(9) Perasaan aneh.

29 8 3
                                    


"Kenapa makanannya cuman di aduk-aduk aja? Nggak enak ya?"

Dami tersadar dari lamunannya karena suara bunda. Ia menatap bunda dengan tatapan tidak enak.
"E-eh, bukan kaya gitu bun. Ini enak kok, enak banget, euuummmm."

Karena Dami memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya terlalu banyak layaknya tukang kuli bangunan, ia jadi tersedak.
"Uhuk uhuk huweek."

"Ini minum dulu minum!" kata bunda panik.

"Teteh kenapa sih? Kok akhir akhir ini aneh banget? Ada masalah ya?" ucap Nino khawatir.

Hati Dami menghangat. Tak biasanya Nino mengkhawatirkannya begini, karena biasanya anak itu selalu cuek.
"Nggak kenapa-napa kok."

"Dami udah selesai. Dami berangkat dulu ya, Bunda, ayah."

Dami mencium pipi sang bunda dan sang ayah lalu menarik pipi sang adik gemas. Setelah itu ia berjalan menuju motornya, memakai helm, lalu mulai mengendarai motornya.

Hari ini Dami sengaja berangkat lebih awal. Karena Brownies selalu membangunkannya pagi-pagi sekali, Dami jadi terbiasa bangun pagi. Ah soal Brownies. Makhluk itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

Dami selalu merasa bahwa Brownies ada di dekatnya. Namun ketika gadis itu menggerakkan kepalanya kesana-kemari mencari sosok Brownies hasilnya nihil, tidak ada Brownies.
Seharusnya kalau memang Brownies ada didekatnya, bau melon pasti akan tercium. Apa jangan-jangan Brownies sengaja menghilangkan aroma tubuhnya itu agar tidak ketahuan oleh Dami?

Apa kalian masih ingat soal bunga pemberian dari Brownies? Bunga itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Dami sudah mencoba mencarinya sampai memindahkan meja belajarnya bersama sang ayah, tapi bunga itu tetap tidak ada.

"Woy anjir jalan liat-liat!" teriak seseorang.

Dami menolehkan kepalanya pada sumber suara itu. Ternyata ada seseorang yang tengah memegang lap pel dan ketika Dami melihat ke arah lantai, lantai itu sudah penuh dengan jejak kakinya.

Dami meminta maaf sebesar-besarnya sambil menunduk bersalah. Untungnya orang itu tidak memarahi Dami lagi dan menerima permintaan maaf Dami.

Setelah sampai di kelas, Dami disambut dengan senyum hangat milik Santi. Santi terlihat sangat berseri-seri, berbeda dengan Dami yang hari ini sangat lesu.

"Kamu kenapa lesu gitu? Habis ditinggal pacar?" goda Santi.

'emang Brownies pacar aku ya?' batin Dami.

"Aku mana ada pacar."

"Oh atau ditinggal sama gebetan? Ngaku hayooo," Ucap Santi sambil mengguncang-guncangkan bahu Dami.

Dami menepis tangan Santi.
"Emang kalau ditinggal gebetan bakal sedih terus ya?"

"Ya bukan sama gebetan doang sih. Intinya gini ya. Biasanya orang yang habis putus cinta itu kaya kamu, lesu, nggak ada semangat, sedih."

"Tapi aku kan nggak punya pacar dan gak main cinta cintaan. Terus aku kenapa ya?" tanya Dami polos.

Santi mencubit pelan lengan Dami sambil tertawa, temannya ini memang sungguh polos nyerempet bodoh.
"Kok malah nanya ke aku sih? Kamu kan yang punya masalah. Kamu inget gak sesuatu yang bikin kamu bisa kaya gini?"

'Aku sedih karena Brownies pergi,'batin Dami mulai khawatir.

Gadis itu kini menatap serius kepada Santi. Tangan Dami memegang erat pundak Santi, membuat Santi jadi ketakutan.
"Aku sedih karena seseorang tiba-tiba hilang gitu aja! Rasanya tuh kaya hampa, sedih, kecewa, gak semangat, dan kangen! Aku kenapa, Santi?!"

Makhluk aneh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang