TOK TOK TOK
Nea mengetuk pintu dengan heboh. Yaza yang melihat Nea ikut heboh, tapi pikiran rasional Yaza berjalan lebih baik ketimbang Nea. Hingga akhirnya sosok Derren hadir dihadapan Nea.
"Berisik woy! Bentar itu Arkan lagi masak kagak bisa ninggalin masakannya gitu aja. Bentar lagi keluar ko." ujar Derren dengan sosok bocahnya.
"Tumben dia masak. Ngomong-ngomong kenapa sosok besar lo?" tanya Nea.
"Energi gue habis kalo pake rupa itu mulu. Kagak peka amat sih lo Nea." ujar Derren disertai delikan matanya.
"Ghai gimana Der?" tanya Yaza.
"Aman. Udah baik lagi ko orangnya, tuh lagi di dalem nemenin Arkan yang masih ketakutan." ujar Derren.
"Lah, emang kenapa?" tanya Yaza.
"Kayak lo gak tau aja, nih kost-an megah si emang, tapi yang ada di kamar Arkan lumayan juga..." ujar Derren.
"Kapan lo pernah ke kost-an Arkan?" tanya Nea tiba-tiba.
"Waktu itu."
"Ya kapan."
"Waktu gue di putusin si Cindy. Lo kepo banget sih!" protes Yaza.
Tiba-tiba Arkan membukakan pintu dan mempersilakan kedua sahabatnya itu masuk kedalam kost-an.
"Fai mana?" tanya Nea.
"Udah ada di dalem bareng Ghai." jawabnya singkat.
"Ghai! Lo udah gak kenapa-napa?" tanya Nea khawatir.
"Tadi sih kenapa-napa, sekarang udah gak kenapa-napa." jawab Ghai dengan senyuman
Yaza akhirnya mengambil posisi duduk terapit oleh 2 manusia bernama Nea dan Arkan. Fai kemudian menatap Ghai dan Yaza silih bergantian, matanya menerawang kejadian lawas yang entah benar atau tidak atau hanya sebatas imajinasi Fai yang hadir tiba-tiba. Derren yang menyadari perilaku Fai segera bertanya.
"Kenapa Fai?"
"Gue tiba-tiba inget sesuatu." ujar Fai tiba-tiba.
"Apaan?" tanya Nea.
"Gak tau, seinget gue kita lagi ada di suatu tempat. Entah gue gak inget dimana, tapi yang jelas dekat sungai. Iya! Deket sungai kita lagi liburan disana." jawab Fai.
"Berarti cuma gue yang masih belum inget apa-apa!" jawab Arkan. Ucapan Arkan disahut tawa Ghai, sangat ringan hingga mampu menyentil hati Nea hingga kembali berdegup dengan cepat.
"Surat Renren dah ketemu?"
"Darimana lo tau gue dapet surat dari Renren?" tanya Arkan.
"Gue penghubung misteri lo-lo pada, jangan tanya kenapa gue bisa tau ka, karena jawabannya udah pasti." jawab Yaza.
"Kagak sportif lo! Kenapa cuman kita-kita aja yang lupa tentang masa lalu kita?" protes Arkan.
"Percaya sama gue, itu semua bakal terungkap setelah lo mecahin semua ini." jawab Yaza.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Semua orang yang berada di ruangan itu terlonjak kaget. Tak lama kemudian Arkan bangkit dari posisi duduknya untuk berjalan membukakan pintu kepada satu orang yang akan bergabung pada mereka malam ini.
"Panjang umur." ujar Arkans sembari menuntun Balqis memasuki ruangan.
"Masuk qis...." jawab Arkan.
Di tangan Arkan saat ini terdapat surat bertuliskan tulisan tangan seorang gadis bernama Renren. Derren yang terlihat paling gugup disana, terlihat kebingungan untuk meluapkan rasa penasaran dari isi suratnya.
"Oke. Karena isi surat ini usang kagak tau alasannya kenapa, kita harus buka hati-hati." ujar Arkan yang kemudian mengambil posisi duduk.
Semua orang semakin merapat, mencoba mendekat untuk dapat melihat isi suratnya. Di sisi lain Arkan mencoba memperlihatkan isi suratnya.
To: Arkan
From: RenrenHai Arkan! Ini aku, Renren.
Sudah lama aku gak nulis surat kayak gini. Sebenernya ada ponsel, tapi kamu tau kan? Aku hanya meniru kebiasaan Nea yang selalu nulis surat. Ah, aku rindu kalian semua! Aku rindu Villa milik Nea di lembang! Saat aku pulang ke indonesia ayo kita main ke lembang! Ngomong-ngomong aku juga rindu villa milik keluargamu kok ka! Bagaimana kabar kalian semua? Disini sedang musim semi.
Maaf lagi-lagi aku menulis surat, menanyakan kabar kalian melakui Arkan, kamu tau kan alasannya apa? Oh, ngomong-ngomong bagaimana perasaanmu pada Fai? Jangan bilang kamu masih memendamnya... jangan terlalu lama tidak baik.
Ngomong-ngomong pengobatanku berjalan lancar disini, jadi aku bisa pulang setengah tahun lebih cepat. Tunggu aku disana ya! Oh, dan tolong teramat sangat! Rahasiakan kepulanganku dari semua orang! Sampe jumpa Arkan!
From you dearest friend, Renren
"Sebentar, gak ngerasa aneh gitu?" ujar Fai tiba-tiba.
"Apaan?" tanya Nea spontan.
"Orang di dalam surat ini, Renren maksudnya. Dia bilang akan pulang setelah pengobatan? Renren sakit?" tanya Fai.
"Iya. Renren punya penyakit bawaan dari orang tuanya." jawab Balqis.
Semua orang tampak fokus dalam pembicaraan. Tidak sadar jika sedari tadi gelagat Nea sudah aneh ditambah lagi dengan tatapan matanya yang berbeda.
"Bukan itu kan alasan utamanya?" tanya Nea.
Hah?" tanya Derren
"Nea?" tanya Balqis yang mencoba memastikan kesadaran Nea.
"Nadia Raina Zulfa?" tanya Balqis untuk kedua kalinya.
Mata Nea tiba-tiba berkabut, siap mengeluarkan air matanya. Yaza dengan tatapan sayu kemudian memanggil sebutan nama lain yang dulu. Sebuah nama yang sempat terlupakan dan kini mulai diingat kehadirannya.
"Izola Raina Zulfa?"
Nea kemudian mengangkat kepalanya, matanya sudah basah. Derren membelalakan matanya dengan cepat Derren berdiri.
Nea pingsan setelah dirasuki Renren bersama dengan ucapan yang mampu mengguncangkan hati ke 6 sekawan disana. Nea diangkat Yaza ke kasur yang sudah Arkan siapkan.
"Renren mampir." monolog Derren, Ghai menoleh dengan ucapan Derren yang terdengar bebisik, hampir tak terdengar.
"Tadi.... itu beneran Renren?" tanya Arkan ragu.
"Gak tau, gak ada yang sadar. Renren datang dan perginya gak pernah disadari ." Yaza menyahut perkataan Arkan.
"Jadi sekarang gimana?" tanya Arkan.
"Besok lagi di obrolinnya sambil buat rencana lagian ini udah lewat tengah malam, sekarang tidur dulu aja. Cewek-cewek nyatu sama Nea, kita tidur di kamar lo Arkan." jawab Yaza.
Selamat Membaca🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Seorang Nea (Sudah Terbit)
Teen FictionEntah apa yang menghampiriku. Mungkinkah aku sudah gila? entahlah, yang pasti semuanya berubah begitu sosoknya bertemu dengan sosok ku. seorang manusia yang dapat merubah diriku yang sebelumnya membenci hujan. Hingga tibalah saat dia dipertemukan ke...