7 Desember 2019
Aku tertidur di sofa panjang semalaman. Hal pertama yang kulakukan setelah membuka mata adalah mengecek ponsel. Siapa tahu ada notifikasi dari Toru. Masih sama. Pesanku dibiarkan tidak terbaca. Apa ada sesuatu yang terjadi padanya? Apa dia baik-baik saja?
Aku menatap cake strawberry yang masih setia di depanku. Mencoba membuang pikiran negatif yang bersarang. Mungkin Toru sangat sibuk, aku yakin itu. Aku membereskan laporan-laporan yang berserakan lalu bergegas mandi.
Hari ini aku akan bertemu dengan teman-temanku. Setelah sekian lama tidak bertemu. Kami memiliki kesibukan masing-masing yang menyulitkan untuk sekadar berkumpul langsung. Belinda, Icha, dan Mille. Mereka adalah teman-temanku sejak tahun pertama SMA. Entah bagaimana awalnya kami bisa dekat sampai sekarang.
Kami berempat sepakat untuk mengelola toko kue bersama tahun lalu. Dan seminggu lagi adalah perayaan setahun toko kami. Sejak beberapa hari yang lalu, kami sudah diskusi online. Mempersiapkan produk baru dan promo-promo untuk merayakan satu tahun toko kue. Saat ini aku sudah di toko kue. La Vie En Rose. Kalimat positif itu menjadi nama toko kue kami.
Belinda adalah yang paling bertanggung jawab besar di toko kue. Bisa dibilang dia adalah pemilik sebenarnya. Dia dibantu suaminya mendirikan toko kue itu, lalu mengajakku dan yang lain untuk bergabung. Dia pintar membuat berbagai macam kue. Kemarin aku juga membeli cake strawberry itu di sini. Padahal penghasilan suaminya juga sudah menjanjikan. Namun dia tidak ingin menyia-nyiakan kemampuan yang dimilikinya.
Icha, lulusan Sastra Indonesia. Dia adalah seorang editor salah satu surat kabar. Siapa sangka di balik pekerjaan kerennya itu, dia adalah penggemar berat salah satu boy band Korea. Dia bersembunyi di balik akun twitter dengan nama samaran. Postingannya tidak jauh-jauh dari info tentang idola Koreanya. Dia suka membuat meme tentang idolanya. Pengikutnya juga cukup banyak. Hanya kami berempat termasuk Icha yang tahu siapa dalang yang berkedok di balik akun itu hahaha.
Sedangkan Mille adalah seorang guru olah raga di salah satu sekolah swasta. Ayahnya adalah Kepala Sekolah di sana. Mille tidak terlalu banyak bicara. Namun sekalinya bicara, dia akan mengatakan sesuatu yang kocak hingga kami semua tertawa saat sedang berkumpul.
Dari kami berempat, hanya Belinda yang sudah menikah. Semua temanku sangat keren. Aku bersyukur memiliki mereka. Kami bisa melengkapi satu sama lain. Saat ini kami sedang membagi tugas untuk persiapan perayaan satu tahun toko kue. Kami juga banyak mengobrol sampai sore.
*
14 Desember 2019
Sejak hari itu sampai selama ini pula aku tidak mendapat kabar sama sekali dari Toru. Entah aku harus sabar atau marah. Aku tidak akan memikirkan itu sekarang karena aku sedang sibuk di toko kue. Hari ini sangat ramai pengunjung yang datang untuk mencoba produk baru. Karena ini perayaan satu tahun, toko kami akan buka sampai agak malam. Biasanya hanya sampai sore.
Aku tiba di rumah saat jam sudah menunjuk pukul delapan malam. Aku lelah sekali dan aku ingin segera tidur. Ponselku di atas nakas tidak berhenti berdering saat aku baru selesai mandi. Aku mendapati nama Toru di layar. Aku tidak mau mengangkatnya. Kubiarkan benda itu hingga berhenti berdering.
Sudah lima menit dan aku baru mengambil ponselku. Aku melihat banyak panggilan tidak terjawab dan pesan yang belum kubaca.
Toru: Maaf.
Toru: Setidaknya angkat teleponku.Ponselku kembali berdering saat aku sedang membaca pesan itu. Toru menelepon lagi. Aku menatap ponselku cukup lama sebelum memutuskan untuk mengangkat panggilannya. Tidak mau munafik, aku mengkhawatirkannya.
"Halo?" Suaranya terdengar berat.
"..."
"Aku akan menjelaskan semua. Kalau kau tidak mau bicara denganku juga tidak apa-apa. Aku tahu aku salah. Tapi tolong dengarkan aku."
"..."
"Aku ingin membalas pesanmu, tapi tiba-tiba ibuku menelepon dan mengatakan kalau ayah kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Ibu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit saat meneleponku. Dia memberitahuku di mana rumah sakit itu. Aku tidak sengaja membanting ponselku dan meninggalkannya di apartemen."
"..." Aku menggigit bibir menahan tangis saat mendengar penjelasannya.
"Kondisi ayahku cukup parah. Dia membutuhkan transfusi darah. Tapi rumah sakit sedang kehabisan stok. Hanya darahku yang cocok dengan ayah. Kau tahu aku sangat membenci jarum suntik? Tapi aku tetap melakukannya untuk menyelamatkan ayah. Syukurlah keadaan ayahku perlahan membaik. Maaf aku tidak sempat menghubungimu. Aku membantu merawat ayah bersama ibu karena kakakku masih bekerja di luar kota. Setelah itu aku juga masih harus melanjutkan tour."
"..." Aku semakin terisak. Aku sangat egois. Aku marah untuk hal-hal yang belum kutahu.
"Kau masih tidak mau bicara denganku? Aku tahu ini sangat terlambat, tapi aku ingin mendengar suaramu mengucap selamat ulang tahun untukku."
"Selamat Ulang Tahun." Aku mencoba bicara di tengah isak tangisku.
"Terima kasih. Kau tahu aku mencintaimu," ujarnya lagi di seberang sana.
"Maaf. Aku benar-benar minta maaf."
"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Kau tidak bersalah."
"Bagaimana keadaan ayahmu?"
"Ayah sudah pulang saat aku masih tampil di Osaka. Setelah tampil aku langsung pulang ke rumah orangtuaku."
"Lalu bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Sekarang lebih baik berkatmu."
...
*
Hari-hari kujalani seperti biasanya. Hubunganku dengan Toru masih baik-baik saja setelah kejadian itu. Aku beberapa kali ke toserba untuk mengecek keadaan di sana. Beberapa kali juga aku mampir ke toko kue untuk membantu Belinda. Sisanya kuhabiskan waktuku di rumah bersama orangtuaku. Keadaan perusahaan ayahku juga sudah mulai pulih. Ayah berhasil mengatasi masalahnya. Rekan kerjanya sudah dijebloskan ke penjara.
"Raline, terima kasih sudah membantu Ayah dengan sejumlah uangmu," ujar ayah waktu itu.
"Itu bukan apa-apa. Uang itu kan memang milik Ayah."
"Ayah bisa segera mengembalikannya. Atau kamu mau meminta sesuatu? Katakanlah pada Ayah."
"Tidak perlu mengembalikannya. Anak macam apa yang perhitungan soal uang pada orang tuanya? Hahaha. Tapi kalau boleh aku minta satu hal, apa Ayah akan mengabulkannya?"
"Tentu."
*
31 Desember 2019
Ini malam tahun baru. Aku sedang bertukar pesan dengan Toru saat ini. Dia tadi meminta untuk panggilan video saja, namun aku menolaknya karena tenggorokanku sedang sakit jadi sulit bicara. Namun alasan sebenarnya bukan itu, ada jerawat rindu muncul di wajahku yang akan merusak pemandangan. Hahaha.
Toru sedang di apartemennya saat ini. Waktu liburnya cukup lama sebelum melanjutkan konser lagi di Yokohama tanggal 9 Januari 2020.
Toru: Aku bisa mengunjungimu. Aku akan berangkat besok pagi.
Raline: Tidak perlu. Aku yang akan menemuimu di sana.
Toru: ???
Raline: Aku ada kabar baik.
Toru: ???
Raline: zzz
Toru: Kabar baik apa?
Raline: Aku akan melanjutkan kuliah.
Toru: Itu bagus.
Raline: Aku akan melanjutkan kuliahku di Jepang.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Arigatou, Toru-san! | Toru Yamashita [COMPLETED]
Fanfic[MELARIKAN DIRI KE JEPANG MEMBUATKU TERLIBAT SKANDAL KENCAN DENGAN SEORANG ANGGOTA BAND TERKENAL] Dulu, sendirian terasa menyenangkan. Dan kini, sesuatu yang tanpanya adalah hal yang menyebalkan. Published on 27 May 2020 Finished on 16 June 2020 Hig...