Part 7

196 27 2
                                    

"Ges, gue mau nyelesain kuliah, menurut kalian gimana?" Ucap Ricis membuka obrolan dimeja makan.

"Maksudnya apaan Yun?" Tanya Aris masih tak mengerti.

"Gue mau nyelesain skripsi gue, udah empat tahun juga tertunda. Ya, walaupun gue bakal jadi angkatan corona, setidaknya gue bisa nyelesain pendidikan gue" Aris mengangguk dan kembali menyantap sarapannya.

"Kalo kita sih, iya iya aja. Asalkan masih dalam hal positif ya kan ges?"

"Secarakan, pendidikan itu penting"

"Bener tuh!"

'Astaghfirullah, udah bang! Putri capek!'

'Gak! Ini akibatnya kalo udah ngeprank seorang iel alamsyah!'

'Astaga, gini amatt'

"Apaan tu Cha?" Kepo Ricis saat Chacha masih asik dengan ponselnya. Lebih tepatnya dengan video yang sudah menyebar dikalangan fanbase thericis.

"Video Cis, si anu kejer kejeran sama si itu"

"Apaan sih? Gak jelas banget deh lu Cha"

"Ish, ini lho! Liat aja sendiri" Chacha meletakkan ponselnya ditengah meja, dengan volume yang dikeraskan.

Awalnya masih terlihat kaget, tapi saat di ending video, semua menjadi panas. Termasuk pula Ricis, gadis yang terlihat baik baik saja kini diam diam menyimpan begitu banyak luka, ternyata hidupnya serasa seperti drama. Dimana ia akan berpura pura bahagia seperti tak terjadi apa apa.

"Mungkin dia butuh seseorang" Bijak Ricis berbicara, ia harus berpikir positif tentang semua berita yang ada.

"Atau pelampiasan?"

"Bisa jadi"

"Jangan sedih ya Yun, mungkin ada hal besar dibalik semua ini"

"Yang penting dia bahagia dengan caranya sendiri" Lanjut Ricis tak kuasa membendung air mata. Sebelum setetes air turun, dengan cepat ia mengucek matanya. Agar Tim dan temannya mengira jika ia hanya kelilipan saja.

"Aduh, bentar ya gess... mata gue perih"

"Yaudah cepet di cuci, terus dikasih obat mata" Ucap Verry perhatian, habis sudah. Semua akan mencurigainya, sifatnya yang dulu dingin perlahan mulai menghilang sejak konten tentang dia diluncurkan.

"Ver, ini beneran elu kan?" Tanya Andes tak percaya. Walaupun ia termasuk anggota baru, ia juga tahu bagaiman sifat Verry sebelumnya.

"Yaiyalah ini gue, masa si maemunah" Canda Verry membuat semua tertawa.

"Bisa aja lu kang somay" Celetuk Yulya mendapat lemparan tisu dari Verry.

"Udah ah, jan dipikirin! Yuk ngonten!"

"Yuuuuuukkkk!!"

Putri sendiri dirumah. Setelah kejadian pagi tadi, ia memutuskan untuk pulang saja karena tak sanggup menetralisir denyut jantungnya yang berpacu layaknya musik rock yang di putar.

Para haters masih memata matai gerak geriknya, terlebih lagi saat insta story itu di unggah. Semua akun sosial miliknya menjadi incaran dunia jagat maya. Beruntung akun instagram masih di privasi, kalau tidak... kolom komentar pasti akan penuh dengan hujatan haters.

Ia ingin hidup tenang tanpa adanya beban, tapi hujatan haters terlalu menusuk baginya. Masalah ini akan selesai, jika ia dan Wildan tidak lagi bersama ataupun berdekatan walau hanya beberapa meter saja. Ia ingin mengakhiri kesalah pahaman ini, keluar dari zona merah mungkin akan membuat dirinya merasa jauh lebih baik.

Sungguh ia tak berniat untuk merebut Wildan dari gadis manis yang disana, dirinya hanyalah obat sementara. Ia hanya ingin Wildan bahagia dan keluar dari hal yang membuatnya depresi, itu saja tidak lebih. Tapi, dunia maya terlalu cepat mengambil kesimpulan. Sudah lah, tak ada gunanya untuk di ungkit atau diceritakan kembali. Toh, ini semua sudah terjadi.

"Takdir.. oh takdir" Lirih Putri dalam lamunannya.

"Apa gue harus pergi dari kehidupan bang Iel? Tapi gimana sama perasaan gue? Tapi gue juga ga mau gini terus, di incar sana di incar sini... di hujat sana di hujat sini, salah gue apa?!"

"Gue cuman berusaha jadi obat untuk bang Iel, gue cuman mau liat dia bahagia! Tapi kenapa media berkata lain?"

"Jangan ngomong gitu Put"

Putri menoleh. "Lastri?"

"Jangan pesimis cuman gegara hujatan netijen, mereka itu ngetik cuman make jari tapi gak make akal" Cibir Lastri tak suka dengan netizen masa kini yang selalu mengetik tapi tak pernah berpikir apik.

"Hish! Salah gue juga sih, ngapain gue deket deket bang Iel" Putri sadar diri akan derajatnya sekarang ini, hanya berstatus teman tapi kenapa harus saling berdekatan? Toh, Wildan hanya seorang teman. INGAT! HANYA TEMAN!

"Udah laa Put, biar waktu yang ngejawab. Sekarang ini, lo harus optimis. Oke!" Putri mengangguk, tapi masih ada kegundahan di hatinya. Apakah ia mulai menyukai seorang Wildaniel Alamsyah? Ntahlah, takdir terlalu mempermainkannya.

Pendek gapapa la ya:))))))
Maap kalo typo bertebaran.

Jan lupa vote coment share.
I love youuuuuu, muach:P

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang