Cinta
Adalah tentang kekuatan dan kelemahan disaat yang bersamaan.
~~
Gyeonggi do
Satu set perhiasan sudah terpampang di atas meja rias Kim Yuna. Satu pasang anting, cincin, dan kalung dengan mata berlian merah yang sangat kontras dengan logam berwarna putih keperakan. Siapa yang menyangka jika benda mahal ini tidak hanya ia gunakan untuk mempercantik tampilannya, tapi juga untuk melindunginya.
Yuna segera memasangnya setelah Suga mengirimkannya kepadanya. Diantara ketiga itu ada satu yang terpasang alat perekam dan juga pelacak. Atau malah ketiganya yang terpasang alat itu Yuna tidak mengetahuinya karena Suga tidak menjelaskan dengan detail tentang itu.
Setelah selesai dengan persiapannya, Yuna beranjak dari depan cerminnya, berhenti menatap tampilannya yang sempurna dalam balutan gaun hitam selututnya. Jungkook sudah menunggu diluar, karena itu Yuna segera pergi menemuinya. Mereka berdua akan bertemu dengan Runa. Oh tidak, Jungkook hanya bertugas mengantarnya.
“Kamu yakin tidak perlu kutemani?” Tanya Jungkook dengan pelan.
“Tidak. Akan lebih nyaman jika kami berbicara empat mata.” ucap Yuna dengan senyum ringannya.
“Aku akan berada disana bersama teman Namjoon hyung. Jadi jangan khawatir. Aku akan melindungimu.” Jungkook meraih tangan Yuna. Menyalurkan rasa aman kepadanya.
Ya, tidak bisa dipungkiri. Yuna sedikit khawatir dengan pertemuannya bersama Jang Runa. Ia berusaha menenangkan hatinya agar tidak terlalu gugup.
“Terima kasih.” Jungkook hanya mengangguk sebagai jawaban untuk Yuna. Ia kembali fokus dengan jalanan kota Seoul yang cukup padat hari ini.
Setelah berkendara hampir lima belas menit, mereka berdua sudah sampai ditempat pertemuan Yuna dan Runa. Terlihat Runa tengah duduk dengan pakaian merahnya yang sangat mencolok dengan orang-orang disekitarnya.
“Jaga dirimu.” Ucap Jungkook sebelum Yuna meninggalkannya untuk menghampiri Runa. Yuna berusaha menetralkan detak jantungnya disetiap langkah menuju mejanya.
“Yuna, disini.” Runa terlihat sangat ceria, senada dengan pakaiannya.
Yuna segera mendaratkan bokongnya di kursi yang berseberangan dengan Runa.
“Kamu mau minum apa?” tanya Runa basa-basi.
“Apapun itu.” Runa segera memanggil pelayan untuk membuat pesanannya.
“Jadi… Seberapa jauh kamu mengetahui tentangku?”
“Tidak begitu banyak.” Jawab Yuna lugas.
“Tentu saja. Aku sangat menyukai kebersihan. Jadi, kupikir aku bahkan tidak meninggalkan jejak ketika Jimin terluka.” Ia menampilkan senyumnya yang menjijikkan, sementara Yuna menahan amarah karena iblis sepertinya.
“Kenapa kamu melakukannya?”
“Aku hanya membantumu. Dia menduakanmu, jadi kupikir akan bagus untuk menyingkirkannya.” Yuna berdecih mendengar jawaban dari Runa.
“Aku tidak membutuhkan bantuanmu.”
“Ah iya? Ah aku jadi merasa menyesal telah melakukannya.”
“Katakan sejujurnya, kenapa kamu melakukan semua itu!?”
“Minumlah dulu. Kudengar coklat panas bisa meningkatkan endorphin untuk mengurangi stress mu.” Yuna mau tidak mau menyeruput coklat panasnya agar Runa segera melanjutkan perkataannya.
“Aku tidak suka orang lain mencampuri hidupku. Jika saja kamu tidak mengetahui banyak hal tentu aku tidak akan melakukannya.”
“Kamu_”
“Oh tunggu, seseorang menghubungiku. Tunggu sebentar, nikmati coklat panasmu. Aku akan segera kembali.” Tanpa berpikir panjang, Yuna kembali meminum coklat panasnya yang selalu menjadi favoritnya. Hingga setengah gelas tersisa, akhirnya Runa kembali setelah menjawab panggilan dari seseorang.
“Maaf, aku harus ke perusahaan. Ada kejadian buruk di sana. Kita bisa melanjutkan lain waktu.” Yuna merasa kesal saat ini.
“Atau.. kamu mau ikut denganku. Kita bisa membahasnya di mobil selama perjalanan. Karena kupikir setelah ini akan sedikit sulit untuk mengatur waktu?”
Yuna dan Runa kini tengah berada di mobil yang sedang menuju perusahaan. Keduanya terdiam karena Runa masih sibuk dengan gadgetnya sementara Yuna merasa tubuhnya semakin lemah.
“Jadi, apa yang harus ku lakukan kepadamu?” Tatapan Runa cukup untuk mengintimidasi Yuna yang saat ini mulai diserang rasa pening di kepalanya.
“Apa maksudmu?”
“Oh, Yuna yang sangat polos. Bagaimana aku tidak tahu disana ada beberapa orang yang mengawasi kita?” Runa meraih rambut lalu menariknya hingga Yuna mendongakkan kepalanya.
“Tenang saja, aku sudah mengurusnya. Kini tidak ada yang mengawasi kita.” Ucapnya dengan senyum kemenangan. Yuna melepas cekalan Runa dari rambutnya bersamaan dengan ponselnya yang bergetar. Ia segera menjawab panggilan itu secepat yang ia bisa.
“Yuna kamu baik-baik saja? Berhenti mengikutinya. Keluar..” suara Suga terhenti ketika Runa merebut ponsel Yuna dan mematikannya. Ia melempar ponselnya sembarang keluar jendela lalu kembali menjambak rambut Yuna.
“Let’s start the game, Kim Yuna.” Ucapnya lirih kepada Yuna yang tengah melawan rasa pening dan kantuk yang menuntutnya untuk segera memejamkan matanya.
Runa melepas aksesoris Yuna satu per satu lalu membuangnya ke jalanan. Yuna berteriak ketika Runa menarik paksa antingnya hingga rasa sakitnya mampu untuk membantunya kembali mendapatkan kesadarannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/226168515-288-k563507.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET __[JIMIN x SOWON]__
Fanfic[COMPLETED] "Banyak hal yang harus kita bayar ketika kita menginginkan sesuatu yang lain." -Park Jimin. _ _ _ "Jadilah kuat, sehingga kamu cukup untuk menjadi kelemahanku." -Kim Yuna - - -