Semilir angin berhembus pelan. Walau begitu, rasa dingin sangat menusuk tulang. Karena saat ini adalah hari pertama musim gugur. Mengakibatkan cuaca sedikit lebih dingin dari biasanya.
Ditemani secangkir teh yang sudah mendingin, dia terus duduk disana. Memandang langit yang kini hanya dihiasi beberapa bintang dan bulan. Lebih sedikit dari malam biasanya.
"Kau sudah meraih impianmu itu kan, Lalice?" Rosé mulai melirih. Seakan didekatnya ada seseorang yang dia ajak bicara.
"Biar aku tebak." Rosé mulai berdiri, meneliti beberapa bintang di langit sana.
"Pasti yang paling terang itu adalah kau, kan?" bersamaan dengan jari telunjuknya yang terangkat keatas, setitik air mata Rosé menetes.
Kepergian Lalice secara mendadak adalah pukulan terbesar untuk keluarga mereka. Terlebih pada Rosé yang masih memiliki begitu banyak keinginan bersama Lalice.
Lagu yang mereka buat bahkan belum sempurna. Keinginan Lalice untuk pergi bersama ke taman hiburan bahkan belum terpenuhi. Tapi gadis berponi itu lebih dulu pergi. Meninggalkan luka yang amat dalam untuk Rosé dan kedua orangtuanya.
Tapi inilah hidup. Semua makhluk akan mati. Itu kenyataannya. Dan semua manusia tak bisa menyangkalnya. Begitupun dengan Rosé. Sekalipun dia tak bisa menerima kenyataan, dia tak bisa berbuat apapun karena itu adalah takdir.
Manusia lahir membawa buku kehidupan. Buku itu akan terisi oleh kenangan mereka selama hidup. Dan sangat tak mungkin jika sebuah buku tidak pernah selesai kan? Buku itu, akan terselesaikan oleh kematian mereka. Karena semua kisah di dunia ini, akan berakhir dengan kematian. Bukan keabadian.
"Aku sudah menyelesaikan lagu kita, Lalice." Beritahu Rosé masih betah memandang salah satu bintang paling bersinar di atas sana.
"Aku janji. Kelak, saat aku menjadi musisi. Aku akan memasukkan lagu itu ke dalam albumku. Agar semua orang bisa melihat bagaimana ikatan kita." Tubuh Rosé mulai meluruh. Isakan gadis itu kini terdengar samar.
"Selamanya... Kau adalah kesayanganku yang paling berharga. Kau adalah adikku yang tak akan pernah tergantikan oleh siapapun, Lalice."
- Epilogue -
Lampung, 18 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold, Hug, and Understand ✔
ФанфикMereka terlahir dari rahim yang sama. mereka tiba di dunia pada jam yang sama. Namun hingga usia mereka beranjak remaja, kedekatan layaknya saudara tidak terlihat. Hidup di rumah besar namun tanpa kehangatan orang tua membuat keduanya menjalani hari...