Nea merasa tak bisa lagi berdiam lama-lama di tempat itu. Nea kemudian segera mencari alasan untuk pulang lebih dulu. Ghai yang melihatnya merasa gemas terhadap Nea.
"Gue pulang dulu. Lanjutin kerjaan lo ya!" ujar Nea gelagapan.
"Siap Nea, hati-hati di jalan!" teriak Ghai seiring tubuh Nea yang melesat pergi dari tempat itu secara tepat.
"Fyuh, hampir aja gue kena serangan jantung. Ghai kenapa ko tiba-tiba jadi.."
Nea kemudian memutar ulang adegan yang baru saja terjadi di otaknya. Dirinya kemudian tersenyum malu, sembari memegang pipi kedua tangannya, Nea loncat-loncat. Ah, beginilah Nea jika negara salah tingkah menyerang dan ternyata begitu dengan anak yang bernama Balqis.
"Lo ngapain disini?" tanya gadis yang seumuran dengannya. Nea ingat, setelah pertemuan pertamanya yang memiliki kesan kurang baik. Nea senang banget membicarakan gadis itu, Balqis namanya.
"Oh, Balqis ya?" tanya Nea.
"Udah berhasil ketemu sama anak yang waktu itu?" tanya Balqis.
"Udahlah lupain aja, gue balik duluan ya. Makasih loh sarannya waktu itu." ujar Nea yang kemudian pergi dengan aura bahagia.
Nea segera mencari ojek untuk mengantarnya pulang. Tak membutuhkan waktu yang lama, ojek miliknya muncul. Selama perjalanan Nea terus menerus dibuat malu dengan sikap Ghai hari ini. Ah, jadi menyesal melarikan diri.
***
"Assalamualaikum. Nea pulang!" suara Nea menggelagar.
"Bacot Ne, langsung masuk aja napa si?" tanya Arkan dengan tatapan sinis.
"Nea!!!" Fai berteriak menyambut kedatangan Nea.
"Loh, kok pada disini?" tanya Nea terkejut.
"Yo!" sosok Yaza juga muncul dari balik tembok pemisah ruang tamu dengan ruang utama di rumahnya.
"Kok sampe ada Yaza juga? Ada apaan ini?" tanya Nea.
"Biasa ibunya Arkan.." ujar Yaza
"Kangen kumpul-kumpul katanya." ujar Arkan.
"Owh, gitu toh. Kalian napa pada ikutan kerumah gue?" tanya Nea.
"Oh, jadi lo ngusir gue? Oke ya, hubungan persahabatan kita sampai disini." ujar Arkan tiba-tiba.
"Apaan sih lo gak nyambung banget anj*r." ujar Yaza seraya melemparkan bantal kursi kepada Yaza.
"Lo pada ke basecamp aja yuk." ajak Nea.
Rumah Nea memang terhitung cukup besar, di belakang rumah Nea memiliki pohon yang dibangun ayahnya untuk tempat bermain dan ruang privasi Nea. Nea yang menuntun jalannya ketiga orang yang mengekor dari belakang.
"Udah lama gue gak kesini." ujar Yaza
"Salah sendiri." balas Nea.
Sesampainya di rumah pohon, Nea segera membongkar kotak kayu berwarna merah yang berada di pojok ruangan. Hal itu berhasil menyita perhatian keduanya.
"Kenapa lo bongkar-bongkar kotak itu lagi?" tanya Fai.
"Ada yang buat gue penasaran." jawab Nea.
"Apaan?" tanya Yaza.
"Ini." jawab Nea yang kini tengah mengenggam foto album semasa kecilnya."
"Ya ampun, dah lama banget ini. Lo mau nostalgia ya?" tanya Arkan yang langsung mengambil foto album itu."
"Ish. Gue yang mau liat juga. Kok lo yang ngambil?" tanya Nea dengan nada sinis.
"Mau liat elah! Pelit amat sih." protes Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Seorang Nea (Sudah Terbit)
Teen FictionEntah apa yang menghampiriku. Mungkinkah aku sudah gila? entahlah, yang pasti semuanya berubah begitu sosoknya bertemu dengan sosok ku. seorang manusia yang dapat merubah diriku yang sebelumnya membenci hujan. Hingga tibalah saat dia dipertemukan ke...