13. Weak

14K 1.9K 386
                                    

Rosé hanya bisa memandang punggung Mingyu yang mulai keluar dari kelas dengan lirih. Entah setan apa yang merasuki gadis itu, seburuk apapun perlakuan Mingyu padanya, Rosè tetap mencintai pria itu.

"Jangan menjadi bodoh karena cinta, Rosé-ya." Suara itu milik Eunha yang duduk tepat di samping Rosé. Dia melihat sangat jelas, bagaimana ketidak relaan Rosé karena Mingyu yang berubah acuh.

"Eoh, ku dengar kemarin kau tenggelam di kolam renang sekolah karena dia." Sahut Jiho dengan tangan sibuk membuka bungkusan snack keripik kentangnya.

"Apa lagi yang kau harapkan dari pria brengsek itu? Dia hampir membuatmu masuk ke dunia gelap, melarangmu ini itu, membuatmu kecelakaan, dan kemarin hampir membuatmu mati." Oceh Jihyo dengan emosi yang menggebu. Dia sebenarnya muak dengan kisah cinta Rosé dan Mingyu. Tapi sahabatnya itu sangat keras kepala saat Jihyo dan teman-teman lainnya memperingatkan Rosé akan keburukan Mingyu, gadis itu selalu menyangkal.

"Banyak pria di luar sana yang bisa menghargaimu sebagai wanita. Jadi, biarkan saja dia pergi." Miyeon yang terkahir berbicara, sebelum mereka terpaku pada sosok Jungkook yang baru saja memasuki kelas lima orang gadis itu.

"Bisa tinggalkan aku dan Rosé? Kami harus bicara berdua," ujar Jungkook pada empat teman Rosé yang kini menatapnya tanpa berkedip.

"Tentu. Dengan senang hati!" Jiho berseru antusias, mengajak teman-temannya untuk keluar dari kelas. Karena mereka berharap, Jungkook masih memendam perasaan pada Rosé. Sehingga temannya itu bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari Mingyu.

"Aku dengar Lalice tidak masuk." Ujar Jungkook setelah teman-teman Rosé keluar. Mulai menduduki bangku milik Eunha di samping Rosé.

"Hm. Pagi ini dia dibawa ke rumah sakit." Jawab Rosé lesu. Dia belum mengetahui keadaan Lalice sampai detik ini. Sedari tadi sang ayah tidak membalas pesan yang dikirimkannya.

"Waeyo?" Gelagat Jungkook mulai terlihat gusar. Dia merutuki sikap keras Lalice kemarin yang tak ingin diantar pulang oleh Jungkook.

"Dia mengalami flu. Aku tidak tahu keadaan pastinya. Appa belum membalas pesanku sedari tadi."

Jungkook diam sejenak. Mengumpat diri sendiri yang kemarin sangat lambat. Jika dia mengikuti Lalice lebih cepat, maka dia pasti yang akan menolong Rosé. Bukan Lalice yang ringkih itu.

"Apakah aku salah jika mencintai Mingyu, Jungkook-ah?" suara lirih itu membuat Jungkook menoleh pada Rosé yang kini menunduk. Memainkan jari-jemarinya gelisah.

Jungkook menghela napas. Entah rasa cinta seperti apa yang Rosé miliki untuk Mingyu. Yang Jungkook tahu itu adalah salah. Rosé sudah keterlaluan dimata Jungkook.

"Sekarang aku ingin bertanya padamu. Jawablah dengan jujur."

Rosé mulai mendongak. Nada serius yang dikeluarkan oleh Jungkook itu mendadak membuat Rosé takut sendiri.

"Jika kau hanya bisa hidup di dunia ini bersama satu orang, kau akan memilik adikmu atau kekasihmu?"

Rosé membasahi bibirnya yang kering. Benar dugaan gadis itu, jika Jungkook akan memberikan pertanyaan yang berat. Dan kini, Rosé cukup bingung untuk menjawabnya.

"Kau tidak bisa memilih? Atau---"

"Lalice." Lirihan Rosé itu membuat Jungkook tersenyum kecil.

"Geure. Kau masih muda, Rosé-ya. Jangan buang waktumu pada orang yang salah. Selama ini, kau selalu menghabiskan waktu bersama Mingyu tanpa memikirkan adikmu kan? Maka bayarlah sekarang,"

Jungkook mulai meraih tangan Rosé. Digenggamnya tangan gadis itu dengan lembut.
"Kita akan menemuinya nanti. Berikan dia genggaman, pelukan, dan pengertianmu."

Hold, Hug, and Understand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang