Part 3

293 44 4
                                    

Malam berganti pagi, namun matahari belum menampakkan diri. Cuaca diluar sangat tidak mendukung, membuat gadis yang duduk didepan jendela kamar menjadi tak bersemangat mengawali harinya. Wajah bantal dan hijab instan yang ia kenakan masih belum rapih dan acak acakan.

Diambilnya air wudhu dan dilaksanakannya sholat subuh. Wajahnya terasa segar kembali seusai sholat, ia membuka jendela kamar klasiknya dan memandang awan yang sedang mengeluarkan suara guntur.

Cttaarrr!!!

Satu kilatan yang menyambar membuat dirinya ketakutan. Diambilnya selimut dan bersembunyi didalamnya.

"Putri... dek ayo turun!!"

"Gamau Mah!! Putri takuutt ada guntur"

Cleekk...

Pintu bewarna coklat terbuka, menampilkan wanita cantik terbalut baju gamis. Dimasukinya kamar bernuansa klasik itu, semua dominan terbuat dari kayu jati. Begitu pula dindingnya yang diberi walpaper bergambar kayu jati. Membuat kesan yang digambarkan terlihat sangatlah klasik nan apik, bau khas kayu jati juga tersebar kepenjuru ruang kamar.

"Dek.. turun ya, ada mama disini. Jangan takut" Putri membuka selimutnya, dilihatnya sang mama tersenyum lebar ke arahnya. Senyuman yang begitu menyejukkan baginya.

"Iya mah, nanti Putri turun" Mira, sang mama mengangguk lalu keluar dari kamar Putri.

"Ujan ya bang?" Tanya Wildan yang baru turun, kaos Visbar season tiga dan training kelabu membuat dirinya cukup rapi dan menawan hati.

"Iya El, deras pula. Neng Putri kesini naik apa?" Wildan mengangkat bahu lalu duduk disofa.

"Iel.."

Wildan berbalik saat Pitak memanggilnya. "Iya bang?" Pitak mendekat.

"Jemput Putri gih, lu tau sendirikan Putri biasanya naik motor matic-nya. Bisa bisa, kehujanan lagi"

"Tapi ba-"

"Ssttt, gak ada salahnya saling membantu... buruan gih jemput dia naik mobil elu" Wildan mengangguk dan menyambar kunci mobilnya.

Jalanan yang masih sepi mempermudah Wildan untuk melintas. Virus Covid-19 masih berkeliling ke sepenjuru nusantara, membuat para warga resah dan memutuskan untuk dirumah aja.

setelah beberapa menit akhirnya Wildan sampai ditempat tujuan. Rumah bertingkat dengan warna cream bercampur orange berdiri kokoh di depan mata. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu rumah, di ketuknya perlahan di iringi ucapan salam.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam... Putri, buka pintunya sayang!" Putri yang masih mencuci piring pun menyahut.

"Iya Mah, bentar" Putri meletakkan piring terakhir dan berlari kecil kearah pintu dengan gerutuan yang menyertainya.

'Siapa sih ujan ujan begini bertamu'

Cekleeekkk

Pintu terbuka, menampilkan sesosok pemuda yang menghadap ke belakang pintu. Style yang pemuda itu kenakan sangat tak asing bagi putri.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang