♪ 14 ♪

730 82 0
                                    

Pagi itu suasana kelas ramai seperti biasanya. Tapi ada yang aneh di sini. Kalian tau, seorang Lee Jihoon sedang mencari seseorang yang bahkan tak penting dalam hidupnya. Waktu terus berjalan, guru mereka datang dan masih ada satu kursi kosong. Kursi dimana seorang gadis ceria itu duduk. Jun heran kenapa Yena terlambat, karena tak biasanya gadis itu terlambat se-siang ini. Jihoon ? Dia juga merasakan hal yang sama seperti Jun.

"Selamat pagi, semua. Hari ini kita akan mulai pembelajaran¾"

"Maaf, tapi Yena tak masuk ?" Sela Jun.

"Oh iya, ada satu kabar yang ingin saya sampaikan. Mulai hari ini teman kalian, Yena pindah sekolah"

Hening.

"Kenapa ?" Tanya salah satu murid.

"Dari surat pindahnya dia pindah karena ibunya dipindah tugaskan. Oh iya, setahu saya dia pindah ke Jepang"

Jihoon, Lee Jihoon orang yang merasa kehilangan. Entah kenapa Jihoon merasakan ini, tapi dia mulai nyaman dengan Yena. Dan rasa peduli, nyaman, lalu semua itu baru dia rasakan setelah Yena memilih menyerah mengejarnya.

Kehilangan, mungkin hal yang tepat menggambarkan Jihoon saat ini. Dia menyesal bahwa baru menyadari Semua itu saat semuanya telah terlambat. Terlambat ? Jihoon pikir dia belum terlambat jika dia menyusul Yena sekarang.

Tapi, jarak antara sekolah dan bandara itu jauh. Dan jika dia ingin menemui gadis itu lagi, itu akan sulit. Jepang, haruskah Jihoon ikut pergi ke sana ? Tidak, itu sangat tak mungkin. Orang tuanya pasti tak akan mengijinkannya pergi ke Jepang hanya karena masalah sepele.

♥♥♥

"Jihoon-ah, ada paket untukmu tadi. Eomma taruh di kamar. Omong – omong, kenapa paket itu dari Yena ? Bu-"

"Tunggu, Yena kata eomma ?" Tanya Jihoon.

"Iya, Yena yang itu"

"Makasih, eomma. Jihoon ke atas dulu !"

Entahlah Jihoon merasa bersemangat mengetahui hal itu. Tapi tak mungkin jika paket itu berisi seorang Yena bukan ?

Jihoon segera memberihkan dirinya dan lain – lain. Setelah urusannya selesai, dia membuka sekotak kardus itu. Selembar surat dan buku diary. Jihoon membuka surat itu dan membacanya.

To. Lee Jihoon
From. Seo Yena

Hai, Ji ^^
Aku nggak tau kamu mau baca surat ini atau nggak, tapi kalau kamu baca aku sangat sangat berterima kasih ^^

Makasih buat kemarin. Kemarin hari yang nggak bisa aku lupain. Hari terakhirku di Seoul yang aku habiskan denganmu. Kamu tau kan aku pindah ke Jepang hari ini ? Awalnya aku juga kaget ketika eomma bilang kita akan pindah ke Jepang, tapi akhirnya aku menyetujui itu.

Lagi pula jika aku pergi kau sama sekali tak peduli bukan ? Ya aku tau itu, hahaha...
Ji, baik – baiklah di Seoul ya... Jangan lupa makan, jangan sakit, jangan jadi bodoh sepertiku ^^

Ji, aku rasa kamu nggak bakal peduli sih tapi aku Cuma mau bilanga aja. Nomorku yang sekarang udah nggak aktif, ehm semua media sosialku juga. Ponselku masuk ke bak mandi, jadi itu rusak dan sialnya aku lupa semua password media sosialku, hehehe...

Itu aja.
Good bye, Ji ^^

Salam, Seo Yena.

Jihoon, dia meneteskan air matanya. Atau sebut saja menangis. Ayolah terakhir kali dia menangis saat gitar kesayangannya rusak, dan itu pun beberapa tahun lalu sudah lama tepatnya. Jihoon menangis, seorang Lee Jihoon menangis karena sepucuk surat.

[✓] One and Only || WooziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang