Part 4

233 43 2
                                    

"Antara berjuang untuk bersama dan berjuang untuk saling melupakan"

"Gue bisa gila kalo begini terus Yul" Kutuk Ricis yang masih memikirkan bisikan Wildan dikala itu.

Masih dikamar dan hanya berdua sambil bertukar cerita. Yulya dan Ricis sudah berteman sejak masuk dunia perkuliahan, keduanya mengambil jurusan yang sama. Namun karena Ricis lebih memilih pekerjaan, maka hanya Yulya yang lebih dulu mencapai kelulusan.

"Yaudah gak usah dipikirin Cis, udah lah! Jodoh Allah yang ngatur" Ricis menggeleng, ntah apa yang ada dipikirannya.

"Dia ngomongnya tuh lirih banget, tapi penuh penekanan. Gue antara seneng sama nggak, masalahnya dia cuman bilang aku akan berjuang. So, dia itu berjuang untuk apa?"

"Untuk dapetin restu?" Ricis menggeleng.

"Enggak Yul, papah bilang udah stop jangan ada lagi... dan gak mungkin Wildan bisa ngelawan, apalagi gue"

"Mungkin yang dimaksud Wildan adalah berjuang untuk melupakan" Lirih Yulya membuat setetes air keluar dari mata indah Ricis.

"Kalo emang itu yang dia mau, oke fiks gue bakal move on" Tekan Ricis lalu mengapus air matanya, Yulya menggeleng.

"Itu permikiran gue Cis, jangan langsung ambil kesimpulan. Kalian udah berjuang sama sama, masa iya mau berhenti ditengah tengah? Ayolah jangan pesimis"

"Udah takdir Yul, kalo emang nanti gue dijodohkan... gue bakal terima" Yulya menarik nafas dan membuangnya dengan kasar, ia tak suka jika masalah seperti ini bisa membuat pasrah teman sekaligus bosnya.

"Kenapa gitu?" Pelan Yulya berbicara, ia menatap Ricis dengan sendu.

"Papa sama ibu udah berumur, dan kalo emang mereka nemuin lelaki yang pantas untuk gue... gue bakal terima"

"Jadi Wildan gi-"

"Ssttt udah jangan bahas itu lagi" Yulya mengangguk lali dengan refleks ia memeluk Ricis.

"Strong woman!!" Bisik Yulya

Kawasan kuningan yang masih asri sangat memanjakan indra penglihatan. Air sungai yang tenang, mengalir dengan lambat mengikuti arah jalurnya. Sekelompok anak anak dengan riang bermain disana, percikan air mulai membasahi wajah dan kain yang menutupi tubuh mungil mereka.

"Ieeeeeeelll!!!!! Ayok nyebur, seger lho!" Wildan segera berlari dimana Pitak berada. Dengan cepat pula, anak anak yang disana menyerang Wildan dengan air yang membasahi tubuhnya.

"Gila gess, gue diserbu sama netizen bocil! Hahahahaah" Diko yang mendengarnya langsung tertawa renyah.

Dengan cepat Putri mengambil kamera dan memotret Wildan yang diserbu oleh serangan air dari anak anak yang disana. Beberapa gambar sudah diambil yang mungkin diantaranya akan menjadi dokumentasi agar bisa terkenang di memori.

"Puttt!!!!!" Panggil Wildan membuat Putri yang sedang memandang gambar yang baru saja ia ambil terkejut bukan main.

"Astaga bang, elu kalo manggil jangan teriak teriak dong! Kuping Putri masih berfungsi!" Wildan hanya menyengir dan mendekati Putri dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup sambil mengibas ngibas rambur ikalnya yang turut basah.

"Pegangin tas gue gih" Pinta Wildan sambil menunjukkan tas Gucci yang didekat bebatuan besar.

Putri mengangguk. "Abis itu kita foto bareng ya" Wildan tersenyum lalu melanjutkan acara jebar jeburnya dengan Diko dan Pitak serta anak anak yang lainnya.

Tas Gucci sudah berada ditangan Putri, ia tak berniat untuk ikut mandi. Jadi diputuskan ia hanya berbincang dengan Lastri yang merupakan sahabatnya dari dulu hingga kini.

Ayunan menjadi salah satu incaran mereka, tertawa dan bergembira bersama tanpa memikirkan hujatan netizen diluar sana. Toh, kalau diurusin juga ga bakal ada habisnya.

"Yok Put, foto bareng!" Putri mengangguk dan turun dari ayunan.

"Ganti baju dulu sana, ntar masuk angin kan kasian fanbase abang jadi khawatir"

"Iya cereweeeettt, HAHAHA" Saat Putri ingin memukul pundak Wildan, dengan cepat pula Wildan mengelak dan langsung masuk kedalam ruang ganti.

"Ihhhhh!!!! Bang Wildan! Awas lu yaa!!" Wildan terkekeh saat mendengar teriakan Putri yang ditambah dengan hentakan kaki.

Lima belas menit berlalu, Wildan sudah selesai dengan memakai kaos dan celana selutut. Kumis tipis dan rambut ikal yang semakin lebat, memancarkan karismanya sebagai pria sejati.

Putri melongo tak kuasa melihat ketampanan Wildan, belum lagi senyum manis yang membuatnya mendadak diabetes. Hadeeeuhhh_-

"Las, fotoin kita ya?" Lastri mengangguk dan mengambil ponsel gajah milik Wildan.

"Ayo Put, melamun mulu... ngeliatin gue yaaa" Putri mendengus, pemuda ini selalu saja membuat jiwa gadisnya meronta ronta.

"Sok tau!" Ketusnya membuat Wildan terkekeh.

"Jadi ga nih?"

"Jadi lho bwang Wildaniel Alamsyah yang paling tampan sedunia tapi boonh, wleeee" Ejek Putri menjulurkan ujung lidahnya.

"Tapi suka kan?" Putri bergidik.

"Najis! Udah yuk cepetan!"

"Lah kan yang lama elu maemunah"

"Enak aja, abang juga sih yang ngajak ribut" Rajuk Putri memayunkan bibirnya.

"Allahu... iya dah iyaa! Cewek selalu bener"

"Ck, cepetan woy! Capek gue jadi nyamuk mulu, pake drama live segala lagi" Keluh Lastri langsung berjalan lebih dulu, meninggalkan Wildan dan Putri yang terkekeh karnanya.

Tiga jepretan sudah sudah selesai, dan langsung di unggah ke media sosial. Membuat netizen semakin panas dan berapi api ketika melihat kedekatan keduanya. Semakin meraja pula hujatan netizen untuk keduanya, dan tak sedikit pula yang menyukai kedekatan mereka.

Sebagian fanbase Wilcis mulai mundur perlahan lahan dan fanbase Wilput semakin menjamur keseluruh penjuru nusantara.

Dilain tempat, ada gadis yang menatap story instagram dengan sendu, pemuda yang dulu disukainya kini mulai menjauh darinya. Apakah ini yang dinamakan takdir?

Hey gesss:D

Sorry lama Up nya, lagi mlzz-,-
Mwheheh, maap yo kalo typo;)
Jan lupa vote coment and share

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang