(4) Cium?

45 16 1
                                    


1 bulan berlalu semenjak Dami kenal dengan Brownies. Mereka semakin akrab bahkan menjadi teman, ya walau kadang-kadang masih suka bertengkar. Hidup gadis itu semakin di penuhi warna karena Brownies selalu menghiburnya. Mahkluk itu memang memiliki humor yang tinggi dan tentunya tingkat kepercayaan diri yang di atas rata-rata.

"Itu apa sih? Cacing bukan?" tanya Brownies keheranan melihat Dami yang baru saja mengangkat cacing dari panci ke piring.

"Ih Brownies mah. Ini itu mie, bukan cacing."

Mulut Brownies membulat sempurna. Habisnya panjang-panjang gitu kaya cacing yang suka dia mainin.

Dami memasukkan mie itu ke dalam mulutnya. Kebiasaan Dami kalau mau makan tapi di ajak ngobrol dulu, suka jadi lupa.
"Uwauww panas!"

"Nih minum nih!" seru Brownies panik sambil memberikan Dami segelas air.

Dami meminum air itu seperti orang kehausan. Air yang di minumnya baru sampai kerongkongan, tapi terpaksa harus ia keluarkan karena mendengar kata-kata Brownies.

"Itu kan air keran."

"HAH APA?! JADI KAMU NGASIH AKU AIR KERAN?!"

Brownies tertawa terpingkal-pingkal.
"Bercanda Damiiiii! kamu minumnya rakus banget sih."

"Ya habisnya panas banget, Brow."

Setelah itu Dami meringis karena rasa sakit di mulutnya.
"Aduh ya ampuunnn! Sial banget deh cuman mau makan mie doang. Shhh! Perih."

Tiba-tiba Brownies mendekatkan wajahnya ke wajah Dami dengan mata yang terbuka lebar, dan bibir yang di majukan. Semakin dekat hingga Dami mampu melihat dengan jelas wajah tampan mahkluk aneh ini.

"Stop! Kamu mau ngapain?!" pekik Dami gugup menahan dada dingin Brownies.

Brownies tidak menjauhkan sedikitpun jarak antara dirinya dan gadis itu. Masih dengan jarak yang tipis, ia berkata.
"Bibir kamu merah banget. Mau aku cium biar sembuh."

"DASAR MESUM!" teriak Dami sambil memukuli Brownies yang sekarang nampak bingung.

"Bibir aku masih suci ya! Aku nggak mau first kiss aku malah di ambil mahkluk aneh kaya kamu. Sanah jauh jauh!"

Brownies tertawa terbahak-bahak.
"Nggak inget ya, kalau aku bisa nyembuhin luka seseorang dengan bibir aku ini?"

Brownies mencolek lengan Dami.
"Kamu pasti mikir aku bakal cium kamu kan?"

Di detik itu juga, wajah Dami merona.
"Apa? Y-ya jelas a-aku mikir kemana-mana, soalnya yang t-tadi itu bikin ambigu."

Brownies tertawa karena gemas dengan tingkah Dami.
"Waktu itu kan dahi kamu terbentur tembok, terus aku cium tuh luka birunya, langsung sembuh kan?"

Dami menggaruk kepalanya yang mendadak gatal.
"I-iyah aku inget. Tapi nggak usah pake bibir bisa kan? Terlalu gimanaaa gituuuu."

"Masing-masing dari kami punya kekuatan penyembuh lewat bagian tubuh kami, dan aku kebagian di bagian mulut, hehe."

Dami memberikan tatapan ngeri.
"Dasar mahkluk mesum!"

"Sembarangan. Aku nggak mesum ya!"

Brownies melayang, lalu hilang di balik dinding. Sepertinya ia marah gara-gara Dami menyebutnya mesum Terus-menerus. Dengan segera gadis itu memukul-mukul dinding hingga membuat suara gaduh hanya untuk membuat Brownies kembali menampakkan dirinya.

Dug! Dug! Dug!

"Jangan marah dong Brow!"

"Teteh udah frustrasi ya, gara-gara cintanya di tolak bang Daffa?" ucap Nino tiba-tiba. Adik Dami itu kini menatapnya dengan heran.

Makhluk aneh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang