Dengan langkah terseok, pemuda itu berusaha menggerakkan kakinya dengan bantuan sebuah tongkat. Mingyu baru saja kabur dari ruang rawatnya untuk melihat keadaan Rosé yang dia dengar masih kritis.
Lelaki itu hanya mengalami patah tulang kaki kanan dan luka-luka kecil di sekitar tubuhnya. Berbanding terbalik dengan kondisi Rosé saat ini. Karena memang jika sepeda motor mengalami kecelakaan, kemungkinan besar penumpanglah yang akan mendapat luka lebih parah.
Hampir sampai di depan ruang ICU, tubuh Mingyu tiba-tiba tersungkur karena pukulan seseorang pada wajahnya. Mingyu yang tak berdaya, tentu tak bisa melawan.
"Brengsek kau!" Jungkook menendang bahu Mingyu hingga lelaki itu kembali tersungkur.
"Aku sudah merelakannya untukmu. Tapi apa yang kau perbuat?" ingin kembali memukuli tubuh Mingyu, namun tangan Lalice dengan cepat menahan lengan Jungkook agar tidak melakukan hal di luar batas.
Mendorong tubuh Jungkook menjauh. Lalice berdiri kokoh di hadapan Mingyu yang masih terduduk di lantai. Menatap lelaki itu dengan mata merahnya.
"Kau..." Lalice meneteskan air matanya. Mengingat bagaimana keadaan Rosé saat ini, ingin sekali Lalice membunuh Mingyu yang menjadi penyebab rasa sakit kembarannya itu. Tapi sayangnya Lalice masih waras untuk melakukan hal keji seperti itu.
"Jangan pernah muncul di hadapan Kakak kembarku lagi. Aku tidak akan sudi melihatmu bersamanya," ujar Lalice lalu melangkah menjauh. Memilih duduk dengan wajah lesu di samping kakek dan neneknya.
.......
Empat orang itu masih ada di depan ruang ICU hingga menjelang malam. Nenek dan Kakek Lisa, serta Jungkook yang tak mau meninggalkan rumah sakit.
Kondisi Rosé saat ini masih dalam pemantauan intensif. Sedikitpun belum menunjukkan tanda-tanda akan segera sadar.
"Halmeoni, bisakah aku titip Rosé padamu? Ada hal yang perlu ku urus. Besok pagi aku akan kembali." Ujar Lalice meminta ijin kepada Neneknya. Bukan dia lancang karena menyuruh Nenek serta Kakek mereka untuk menjaga Rosé. Tapi saat ini Lalice sedang dalam keadaan genting.
"Tidak apa-apa, Nak. Pergilah." Im Eunhee mengusap surai hitam milik cucunya. Sama sekali tak keberatan jika dia harus menjaga Rosé hanya bersama suaminya malam ini.
"Ingin ku antar?" tawar Jungkook ketika melihat Lalice mulai membereskan barang-barangnya.
"Tidak. Aku bisa naik bus," tolak Lalice tanpa menoleh kearah pemuda Jeon itu. Menurutnya dia aneh sekali. Tadi saat Lalice memaksanya untuk pulang, Jungkook menolak. Tapi saat Lalice ingin pergi, dia juga ingin ikut pergi.
"Ini sudah malam. Kau akan aku antar." Ujar Jungkook yang seakan tak menerima penolakan.
"Harabeoji setuju dengan Jungkook. Ini sudah malam, kau kan---"
"Arraseo, aku akan pergi bersamanya." Lalice memotong ucapan kakeknya karena malas mendengar ocehan lelaki tua itu.
Setelah memberikan ciuman singkat pada masing-masing wajah kakek neneknya, Lalice benar-benar pergi dari rumah sakit itu. Meninggalkan tatapan sendu dari kedua orangtua ayahnya itu.
"Kau sudah menghubungi Youngbae?" tanya Eunhee pada suaminya.
"Aku bahkan sudah memukulnya. Tapi dia memilih tak datang." Sahut Haejin terlihat putus asa. Tak tahu lagi harus dengan cara apa agar membuat anaknya sadar akan seberapa berharganya seorang anak.
.......
Pagi hari menyapa. Hari ini, Lalice memutuskan tak pergi ke sekolah. Ingin menggantikan Kakek dan Neneknya untuk menjaga Rosé, karena itu memang janjinya malam tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold, Hug, and Understand ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama. mereka tiba di dunia pada jam yang sama. Namun hingga usia mereka beranjak remaja, kedekatan layaknya saudara tidak terlihat. Hidup di rumah besar namun tanpa kehangatan orang tua membuat keduanya menjalani hari...