Teriakan Derren terdengar nyaring mengisi seluk-beluk setiap ruang di gedug jurusan seni musik. Ghai yang mendengarnya segera terbangun lalu berjalan ke arah Derren. Tiap kali Derren seperti itu para penunggu di gedung ini pasti akan segera pergi ke lingkungan sekolah. Derren mampu merubah tubuhnya menjadi seorang anak kecil atau seorang mahasiswa berumur 20 tahun. Tentunya kedua sosok merupakan sosok asli Derren, namun dengan umur yang berbeda.
"Ada apa?" tanya Ghai.
"Ayo kita tanya ke dia. Apa maksudnya kali ini." ujar Derren.
"Hah?" tanya Ghai.
Tiba-tiba saja hembusan angin terasa lebih cepat dari sebelumnya. Angin itu mampu membuat Derren juga Ghai menyipitkan matanya dan terdengar suara seseorang dari jauh.
Derren terdiam sejenak sebelum tiba-tiba terkekeh. Ghai yang melihat Derren segera mencari sosok yang bersuara itu, namun hasilnya nihil.
"Nyali kamu masih kecil rupanya? Keluar! Jangan sembunyi terus, lagian Ghai udah gak asing.
"Tidak, aku bukannya aku tidak mau tapi belum saatnya."
Derren membisu, balasan yang di lontarkan si tokoh bersua berat baru mengingatkannya pada kesalahan dulu yang sudah ia perbuat. Di sisi lain sosok bersuara berat itu sangat menikmati tontonan ini.
"Mau dibongkar aja? Bukankah sebelumnya kalian saling kenal?" tanya Derren.
"Eii, kamu mau buat dia menderita? Lagian aku ngebantu dia kan? Ayolah Derren kamu tau kan konsekuensinya bukan?"
"Cukup, berhenti membuat keadaan semakin rumit. Lagipula aku mau bertanya satu hal." ujar Ghai.
"Silahkan tanya."
"Apa Nea orang yang tepat? Aku cukup yakin aku sudah bertemu dengan orang yang tepat. Tapi, bukannya dia harusnya gak bisa liat Derren juga?" tanya Ghai.
"Aku bilang cukup pecahkan teka-tekinya bukan? Aku tidak menyuruhmu untuk terluka lagi, aku tidak menyuruhmu untuk bersedih lagi, bahkan aku tidak menyuruhmu menggali apa yang membuatmu berada di ambang kematian. Namun, jika menurutmu itu penyelesaiannya apa aku berhak melarangnya? Tentu saja bukan? Sekali lagi kutakan bahwa pilihan ada di tanganmu Ghai."
Sekali lagi Ghai merenung, pikirannya kini terfokus pada Nea yang kini sudah cukup lama bersamanya. Apa benar dia yang dimaksudkan? Apa benar selama ini dia orang yang menjadi titik penyesalannya? Atau mungkin dia hanya jembatan antara penyesalannya? Sebuah penyesalan mampu menghentikan langkahnya untuk pergi kesana.
"Satu lagi, ini untukmu Ghai. Cobalah sedikit lebih santai saat bersama Nea, hatimu selalu berdegup kencang dan ekspresimu jadi mati."
Ghai tersentak, dirinya segera menatap ke arah Derren yang kini tengah berjongkok sembari menundukkan kepalanya. Entah mengapa saja tiba-tiba pipi Ghai memerah.
***
Nea berjalan mendekati gedung jurusan seni musik lalu berdiri di depannya untuk beberapa saat. Dirinya menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya memantapkan niat dan memegang gagang pintu. Nea kemudian mendorong pelan pintu itu, ternyata benar pintunya tak pernah terkunci.
"Derren, Derren." panggil Nea berulang kali sembari mencari sosok Derren.
Begitu terkejutnya Nea kala melihat sesosok lelaki tinggi dengan kulitnya yang berwarna putih pucat. Wajahnya merupakan hasil perpaduan antara Indonesia dengan Belanda. Apakah itu Derren atau seseorang yang lain entahlah Nea tidak tahu.
"Nea? Lo kok udah kesini aja?" tanya Derren.
"Lo Derren?" tanya Nea memastikan.
"Oh, gue lupa. Pasti karena tubuh gue yang tiba-tiba jadi kayak seumuran kalian. Jadi bikin lo lupa ya? Iya, ini Derren." ujar Derren.
Tiba-tiba terdengar suara, suara yang Nea kenal. Nea segera mencari sosoknya ketika mendengar suara itu.
"Gha?? Lo dimana?" tanya Nea.
"Depan kamu." ujar Ghai.
"Jadi, sekarang mau apa?" tanya Derren.
"Sekarang mau apa? Aku juga gak tau." jawab Ghai.
"Gue mau bilang kalau gue mau bantuin kalian. Gue gak bisa dong terus-terusan cuma minta bantuan sama lo berdua, jadi gue bantu buat mecahin masalah kalian berdua." ujar Nea.
"Bagus dong kalau kayak gitu! Oh gue baru inget mau nanya sesuatu. Lo keberatan gak kalau gue sering-sering pakai wujud ini?" tanya Derren.
"Gak kok, gue malah ngerasa bisa lebih santai sama lo." ujar Nea.
"Okedeh, kalau gitu. Gue bakal lebih sering pakai wujud dewasa gue ya." ujar Derren.
"Hahaha. Oh iya mending sekarang kita mulai coba mecahin masalah lo satu-satu." jawab Nea.
"Gimana caranya?" tanya Derren.
"Gue punya banyak relasi. Ayo kita mulai!!" ujar Nea.
Selamat Membaca🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Seorang Nea (Sudah Terbit)
Teen FictionEntah apa yang menghampiriku. Mungkinkah aku sudah gila? entahlah, yang pasti semuanya berubah begitu sosoknya bertemu dengan sosok ku. seorang manusia yang dapat merubah diriku yang sebelumnya membenci hujan. Hingga tibalah saat dia dipertemukan ke...