Part 2

287 49 15
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tiga siang dan Wildan benar benar lupa dengan rencananya yang akan pergi ke kuningan. Ia terlalu menikmati waktu bersama tim Ricis dan beberapa teman Ricis yang juga datang, ia rindu suasana ini.

"Meliza Chacha!! Balikin hp gue, gue mau tik tok-an!!" Teriak Tikazheni yang terus terusan mengejar Chacha.

"Diem!! Gue sleding lu pada!!" Chacha dan Tika tak mengubris ancaman Andes Syahputra yang sedang bermain FIFA dengan Wildan.

"Ges ngonten yuk!" Wildan menjatuhkan stik nya dan menoleh kesumber suara.

"Jangan ngonten, plese... gue gak mau jadi bahan perbincangan publik. Apalagi wilcis"

"Yah... gak seru dong, ini kan kesempatan biar wilcis semakin semangat untuk liat konten kalian" Ujar Chacha mendapat gelengan dari Wildan.

"Nggak Cha, para haters gue sama Ricis belum berenti ngehujat. Gue gak mau ada konten hari ini, dan jangan ada yang igs-in gue" Semua mengangguk, dan selama berjam jam pula warga rumah Ricis tak melakukan igs. Membuat para fanbase menjadi kebingungan. Apa yang terjadi? Itulah yang dipikiran.

Drrrttt drtrrtt

Suara ponsel berbunyi mengusik ketenangan Ricis dan yang lainnya saat menonton film, dicarinya sumber suara dan ternyata berasal dari ponsel Wildan. Dan tertera nama Putri disana, dengan emoji wajah meledek dan hiasan bintang disebelahnya.

Semua saling melirik satu sama lain, mencari keberadaan Wildan yang ternyata masih di toilet. Bingung harus dijawab atau tidak, ponsel itu terus bergetar tapi si pemilik tak kunjung keluar. Dengan terpaksa mereka menjawab telfon dan mengeraskan suaranya.

"Assalamualaikum bang Wil yang paling tampan sedunia tapi boong. Kemana aja bang? Pada nungguin nih, katanya mau ke kuningan. Eh elu nya gak pulang pulang, di cap bang toyib lu ntar sama bang Diko dan bang Pitak. Ciki gue gak ketinggalan kan bang? Halo bang... bang Wil.. bang iel!! Kalo misalnya gak jadi, Putri pulang dulu ya bang, mama sendirian dirumah. Oke bang, diem mulu bang... yaudah deh kalo gak dijawab, Assalamualaikum, Putri pamittt"

Tuuttt tuuuttutt

Sambungan terputus menyisakan keheningan diruangan. Gadis disebrang sana tidak memberi kesempatan kepada Ricis dan yang lainnya untuk berbicara, sungguh cerewet dan menggemaskan. Ingin sekali rasanya untuk mencubit ginjal gadis yang ada disebrang sana.

Ricis meletakkan ponsel Wildan ditempat semula, tanpa mereka sadari ternyata Wildan sudah keluar dari toilet dan berdiri mematung tanpa pergerakan sedikit pun.

"Siapa yang telfon?" Tanya Wildan berjalan mendekat.

Ricis menghela nafas. "Putri" Jawabnya singkat, Wildan hanya ber-oh ria dan mengambil ponselnya.

Tampak ia sedang menelfon kembali gadis yang sama, membuat Ricis dan yang lainnya kepo tingkat dewa. Mereka mendengarkan apa yang Wildan bicarakan dengan gadis yang disebrang sana.

"Iya iya, abang minta maaf.. kan sekali kali abang full team"

"Iya Putri tau bang, tapi kasian noh bang Diko sama bang Pitak udah siapan dari tadi. Putri juga mau pulang"

"Yaudah iya, kan udah minta maaf tadi. Udah ya, ntar abang beliin seblak dah.. terus ke kuningannya besok ya"

"Gausah bang, Putri udah jalan pulang kok... seblak nya untuk bang Diko aja, kasian laper katanya"

"Okedeh, hati hati di jalan... Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Wildan mematikan panggilan, dan saat berbalik badan ia keheranan karena yang lain menatapnya penuh selidik layaknya seorang pencuri.

"Putri siapa Dan?" Tanya Verry

"Temen biasa, kita kenal juga udah lama" Jawab Wildan santai lalu mengambil helmnya.

"Gue pulang ya gess, kasian orang rumah nungguin. By the way jaket gue mana Yul?" Lanjut Wildan lalu menanyakan jaketnya kepada Yulya.

"Bentar gue ambilin" Wildan tersenyum dan mengangguk. Lalu pandangannya tersorot kepada Ricis yang menatapnya sendu.

Didekatkan mulutnya ketelinga Ricis sambil berbisik. "Aku akan berjuang" Ricis mengangguk perlahan setelah Wildan selesai berbisik padanya. Jantungnya berpacu dengan cepat karena jarak wajahnya dengan wajah Wildan sangat lah dekat.

"Nih Dan, jaket elu" Wildan meraih jaket army-nya lalu mengunakannya.

"Gue pamit gess, Assalamualaikum" Semua menjawab setelah Wildan melenggang pergi keluar rumah.

Suara motor yang perlahan menghilang menandakan bahwa Wildan sudah menjauh dari perkarangan.

"Cis lu hutang penjelasan sama kita" Ricis mendelik mendengar ucapan Chacha barusan.

"Pe-penjelasan apa?" Tanya Ricis gugup, sungguh tatapan horor kini telah mengelilinginya.

"Apa yang Wildan bisikin ke elu?"

Wildan telah sampai di rumahnya, tepat di jam tujuh malam. Rumahnya sepi dan hampa seperti tidak ada orang didalamnya. Langkahnya yang menuju lantai atas sungguh dikejutkan dengan kemunculan dua orang yang lebih tua darinya.

"Dari mana aja El?" Tanya Pitak, mungkin malam ini adalah malam yang sangat panjang bagi Wildan. Apalagi kalo dikasih pertanyaan yang begini, berasa QnA sama netizen jadinya.

"Dari rumah Ricis bang"

"Kok lama?" Sambar Diko

Wildan menggaruk tekuknya. "Full team tadi bang" keduanya mengangguk.

"Tadi Putri pulang, dan besok bakal balik tapi agak telat katanya" Wildan mengangguk mendengar ucapan Diko.

"Sholat sana gih, terus tidurnya jangan kelamaan, gak baik untuk kesehatan" Wildan kembali mengangguk lalu memasuki kamarnya.

Berantakan, satu kata yang cocok untuk di ungkapkan. Seandainya ia sudah beristri pasti ketika pulang malam begini kamarnya sudah rapih dan bersih. Tapi sudah lah, jika Allah masih ingin dirinya jomblo? Apa boleh buat? Toh ini semua sudah takdir.

Diambilnya air Wudhu dan dilaksanakannya kewajiban sebagai umat islam.

"Masya Allah... nikmat tuhan yang manakah yang kau dustakan" Ucapnya ketika tubuhnya sudah merebah dikasur yang nyaman nan empuk.

Tulangnya bagaikan kerupuk yang sangat rapuh hingga suaranya menggema diruangan kamarnya. Ini masih pukul delapan lewat, karena bosan ia memutuskan untuk melakukan siaran langsung. Tapi di urungkan niatnya, setelah menyadari semua personil tim Ricis tidak melakukan igs hari ini. Bisa diserbu ribuan pertanyaaan sama netizen jadinya.

Ditarik selimutnya dan ditutup kedua matanya. Alam mimpi mulai menyambutnya, hawa dingin karena AC membuatnya semakin menarik selimut hingga menutupi lehernya. Tak butuh waktu lama, ia sudah tertidur pulas bak anak kecil yang kelelahan.

Hey gess...
How are you? Ku harap kalian baik baik saja:)

Cukup disini ceritanya
Maaf bila ada salah kata
Jangan lupa tekan votenya
Agar aku makin semangat nulisnya:)

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang