Bocah kecil dengan piyama biru gelap bermotif bintang turun dari tempat tidur. Meninggalkan ibunya yang telah terlalep bersama selimut yang menyelebunginya.
Jam beker di atas menunjukan pukul 2 dini hari.
Kaki kecil yang sudah terpasang sandal berbulu yang sama dengan ibunya itu dia berjalan menekan tuas pintu dengan sedikit berjinjit dan keluar dari kamar setelah menutupnya kembali.
Dia lapar.
Dia sudah makan tadi tapi entah mengapa dia perutnya keroncongan minta di isi lagi.
Dia makan malam bersama ayahnya yang terus mengawasi dirinya dari seberang tempat duduknya hingga dia ketakutan dan bersembunyi di balik lengan sembaro mengintip di bawah lengan ibunya yang duduk di sebelahnya. Ibunya langsung melemparkan tatapan mengancam dan menegur ayahnya sinis untuk menggunakan matanya untuk yang lain dan bahkan tidak segan segan mengusir ayahnya dari meja makan kalau ayahnya masih memandanginya seperti itu. Ayahnya lalu mengingatkan ibunya kalau apartemen ini miliknya jadi seharusnya mereka pergi enyah dari pandangannya. Ibunya biasanya akan nampak sedih kalau mulut pedas ayahnya sudah beraksi. Tapi tadi malam ibunya terlihat cuek dan memintanya untuk melanjutkan makannya dan menganggap ayahnya tidak ada. Dia yang masih sangat takut lalu diyakinkan oleh ibunya kalau ayahnya tidak bisa menyakitinya selama masih ada ibu di dekatnya dia yang tidak berani mengangkat sendok lalu melihat ibunya memelototi ayahnya sambil menyuapinya. Dan saat dia tidak tidak juga membuka mulutnya --karena takut pada tatapan sang ayah-- ibunya akan menenangkannya dengan berkata 'tidak apa - apa, jangan pedulikan Papamu' baru dia membuka mulutnya walau ragu ragu dengan sesekali melirik ayahnya takut takut.
Tangan kecilnya membuka kulkas yang dua kali lipat lebih tinggi dari dirinya. Hawa dingin menerpa tubuh Sidney.
Di dalam hanya ada sayur, daging, tomat, cabai, bawang bombay, jus kemasan dan 12 telur yang tertata rapi di bagian atas. Ibunya sepertinya belum berbelanja, biasanya kulkas akan terisi penuh tapi ini hanya beberapa tempat yang terisi. Dia menutup lemari pendingin.
Dia ingin sekali membangunkan ibunya untuk membuatkan dia makanan, tapi dua bulan yang lalu minggu ketika terbangun --karena merasa lapar-- dan tidak sengaja menemukan ayahnya di dapur sedang menenggak air putih. Dia mengkeret ketakutan dan saat itu ayahnya menanyakan alasannya datang ke dapur, dia yang saat itu hany bisa menunduk dan meremas ujung piyama menjawab kalau dia lapar dan ingin makan. Ayahnya sangat mengintimidasinya dan tak berani mengangkat kepalanya bahkan saat ayahnya berujar 'kalau sebagai anak laki laki harus belajar mandiri, akan ada saat di mana ibumu lupa membeli bahan makanan hingga persediaan stok makanan di kulkas hampir habis, saat itu ketika kau terbangun lagi jangan merepotkan siapapun hanya untuk mengurusimu termasuk membangunkan ibumu'
Dia hanya mengangguk angguk takut mengiyakan perintah ayahnya.
Saat itu kulkas masih di penuhi cemilan, eskrim dan makanan ringan untuknya hingga dia mengambil beberapa cemilan untuk dia bawa dan dia makan di kamar. Tapi sekarang semua hampir habis dia ingat seminggu yang lalu saat dia membantu ibunya di dapur dia melihat ibunya membuka kabinet atas untuk mengambil pasta dan ada banyak sekali mie instan tersusun di atas. Jadi sepertinya dia akan mencoba membuat mie instan itu. Dia sesekali melihat ibunya memakan mie instan untuk dia masak bersama dirinya saat ayahnya tidak ada dan dia juga sering memerhatikan ketika memasak. Dan baginya yang mudah sekarang adalah kalau tidak menggoreng telur, ya merebus mie instan.
Jadi tidak ada salahnya kalau dia mencoba membuat mie rebus untuk mengenyangkan perut.
Deritan kursi terdengar kala menyeret kuris tinggi dari balik meja bar.
Dia berhenti di dekat meja pantry dan merambat naik ke kursi, tangannya mengapai gapai kabinet tapi tidak bisa. Dia mendesah lelah. Lalu dia turun dari kursi dan membuka lemari pendingin. Dia tidak punya pilihan lain selain menggoreng telur. Dia berjinjit dan mengambil satu buah telur lalu menghidupkan kompor dan menaruh teplon di atas api. Dia mencoba memecahkan telur dengan membenturkannya ke meja pantry seperti yang selalu ibu lakukan saat akan membuat telur goreng. Tapi telur itu pecah dan jatuh ke lantai, "Yaah ... " keluhnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sidney (Kesempatan Kedua) Or (KARAM ) (END)
RomantizmSquel Leonard Semasa hidupnya dia menyianyiakan putra kecilnya hanya untuk bertahan di sisi pria bernama Harland yang tidak lain adalah suaminya. Dan ketika dia diberi kesempatan hidup kembali setelah kematiannya, dia kembali ke masa lalu satu tah...