𝓛𝓸𝓿𝓮 𝓪𝓲𝓷'𝓽 𝓪 𝓫𝓾𝓼𝓲𝓷𝓮𝓼𝓼
𝓡𝓪𝓽𝓱𝓮𝓻 𝓵𝓲𝓴𝓮 𝓪 𝓯𝓲𝓽𝓷𝓮𝓼𝓼~
Hannam the Hill
Semua orang menjadi panik karena pengawal yang disiapkan untuk melindungi Yuna ditemukan tidak sadar diri dan Jungkook juga kecolongan karena ia pergi ke toilet untuk menyelesaikan urusannya. Beruntung tidak terjadi apa-apa kepadanya sehingga ia bisa mengejar meskipun tertinggal terlampau jauh.
Disaat semua sibuk dengan plan B karena Yuna diculik, berita penyerangan Lee Ji Eun membuat fokus terpecah. Yuna dan Ji Eun adalah orang yang penting bagi Jungkook. Menyelamatkan keduanya adalah prioritas bagi tim yang dipimpin oleh Namjoon dan Suga itu.
“Kita harus memberitahu Jungkook.” Ucap Hobi sementara Suga masih sibuk melacak keberadaan Yuna.
“Jangan!” atensi semua orang beralih kepada Namjoon. “Jika Jungkook kesana, dan kita gagal menyelamatkan Yuna. Dia akan menyesal lebih dari seharusnya. Jang Runa pasti tidak akan membunuh gadis itu, tapi Yuna? Siapa yang tahu. Biarkan saja dia menyelamatkan Yuna.”
“Aku setuju dengan Namjoon hyung. Jangan mengacaukan Jeon Jungkook.” Taehyung memberikan suaranya pada keputusan Namjoon.
“Aku akan mengamankan lokasi syutingnya. Aku bisa mengandalkan kalian untuk mengawal Jungkook, kan?” Semua orang mengangguk setuju dengan usulan Namjoon. Beberapa detik kemudian mereka kembali fokus pada kegiatannya masing-masing.
“Aku akan menyusul Jungkook.” Ucap Jimin dengan tergesa.
“Pergilah. Pakai ini. Itu mobil Jungkook ikuti saja. Semoga dia tidak kehilangannya. Aku masih berusaha melacak posisi Yuna.” Suga menyerahkan satu tablet yang menampilkan letak terkini mobil Jeon Jungkook.
Jimin dan Namjoon pergi secara terpisah sementara Suga, Hobi, dan Taehyung sibuk menyiapkan Plan B. Tak lupa, mereka juga menghubungi Seokjin untuk meminta bantuannya. Dengan kedudukannya ia mungkin bisa memanggil pihak kepolisian dengan cukup mudah.
Semua orang berusaha tenang dengan situasi yang ada. Bergerak tergesa mungkin akan membahayakan satu sama lain, terutama Jungkook dan Yuna yang tanpa pengamanan dan masuk ke kandang musuh begitu saja.
_ _ _
Apartemen Jang Runa
Yuna berjalan mendekati Jungkook dengan langkah tertatih. Darahnya berceceran disepanjang langkahnya. Tidak hanya berasal dari luka dipahanya, tapi juga luka di pergelangan tangannya. Aliran darah membentuk hingga ke ujung pisau yang ia genggam dengan erat.
Tubuhnya luruh dihadapan Jungkook yang memohonnya untuk kembali pada kesadarannya. Yuna merasa bergejolak tepat ketika tangan Jungkook meraih pisau yang kini berada didadanya. Yuna berusaha menekannya semakin keras tapi ada sesuatu yang memintanya untuk menghentikan aksinya.
Rintihan Jungkook, suaranya yang seakan menjadi mantra untuk mengembalikan kesadaran Yuna dan tatapan hangat dari iris matanya yang basah karena airmata.
Yuna menarik pisaunya perlahan dengan satu tangannya menggantikan tangan Jungkook untuk mengenggam mata pisau yang tajam itu. Tanpa peduli dalamnya goresan karena ia mengenggam semakin erat seiring dengan gejolak yang semakin besar berperang dalam batinnya.
Yuna merasakan pusing karena suara-suara yang memintanya untuk berhenti dan membunuh bersahutan diotaknya.
“Kim Yuna. Cepat bunuh dia!” teriak Runa hingga akhirnya Yuna mengangkat pisaunya dengan tinggi untuk menusuk Jungkook yang semakin tidak berdaya. Kesadarannya semakin menghilang seiring dengan tancapan pisau yang berusaha menerobos tulang rusuknya semakin dalam.
“Kim Yuna hentikan!!!” Yuna menghentikan pergerakannya bersamaan dengan Jang Runa yang menghentikan tawanya. Jimin berlari merengkuh tubuh Yuna lalu mengambil alih pisau yang berada di genggaman gadisnya itu.
“Yuna, sadarlah. Kim Yuna..” Jimin berusaha mengembalikan kesadaran Yuna dengan menangkup pipinya. Menatap netra dengan tatapan kosong itu.
“Oppa..” Jawabnya lirih tapi itu cukup membuat Jimin merasa lega karena Yuna mengenalinya.
“Oh syukurlah.” Ia kembali membawa Yuna kedalam pelukannya mengabaikan Runa yang sibuk mencari sesuatu untuk melindunginya.
“Kamu tidak bisa pergi dari sini.” Ucap Jimin datar dengan tatapan tajamnya. “Iblis sialan.”
Jang Runa tertawa sumbang merasa dirinya kalah hari ini.
“Oh.. Aku merasa terharu. Seharusnya kamu melakukannya saat kakakmu yang barada diposisi itu.” Melihat Jimin yang menngeraskah rahangnya membuat dia semakin semangat untuk menceritakan kekejamannya.
“Dia merintih, menangis karena kata-kataku. Melakukan apa yang kusuruh. Dia gadis yang baik, ingatannya sangat bagus.” Jimin mengeraskan rahangnya.
“Aku masih tidak habis pikir, bagaimana ia bisa berjalan sendiri hingga Ke Sungai Han untuk membunuh dirinya sendiri.”
“TUTUP MULUTMU!!!”
“Oh.. Kamu menakutiku..” Ucapnya dengan tawa seperti orang gila. “Ah bagaimana ini..” Ia bertingkah seolah ketakutan, tapi ada nada mengejek disetiap ucapannya.
“Tutup mulutmu atau aku akan membunuhmu!!”
“Oh aku sangat takut… Coba saja kalau kamu bisa. Bocah kecil!” Jimin hendak berdiri dari dari duduknya tapi Taehyung menghentikannya.
“Jangan bergerak!” Beberapa polisi ikut masuk bersamaan dengan Taehyung yang kini merengkuh tubuh tidak berdaya Jungkook.
“Oh maafkan aku tidak bisa melakukan perintahmu, pak Polisi.” Runa terus bergerak mundur hingga tubuhnya menabrak dinding balkon yang hanya sebatas pinggangnya.
“Aku akan meminta maaf kepada Jihyo sekarang. Nikmati sisa permainannya tanpaku. Selamat tinggal.” Ucapnya dengan senyum ceria lalu menjatuhkan dirinya dari balkon apartemennya yang berada di lantai 11 gedung itu.
_ _ _
KJ Hospital
Jimin masih setia menunggu Yuna yang hampir satu minggu ini tertidur lelap dengan bantuan beberapa mesin untuk membantunya bernafas.
“Jimin-ah. Pulanglah, hyung akan mengantikanmu.” Seokjin mendekati Jimin dengan tampilan lusuhnya.
“Hyung pulang saja. Aku akan berjaga hingga Yuna bangun.” Ucapnya dengan senyum simpul.
“Hya! Dengarkan aku! Apa kamu pikir Yuna akan merasa tersentuh jika dia terbangun dan mendapatimu dengan tampilan seperti ini?” Jimin menundukkan kepalanya. Berusaha menulikan telinganya setiap kali Jin menasihatinya.
“Bukannya senang, tapi ia akan merasa bersalah karena membuatmu tidak bisa merawat dirimu. Setidaknya perbaiki penampilanmu. Makanlah makananmu! Kamu bukan anak kecil lagi!” Jimin mulai menitikkan air matanya.
“Dia akan segera pulih jika kamu memberikan energi posistifmu. Jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang yang putus asa.” Seokjin membawa Jimin ke pelukannya. Menenangkan Jimin lalu meminta Taehyung untuk menemaninya pulang.
Taehyung mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Sesekali ia memperhatikan Jimin yang terus terdiam sejak kepergiannya dari rumah sakit beberapa saat yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET __[JIMIN x SOWON]__
Fanfic[COMPLETED] "Banyak hal yang harus kita bayar ketika kita menginginkan sesuatu yang lain." -Park Jimin. _ _ _ "Jadilah kuat, sehingga kamu cukup untuk menjadi kelemahanku." -Kim Yuna - - -