(10) Pasar malam ajaib.

22 8 4
                                    

"Brownies!!" Teriak Dami sambil berdiri dari tempat duduknya.

Dami tidak mempedulikan banyak pasang mata yang menatapnya aneh. Sekarang yang Dami pikirkan adalah Brownies, hanya Brownies.

Dengan jantung yang berdebar, Dami berlari ke arah kilatan cahaya hijau tadi. Ketika sudah sampai ia tidak melihat apapun, tapi ia mencium aroma buah melon yang Dami yakini kalau itu adalah aroma Brownies.

Dami mengendus-endus aroma itu. Siswi yang lewat menatap Dami takut dan aneh. Dami mulai berlari sambil mengikuti aroma melon tersebut.
Kadang aromanya terasa sangat dekat, tapi juga terasa sangat jauh.

Aroma melon itu hampir menghilang. Dengan refleks Dami menjerit tertahan.
"Jangan Brownies. Jangan hilang lagi."

Setelah mengatakan itu penciuman Dami kembali menangkap aroma melon segar. Dengan segera ia ikuti aroma itu agar sampai di titik utamanya.
Dami tak sadar kalau sedari tadi ia berkeliling sekolah. Lagi lagi siswa-siswi yang sedang melakukan aktivitasnya masing-masing merasa aneh dengan tingkah Dami.

Sampailah Dami di titik utama yang ternyata adalah taman di bagian paling belakang sekolah sehingga jarang sekali ada seseorang yang datang ke tempat ini. Dami mengatur napasnya yang sangat berat akibat berlari. Rasanya sangat sulit untuk menghirup oksigen.
Gadis itu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Brownies.

"Brownies kamu di mana?! Brownies!!"

Dami terus berteriak sambil menyisir seluruh penjuru taman. Bahkan Dami mengangkat pot bunga yang sangat besar berharap Brownies ada di balik pot bunga tersebut. Namun, apa yang Dami lakukan itu sia-sia, potnya tidak terangkat sama sekali. Ia pun berteriak kesal.

"Emang siapa yang bilang aku ada di balik pot?" Suara itu terdengar familiar di telinga Dami. Suara yang sangat ia rindukan.

Dengan perlahan-lahan Dami balikan tubuhnya yang gemetaran. Di bawah pohon mangga, Dami melihat makhluk itu sedang tersenyum ramah. Sinarnya terlihat semakin redup dari terakhir kali Dami melihatnya.

Dami melangkahkan satu kakinya untuk mendekati Brownies. Namun saat langkah kedua ia mengurungkan niatnya untuk lebih dekat dengan Brownies. Gadis itu masih ingat kalau Brownies akan semakin lemah bila bersentuhan dengan manusia. Gadis itu pun hanya bisa menangis. Lututnya jatuh membentur tanah yang untungnya dilapisi oleh rumput, sehingga ia tidak merasa sakit.

Brownies sangat khawatir dengan keadaan Dami. Ia hendak mendekati Dami, tapi Dami menahannya sambil terisak.
"Jangan deket-deket."

Akhirnya mereka saling berjauhan. Suasana yang hening sangat kontras dengan suara isakan Dami. Brownies hanya bisa diam di tempatnya. Brownies tahu apa yang Dami inginkan untuk saat ini.

Suara isakan itu sedikit demi sedikit mereda.
"Kenapa kamu pergi?" Tanya Dami dengan suara yang serak.

"Pengen liat aja gimana jadinya Dami tanpa Brownies, hehe."

Cengiran khas Brownies yang dulu terlihat menyebalkan bagi Dami, kini malah menjadi candu untuk gadis itu. Dami tidak tahu dibalik cengiran Brownies tersimpan kebohongan. Brownies sengaja tak menceritakan alasan kenapa dirinya pergi untuk sementara. Brownies tidak mau membuat Dami sedih.

Dami sedikit tertawa.
"Nyebelin ya kamu."

Brownies menimpali tawa kecil Dami dengan tawa khasnya, dan Dami pun menimpalinya lagi dengan tawa yang keras. Akhirnya mereka pun saling tertawa tanpa tau apa yang sebenarnya membuat mereka tertawa.

"Kita kenapa sih Brow?" Tanya Dami yang masih setia tertawa sampul menyeka air mata di pipinya.

"Gak tau, huwahahahaha."

Makhluk aneh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang