Bagaimana cara menyusun tiap potongan gambar yang memiliki pola sama? Jika tidak hati-hati kamu bisa menukar posisinya. So, be careful.
Royal Palace The Hotel
Yuna termenung di mejanya. Beberapa saat lalu, ia bertemu dengan Kim Seokjin tanpa sepengetahuan Jimin guna membahas kematian mendiang Park Jihyo kakak dari Jimin sekaligus tunangan dari Seokjin. Yuna membeberkan rencananya juga hasil yang ia dapatkan dari penyelidikannya. Dan kini, ia tahu penyebab Park Jiseo, kakek Jimin menghentikan penyelidikan. Berdasarkan hasil autopsy yang diberikan oleh dokter, Jihyo meninggal dalam keadaan terpengaruh obat jenis psikotropika. Dugaan kuat saat itu, ia mengonsumsi obat terlarang itu karena depresi oleh tekanan sang kakek yang menginginkannya untuk kembali bekerja di Royal High Corp. sementara Jihyo menginginkan posisi utama sebagai designer di perusahaan Jang Nara, Queen’s Beauty&Fashion.
“Aku bukannya tidak mau melakukannya, tapi itu akan sangat mempengaruhi perusahaan saat itu. Qk Corp. sudah memutuskan kontrak, itu cukup menghancurkan keadaan perusahaan. Kita beruntung karena Runa berusaha meyakinkan Direktur Kim untuk tidak mengambil sahamnya.”
Kalimat penutup dari Seokjin seakan membuat tanda tanya besar bagi Yuna. Entah mengapa, ia merasa ada yang tidak beres dengan Runa. Ada sesuatu yang ia sembunyikan. Tapi apa itu? Sesuatu tentang Jihyo? Atau hal lainnya tentang ibunya, Park Nara?
Yuna berdiri dari duduknya lalu menghubungi seseorang.
“Eonni, ada waktu hari ini?” ucapnya setelah panggilannya dijawab.
_ _ _
Yuna tengah makan malam dengan Jang Nara dan Runa. Niat hati ingin berbicara empat mata dengan Runa gagal karena Park Nara ternyata bersamanya saat itu.
“Eonni, kau berteman dengan mendiang Jihyo eonni?”
“Kita teman sekolah.” Jawab Runa singkat lalu meletakkan sendoknya, menyudahi makannya. “Kenapa?”
“Tidak, aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Seokjin oppa. Dan dia sedikit bercerita tentangmu, juga Jihyo eonni.”
“Begitukah?” tanya Runa sembari meminum winenya.
“Hentikan. Kenapa terus membicarakan orang yang sudah meninggal.” Park Nara menyeka bibirnya dengan tisu yang sudah disediakan.
“Maaf. Aku hanya sedikit penasaran. Kenapa Jihyo eonni bisa meninggal secara tiba-tiba tepat sebelum kepergianku ke Canada.” Yuna tersenyum ringan kearah ibunya.
“Tidak ada yang bisa menghindari kematian. Siapapun itu.” Runa ikut memberikan senyuman palsu kepada Yuna. Membuat Yuna kembali mengangkat satu sudut bibirnya lalu terkekeh pelan.
“Benar juga.” Balas Yuna singkat.
“Kamu masih berhubungan dengan Jimin? Kudengar kamu bertemu dengan putra tuan Jeon Sungmin?”
“Seperti yang eonni tahu, Jimin oppa sedang berada di New York. Aku bahkan jarang berkomunikasi dengannya. Dan ya, aku berkencan dengan Jungkook oppa.” Jelas Yuna membuat Nara terdiam. Ada raut tidak suka diwajahnya, entah karena hubungan Yuna dengan Jimin atau dengan Jungkook.
“Eomma belum mau pulang?”
“Mama masih ada kerjaan.”
“Kalau begitu Yuna pulang duluan.” Yuna memberikan salam lalu meninggalkan Park Nara dan Runa lalu pergi meninggalkan mereka. Ada yang tidak beres.
Yuna dan Jungkook sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan ketiga hyungnya di apartmen Namjoon.
“Kamu sedang memikirkan sesuatu?”
“Antar aku pulang.” Jawab Yuna membuat Jungkook heran.
“Kenapa?”
“Cepat putar arah!” jawab Yuna membuat Jungkook memilih langsung memutar arah mobilnya mengikuti arahan Yuna.
“Ada seseorang yang mengikuti kita.” Yuna focus menatap kaca spion dikanannya.
“Siapa?” tanya Jungkook.
“Jungkook-ah. Jika aku tau aku akan memintamu untuk menghadangnya sekarang juga.” Yuna menatap tajam kearah Jungkook yang memasang wajah tak berdosa dan terkekeh karena ucapan Yuna.
“Oke, maaf. Haruskah aku memacu lebih cepat?”
“Tidak, biasa saja.” Entah siapa yang mengikutinya. Mari bersikap biasa saja agar mereka tidak curiga.
“Bisakah Suga atau Hobi hyung menyelidiki Jang Runa?”
“Siapa itu?”
“Seseorang. Mungkin ada hubungannya dengan kasus itu.”
“Kirimkan saja foto dan namanya. Aku akan meminta Suga hyung untuk melakukannya.” Yuna mengangguki perkataan Jungkook. “Lalu bagaimana dengan pertemuan kita?”
“Sampaikan maafku kepada mereka.”
“Tidak masalah, kita bisa bersenang-senang. Lagipula sudah lama kita tidak hangout bareng.”
“Terima kasih.” Ucap Yuna dengan tulus.
_ _ _
“Oppa, mianhae.” Yuna tenggah berbicara dengan Jimin diponselnya.
“Kenapa?” suara Jimin diseberang membuat Yuna ingin menangis. Ia sangat rindu kepadanya.
“Aku berpacaran dengan seseorang.” Tidak ada sahutan membuat Yuna semakin merasa bersalah. “Aku belum menemukan bukti tentang kasus Jihyo eonni , dan aku sekarang berpacaran dengan orang lain. Maafkan aku.” Satu butir air mata berhasil lolos dari pelupuk mata Yuna.
“Tidak apa. Apakah dia orang yang baik?”
“Ya. Tapi oppa lebih tampan darinya.” Yuna berusaha agar tidak terdengar seperti orang menangis.
“Benarkah? Tapi syukurlah jika dia orang baik.”
“Cepatlah pulang. Dan aku akan kembali pada oppa.”
“Maaf, tapi aku tidak bisa sekarang. Apakah kamu mengalami kesulitan? Seseorang menyulitkanmu?”
“Aniya.. Hanya saja aku masih merasa bersalah kepada oppa.” Kali ini Yuna sudah tidak dapat menahan tangisannya. Pipinya sudah basah dengan air mata, dan mungkin sekarang Jimin tengah mengkhawatirkan Yuna.
“Aku baik-baik saja selama kamu tidak mengalami kesulitan. Jangan memaksakan diri. Kematian Jihyo nuna aku sudah mengikhlaskannya. Jangan terlalu bersemangat hingga melukai dirimu sendiri.”
“Oppa janji akan baik-baik saja disana bukan?”
“Eoh, aku janji. Sekarang sudah malam kan disana? Tidurlah. Bukankah besok kamu harus sekolah?”
“Aku akan tidur setelah ini. Tapi aku sungguh merindukanmu, oppa.”
“Aku akan sering-sering mengirimmu bunga. Bisakah kamu merawatnya untukku?”
“Marigold kemarin darimu?”
“Eoh. Kamu sudah menerimanya?”
“Iya. Tapi aku tidak sadar bunga itu sudah berada dikamarku. Tidak ada kartunya jadi aku tidak berpikir jika itu darimu.”
“Tidak masalah. Aku ada acara sebentar lagi. Kamu harus segera tidur.” Yuna hampir lupa jika perbedaan waktu tempatnya dengan Jimin hampir 12 jam. Itu berarti disana sekarang jam sepuluh pagi atau malah sudah siang.
“Eoh, maaf. Aku lupa waktu. Oppa jaga diri disana.”
“Kamu juga harus melakukannya. Oke?”
“Iya. Aku akan menunggu.” Panggilannya sudah terputus. Yuna kembali menangis karenanya. Entah kenapa hatinya terasa sakit dan marah disaat yang bersamaan. Perasaan tidak ada yang tahu, bagaimana jika akhirnya dia terjebak antara Jungkook dan Jimin? Semoga tidak ada yang terluka diantara orang-orang yang disayanginya.
.
.
.
.
Annyeong yeorobun~Udah pada makan belum? Jangan lupa pada makan biar makin sehat badannya🤭
Maaf, upnya jarang sekarang ini. Besom diusahain upnya lebih banyak deh.
Selamat membaca. Semoga kalian suka.
Jangan lupa voment yak.. biar makin rame🤭💜💜Borahae💜
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET __[JIMIN x SOWON]__
Fanfiction[COMPLETED] "Banyak hal yang harus kita bayar ketika kita menginginkan sesuatu yang lain." -Park Jimin. _ _ _ "Jadilah kuat, sehingga kamu cukup untuk menjadi kelemahanku." -Kim Yuna - - -