Petunjuk

94 26 2
                                    

Nea menghampiri wanita yang tengah duduk sembari membaca secarik kertas yang mengukir nada-nada yang mungkin indah terdengar. Entahlah, Nea tidak bisa membaca partitur, ia hanya menerka.

"Halo boleh tanya?"

Pertanyaan Nea seolah angin lewat, wanita itu tidak menggubris sapaan Nea juga pertanyaannya. Nea terlihat kesal. Namun ia sadar, juga membutuhkan jawaban dari wanita itu.

"Kamu tau gak cowok---" belum selesai berbicara, wanita itu kemudian bersuara.

"Kalau kamu tanya tentang anak cowok kemarin hari, jawabannya orang itu sudah lama pergi, kalau mau cari tau tentang dia lagi. Langgar aja peraturan jurusan seni musik."

Wanita itu kemudian beranjak pergi, meninggalkan Nea yang terlihat jengkel dengan sikap wanita itu. Ingin rasanya Nea mengumpat tepat disitu dan di detik itu. Merasa tidak ada lagi urusan, Nea kembali dan menemui keduanya sahabatnya.

***

"Udah?" tanya Fai.

"Berengsek emang." umpat Nea tiba-tiba.

"Eh-eh kenapa nih? Balik-balik ko marah" ujar Arkan.

"Masa ya?! Gue ketemu cewek nyebelin banget! Cantik sih iya, tapi sikapnya nyebelin!" ujar Nea.

"Lah harusnya loh senenglah. Alhamdulillah akhirnya Nea ketemu kembaran." ujar Arkan.

Nea kemudian memukul punggung Arkan cukup keras. Fai yang melihatnya kemudian tertawa.

Tak lama kemudian ponsel Arkan berdering. Arkan dengan cepat merogoh saku celananya, untuk mencari ponselnya. Arkan kemudian pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Arkan kembali. Arkan terlihat gelisah dan juga buru-buru.

"Kenapa?" tanya Nea dengan mimik panik.

"Ibu gue datang ke kost-an!" ujar Arkan.

"Udah ya! Gue duluan! Bye ciwi-ciwiku" Arkan kemudian beranjak pergi meninggalkan Fai dan Nea di belakang.

Selamat Membaca🖤

Kisah Seorang Nea (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang