(3) Sekolah.

48 13 2
                                    


Hari ini Brownies kembali ikut ke sekolah bersama Dami. Sebenarnya Dami tidak mau ada Brownies di sekolah, soalnya Brownies akan terus mengikutinya kemanapun itu. Oh ayolah itu sangat mengganggu walau Dami juga menyukainya, mwehehe.

"Tumben kamu jalan kaya gini, biasanya kan melayang."

"Aku bosen melayang terus. Aku juga kan pengen ngerasain gimana rasanya bawa beban tubuh, eh tapi badan aku kan nggak berat," ucapnya sambil menggaruk tengkuk.

"Iya, kan kamu hantu."

"Aku bukan hantu! Aku Brownies."

"Hmm iya iya."

Ketika Dami berhenti, Brownies ikut berhenti, ketika Dami berjalan, Brownies ikut berjalan. Pokoknya Brownies itu sudah seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

Dami menghela napas pendek dan memilih duduk di pinggir lapangan. Kebetulan sekarang waktunya istirahat, jadi ia bebas berjalan-jalan mengelilingi sekolah , tentunya sambil menunduk.

"Ngapain ke sini?" tanya Brownies sambil duduk di sebelah Dami.

"Ya suka-sukalah," jawab Dami jutek.

Brownies berdiri dari duduknya. Ia terlihat sangat bersemangat.
"Eh eh! Kamu mau tau gak apa yang bisa aku lakuin?"

"Nggak," jawab Dami seadanya.

"Harus mau. Nih ya kamu diem di sini jangan kemana-mana."

Brownies berlari riang ke arah lapangan basket yang sekarang sedang di pakai siswa-siswa untuk bermain basket. Ia terlihat menari-nari di tengah lapangan dengan santai tanpa ada orang yang mengetahui hal itu. Sungguh menggemaskan.

Dami tertawa kecil ketika melihat Brownies yang menghalau bola basket agar tidak masuk ke ring basket. Tentu saja para siswa kebingungan dengan apa yang terjadi. Brownies juga menjaili salah satu siswa dengan menampar pipinya, siswa itu bingung bukan main. Dami tertawa terbahak-bahak dan tidak sadar kalau banyak orang menatapnya heran.
Damipun meminta maaf sambil menunduk.

"Keren kan aku?" tanya Brownies bangga setelah selesai dengan kegiatan usilnya.

Dami terlihat berdehem menyembunyikan tawanya.
"Nggak, biasa aja."

Brownies mencolek pipi Dami, berusaha menggoda gadis itu.
"Ah bohong. Tadi aku liat kamu ketawa sampe di tatap heran sama orang yang lewat."

Dami terdiam karena malu. Brownies berucap kembali.
"Aku lucu kan?"

"Iya lucu."

...

Setelah istirahat, kelas Dami mendapatkan kejutan. Pak Hasan menerangkan materi matematika dengan cepat secepat cicak merayap di dinding, lalu memberikan soal sebanyak 30 soal. Apa tidak kesal?

Dami mendengus ketika melihat soal yang membuat kepalanya pusing mendadak. Santi teman sebangkunya hari ini tidak masuk karena sakit, padahal ia adalah gadis yang cukup pintar dalam pelajaran matematika.

"Dami!"

"WAAA!" teriaknya refleks ketika kepala Brownies muncul di hadapannya. Huftt! Lagi-lagi seperti ini.

Pak Hasan dan teman-temannya yang lain menatap Dami heran dan kaget.
"Ada apa Dami? Jangan coba-coba mencontek ya."

"I-iya pak maafkan saya."

Semuanya kembali tenang. Brownies duduk di bangku Santi. Ia tersenyum riang menatap Dami yang sedang kesal.

"Gara-gara kamu tau gak!" bisik Dami.

"Maaf, hehehe."

Brownies menatap kertas soal milik Dami. Ia mengambil kertas soal itu dengan tiba-tiba, dan Dami hampir menjerit kembali. Untung Dami duduk di bangku paling belakang, jadi tidak ada yang melihatnya.

"Ooooohh soal Matematika ya. Hmm menarik," ucap Brownies santai sambil memegang dagunya.

Brownies berjalan ke meja guru. Ia terlihat mengintip sebentar, lalu kembali lagi ke bangku Dami.

"Kamu ngapain?"

"Aku mau bantu kamu soalnya kamu nggak bisa ngerjain soal ini kan?"

"Jangan menghina dong," gerutu Dami.

"Mana pensil kamu."

Dami menyerahkan pensilnya pada Brownies. Ia menutupi mejanya dengan buku agar orang-orang tak bisa melihat 'pensil terbang'.
Brownies mulai menjelaskan dengan serius sambil sesekali menatap buku dan wajah Dami yang tak kalah seriusnya. Dami mengangguk-anggukan kepalanya tanda bahwa ia paham dengan penjelasan Brownies yang singkat padat dan jelas.

"Nah jadi ini tinggal di bagi dengan yang ini, selesai deh."

Dami tersenyum sangat lebar, dan Brownies terdiam karena terpesona dengan senyuman Dami. Mata mereka bertemu cukup lama. Dami buru-buru menurunkan pandangannya dan berterimakasih pada Brownies. Keduanya jadi salah tingkah.

"Eumm, Dami," panggil Brownies.

Dami hanya menolehkan kepalanya pada Brownies yang kini nampak seperti orang bersalah.

"Jangan pernah lupain aku ya."

...

Pulang sekolah Dami terpaksa harus menggunakan transportasi umum karena motornya sedang rusak. Pagi tadi Dami berangkat sekolah bersama ayahnya, tapi masalahnya ia harus bangun lebih pagi dari biasanya.

Sekarang ia tengah berjalan santai bersama Brownies yang dari tadi setia menemaninya. Jarak sekolah ke halte bus lumayan jauh, jadi ia bisa mengobrol dulu bersama Brownies.

"Aku masih heran deh sama kamu Brow," ucap Dami memecah keheningan.

"Heran karena aku ganteng?"

Dami mendelik sebal. Brownies ini sangat percaya diri sekali.
"Aku heran karena kamu bisa ngerjain soal matematika, padahal jelas kamu bukan manusia."

Perkataan Dami sedikit menyinggung Brownies, tapi karena Brownies bukan makhluk yang baperan jadi dia biasa saja.

"Emangnya makhluk kaya aku nggak boleh pinter ya?"

"Y-ya bukan gitu. Kok bisa gitu? Padahal kamu cuman ngintip sekilas dan langsung bisa ngerjain soal serumit itu."

"Lihat tangan aku."

Brownies mengangkat kedua tangannya lalu melambaikannya seperti seorang penyihir yang siap mengeluarkan kekuatannya.
Dami pikir tangan Brownies akan mengeluarkan sihir, tapi nyatanya tidak.

"Ngapain kamu?"

"Cuman menggerakkan tangan aja biar keren."

"Dih ga jelas!"

Brownies tertawa lepas, Dami kembali mendelik sebal.




...

Hello hello hello!!
Mohon maaf lahir dan batin.

Makhluk aneh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang