3. Bad

15.2K 2.2K 379
                                    

Karena merasa sudah mulai pulih, Rosé memutuskan untuk kembali bersekolah. Lagipula, satu hari penuh beristirahat sudah cukup untuknya. Terlebih, dia tak suka jika terus berdiam diri di rumah.

Mengenai Lalice, kembarannya itu tak terlihat sejak pagi tadi. Para maid bilang jika Lalice sudah berangkat sangat pagi ke sekolah. Tidak ada yang tahu sebabnya, karena mereka terlalu takut untuk bertanya pada Lalice.

Baru saja keluar dari rumah megahnya, Rosé dikejutkan dengan keberadaan Mingyu di halaman rumah dengan motor kebanggaan kekasihnya itu.

Sejak malam dimana Mingyu mengajaknya ke Club, Rosé tak pernah berhubungan lagi dengan Mingyu. Lelaki itu menjadi sulit hanya sekedar untuk membalas pesan Rosé.

"Mingyu-ah, kenapa tidak menghubungi--- Awh~" Ucapan Rosé terhenti saat Mingyu menarik tangannya dengan kasar. Tampak sekali jika lelaki itu tidak dalam suasana hati yang baik.

"Mingyu-ah, ada apa? Kau marah?" tanya Rosé hati-hati, saat mereka sudah tiba di samping motor Mingyu.

"Kau pikir? Siapa yang tidak marah jika kekasihnya pergi meninggalkannya dengan laki-laki lain?" Sentak Mingyu marah. Dia masih sangat ingat bagaimana Jungkook menarik kekasihnya menjauh dan Rosé pun hanya diam tak melakukan perlawanan.

"Kau cemburu pada Jungkook? Oh ayolah, aku bahkan rela meninggalkannya untukmu. Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?"

Mingyu tertawa sinis.
"Tapi dia terlihat masih sangat mencintaimu."

Rosé menghela napas lelah. Kekasihnya ini benar-benar pencemburu berat. Rosé bahkan harus meninggalkan teman-teman lelakinya demi kenyamanan Mingyu. Tetapi, itu tidak berlaku untuk Mingyu. Lelaki itu enggan meninggalkan teman perempuannya sekalipun Rosé memintanya dengan tegas. Ada saja alasan yang Mingyu keluarkan, dan berakhir dengan mengalahnya Rosé.

"Aku mohon jangan marah lagi. Aku janji tidak akan mendekati Jungkook," Rosé memohon dengan mata berkaca. Dia begitu mencintai Mingyu hingga tak mau lelakinya itu marah.

"Naiklah jika tak ingin aku marah." Ujar Mingyu datar. Mengenakan helm dan menaiki motornya. Barulah ketika Rosé sudah berada di atas motornya, Mingyu menjalankan kendaraan roda dua itu keluar dari area rumah megah Rosé.

Yamaha R1M milik Mingyu itu membelah jalanan Seoul dengan kecepatan tinggi. Dengan tubuh gemetar ketakutan, Rosé memeluk pinggang kekasihnya.

"Mingyu-ah, bisakah kau pelankan laju motornya?" tanya Rosé dengan suara bergetar. Namun bukannya memelan, laju sepeda motor itu semakin kencang. Membuat jantung Rosé berdetak dua kali lipat.

"Mingyu-ah, pelankan motornya! Kita bisa celaka!" Rosé mengeraskan suara. Berharap Mingyu dengar dan bisa menuruti apa yang dia minta.

"Bukankah itu bagus? Kita bisa mati bersama dan kau tidak akan berdekatan lagi dengan si brengsek Jeon itu."

Tubuh Rosé menegang. Dia terkejut dengan apa yang diucapkan Mingyu. Tidak bisa percaya jika kata-kata seperti itu akan keluar dari mulut kekasihnya.

"Mingyu kau---"

Rosé sejenak menahan napasnya saat sebuah mobil container tiba-tiba muncul di hadapan mereka ketika sedang ingin melewati sebuah perempatan jalan.

Mingyu yang terlalu terkejut tak sempat menarik rem motornya hingga pasrah saat Yahama R1M itu menabrak sisi samping container.

Keduanya tentu terpental cukup jauh mengingat kecepatan sepeda motor Mingyu sangat kencang. Naas untuk Rosé, gadis itu mengalami luka yang cukup parah di kepalanya karena tak menggunakan helm.

Hold, Hug, and Understand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang