4 - Rabbit

81 21 11
                                    


Aku ingin menjadi bulan yang selalu memelukmu.


Saerim Highschool

Yuna berjalan menyusuri koridor dengan langkah ringannya. Pertemuannya dengan Jimin beberapa hari lalu membuatnya merasa sedikit lega. Ada ketakutan, tapi lebih dari itu ada rasa senang yang membuatnya nyaman.

Flashback on~

10.35 p.m
Orchid Hotel

Rangkaian acara sudah selesai. Kini banyak tamu yang bergerombol untuk sekedar berbincang atau menyombongkan diri akan apa yang dimilikinya. Tertawa keras ketika membahas orang lain yang jatuh dalam persaingan mereka. Pemandangan yang memuakkan. Yuna berjalan keluar menjauhi keramaian. Meninggalkan kebisingan yang sangat mengganggunya.

Hyung, aku akan mencari udara segar. Hubungi aku jika akan pergi.” Jimin sedikit berbisik kepada Jin yang kini masih berbincang dengan kenalannya.

“Eoh. Jangan minum terlalu banyak.” Balas Jin bercanda.

Ini adalah kali pertama bagi Jimin menghadiri acara seperti ini. Biasanya ia akan menolak dan memaksa Jin Hyung untuk menggantikannya. Jadi wajar baginya jika merasa bosan dengan pembicaraan yang tidak membuatnya merasa tertarik.

Jimin hendak menyalakan rokoknya, ketika ia melihat seseorang yang tengah berjalan menjauhi area pesta. Kim Yuna. Ia tidak sempat menyapanya di dalam. Lebih tepatnya tidak bertemu dengannya. Jadi Jimin memutuskan untuk mengikutinya diam-diam.

Yuna tengah duduk pada kursi besi yang terasa sangat dingin, bahkan sedikit basah karena embun yang sudah mulai turun. Sesekali memeluk dirinya untuk mengurangi rasa dingin yang menyerbunya.

“Apa yang kamu lakukan disini?” kalimat yang baru saja keluar dari bibir Jimin sukses membuat Yuna tersentak kaget hingga berdiri dari duduknya.

Yuna mengenal suara itu, tapi karena penerangan yang sangat minim membuatnya tidak bisa melihat siapa yang kini berada dihadapannya.

“Ini aku.”

“Eoh.. Jimin oppa.” Yuna seakan tersadar dari rasa kagetnya. “Sedang apa disini?”

“Kamu menanyakan hal yang sama denganku.” Jimin terkekeh geli karena gadis didepannya. “Aku mengikutimu. Bagaimana denganmu?” Tatapan intens yang diberikan Jimin membuat jantung Yuna berdegup semakin kencang, membuatnya mengalihkan pandangannya.

“Mencari udara segar. Didalam terlalu sesak rasanya.”

Jimin mendekati Yuna sembari melepas jasnya. “Disini terlalu dingin. Kenapa tidak memakai mantelmu?” Ucapnya setelah selesai memakaikan jasnya kepada Yuna. Merapikan rambut Yuna yang tertimpa jasnya, kemudian beralih pada beberapa anak rambut yang berada dipipinya.

Tatapan mereka bertemu. Empat tahun lalu, Yuna hanyalah seorang gadis kecil baginya. Usia yang terpaut hampir empat tahun seringkali membuatnya memperlakukan Yuna sebagai adiknya. Tapi tidak lagi mulai sekarang.

“Aku merindukanmu.” Yuna mengalungkan tangannya pada leher Jimin. Sedikit menariknya hingga kepalanya kini berada diceruk leher Jimin. Menghirup aroma yang sepertinya tidak berubah sejak terakhir kali mereka bertemu.

Flashback off~


“Hya, Kim Yuna!” ingin sekali Yuna memusnahkan satu makhluk yang kini tengah berlari kearahnya.

“Hya! Kamu sengaja mau merusak moodku!?”

“Hehe. Maaf.” Ucapnya sambil memamerkan senyum tidak berdosanya.

“Tsk.. Kamu tidak ada kerjaan? Kenapa terus mengikutiku?”

“Mmm… Sebenarnya tidak begitu.”

“Jangan bilang kamu menyukaiku?” tanya Yuna penuh selidik.

“Hyak!!” Daniel sungguh tidak percaya dengan pertanyaan yang baru saja Yuna lontarkan.

“Wuaah.. Percaya dirimu sungguh menakutkan.. Woaah..”

“Lalu apa? Kenapa terus mengekoriku seperti anak ayam. Huh?”

“Hehe.. Aku tidak punya banyak teman.” Ucap Daniel sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ya, sebenarnya bukan karena tidak ada yang mau berteman dengannya hanya saja ia merasa tidak bisa berteman dengan mereka. Terkadang saat ia bersama teman sekelasnya selalu ada saja siswa lain yang meminta berfoto bersama. Tidak hanya ketika berada disekolah, itu juga sering terjadi di luar sekolah, saat ia bermain atau berkeliling. Itu membuatnya merasa tidak enak, dan beberapa temannya juga merasa terganggu.

“Yuna”

“Huh?” jawabnya sembari mengunyah makan siangnya.

“Kenapa kamu menyisihkan wortelmu? Kamu tidak suka wortel?”

“Tidak. Hanya sebuah kebiasaan.”

“Apa? Kebiasaan?”

“Uh.. Kenapa?”

“Tidak. Makan yang banyak.”

_ _ _

05:45 p.m
Dongjakdaegyo Café

Sebuah kafe yang terletak di bagian atas Jembatan Dongjakdaegyo, Seoul. Lounge budaya yang menawarkan cloud café dan sunset café. Salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam dari Hangang River. Saat malam hari, rooftop adalah tempat yang sangat tepat untuk melihat keindahan kota Seoul.

Ya, disinilah Yuna dan Jimin kini berada. Setelah pulang sekolah, Jimin menjemputnya atau lebih tepatnya menculiknya untuk mengelilingi Seoul.

“Kamu masih tidak suka wortel?” Jimin mengambil potongan wortel yang disisihkan Yuna diujung piringnya.

“Aku menyukainya.” Yuna masih sibuk memilih wortel untuk diberikan kepada Jimin.

“Lalu kenapa tidak memakannya?”
“Temanku seekor kelinci. Jadi aku menyisihkan untuknya.” Yuna menampilkan senyumnya. Kemudian mereka tertawa bersama. Jimin tidak pernah menyangka jika Yuna melakukan hal itu karena drinya menyukai wortel.

“Oke. Sekarang makanlah. Aku kelinci yang suka berbagi.” Jimin menyuapi Yuna dengan potongan wortel yang tadi disisihkan untuknya.

Untuk sesaat, Jimin menginginkan waktu berhenti sejenak. Ia ingin mengagumi senyum manis dari seorang Kim Yuna. Dan juga, menikmati waktu disaat mereka tertawa bersama.

Oppa. Alasanku ke Canada empat tahun lalu bukan sepenuhnya karenamu.” Ucapan itu membuat Jimin berhenti mengunyah makanannya.

“Mamaku sudah merencanakannya sebelum kejadian itu.”

.
.
.
.
Annyeong yeorobun~~
I'm back😁

Selamat membaca.
Jangan lupa voment yak. Biar author makin semangat nulisnya💜💜💜💜

Borahae💜

BITTERSWEET __[JIMIN x SOWON]__Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang