya doang Ver" Jawab Yulya.

"Mahal deh pokoknya, udah yuk jalan keburu tengah malem lagi" Lanjut Ricis masuk kedalam mobil.

Buku se(n)iman yang sudah tiga ribu lebih terjual habis membuat Wildan sangat bersyukur. Tak menyangka bila akan habis dalam jangka dua hari, terniat pula untuk mentraktir teman temannya malam ini.

"Ngemall kuy!" Ajak Wildan membuat Diko dan Pitak yang sedang ngobrol tersentak.

"Emang udah boleh?"

"Udah bang, kan udah new normal tapi jangan lupa pake masker bang"

"Putri diajak gak?" Tanya Diko

"Kalo mau di ajak, ya gapapa sih"

"Telfon El, suruh kesini... bilang, gak baik ngambek lama lama. Masa iya sih ngambek cuman di ancem ntar di nikahin, hahaha"

"Cewek jaman sekarang mah baperan Dik" Ujar Pitak geleng geleng kepala.

"Abang aja deh yang telfon" Pinta Wildan lalu memasuki kamarnya yang ada dilantai atas

"Oke siip, neng cantik... i'm coming"

Plakk

Satu pukulan mendarat mulus di tubuh  bongsor milik Diko, tapi malah Pitak yang kesakitan. Salah Pitak juga sih, badan bongsor malah di pukul. Kan Pitak yang kena imbasnya, karma ternyata bisa berlaku ditempat juga ya!

Diko? Pria bertubuh bongsor itu malah asyik ngobrol santuy di telfon. Terkadang cengar cengir dan tertawa seperti orang yang tak waras. Ingin sekali Pitak memukulnya kembali, tapi apalah daya... cungkring tak akan menang bila di adu dengan si bongsor.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang