Bagian 1

584 165 39
                                    

Di kelas XI IPS 5 semua siswanya berhamburan keluar dan mereka merasa bebas karena guru matematikanya tidak masuk dan tidak memberikan tugas apapun. Mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk berkumpul, main game dan sebagainya.

"Nanti malem kita makan di cafe yang baru itu, yuk." Ajak Liora kepada temannya Astrid, Rio, dan Monica.

"Ayo. Sekalian mau coba-coba juga." Jawab Monica semangat.

"Iya, kan kita hobinya kulineran tuh jadi gak ada salahnya dong kita nyobain makanan di cafe baru itu." Lanjut Rio sambil memperhatikan Astrid yang sedari tadi diam saja.

Ya, Rio adalah satu-satunya laki-laki diantara mereka. Bukan karena apa-apa, dia hanya mau melindungi kekasihnya, yaitu Astrid. Kebetulan mereka satu kelas jadi gampang buat Rio memantau kekasihnya.

"Strid, kenapa diem aja sih? Kamu gak mau ngikut kita? Kalau kamu nggak, kita juga gak bakal pergi ke cafe itu ko." Ucap Liora sambil memegang bahu sahabatnya itu.

"Bukannya aku mau nolak, tapi kalian juga tahukan aku nggak pernah keluar malem."

"Kan sekarang ada Rio. Jadi kamu ada yang jagain sekarang. Kalau dulu-dulu kamu belum jadian sama Rio." Jawab Monica.

Akhirnya Rio membenarkan ucapan Monica itu. Sebetulnya ada salah satu sifat tersembunyi dalam diri Rio. Mungkin kebanyakan orang tidak tahu siapa sebenarnya Rio itu. Bahkan Astrid yang menyandang status kekasihnya Rio pun dia tidak tahu bahkan tidak menaruh sedikitpun curuga bagaimana sifat terpendam yang ada dalam diri kekasihnya.

Bel pulang sekolah yang ditunggu-tunggu semua siswa itu akhirnya berbunyi yang membuat semua siswa semangat berhamburan keluar. Liora, Astdri, Monica, dan Rio mereka berbincang-bincang sebentar mengenai rencananya.

"Nanti jam 7 malam jadikan?" Tanya Liora.

"Jadi dong." Jawab temannya serempak.

"Kita langsung janjian disana aja, ya. Awas jangan sampai ada yang telat." Ucap Monica.

Setelah itu, mereka pulang dengan dijemput oleh supir pribadinya. Terkecuali Astrid, dia pulang bersama Rio. Biasanya Astrid akan pulang menggunakan angkutan umum. Tapi karena khawatir dengan Astrid maka Rio mengantarkannya pulang dengan selamat.

Seperti apa yang sudah mereka janjikan, pukul 7 malam mereka sudah berkumpul di cafe yang baru pertama kali buka. Liora dan Monica menunggu kedatangan Astrid dan Rio. Tak lama Astrid datang. Mereka sempat heran karena Astrid tidak bersama Rio dan malah naik angkutan umum. Dia menuju ke meja temannya.

"Eh, Strid ko kamu gak bareng Rio? Rio mana?" Tanya Monica.

"Gak tau, dia gak ada kabar." Menunduk.

"Yaudah nggak apa-apa. Nanti kamu pulang bareng aku." Ucap Liora.

Astrid tersenyum, dia beruntung memiliki teman sebaik Liora dan Monica. Tak lama Rio datang mengendarai ninja merahnya, kemudian berjalan ke arah mereka.

"Astrid? Kamu ko udah disini? Kan tadi aku udah bilang sama kamu tunggu aku dulu. Aku kejebak macet." Gerutu Rio.

"Kamu gak bilang apa-apa." Astrid mengerutkan dahinya.

"Coba lihat hp kamu!"

"Eh, iya lupa hp aku di silent." Jawab Astrid sambil menepuk jidatnya.

"Udah-udah gak usah berantem. Mending sekarang kalian pesen mau makan apa malam ini." Ucap Monica.

"Biar aku yang memesan." Ucap Astrid.

Semuanya mengangguk dan memberitahu Astrid makanan apa yang akan mereka pesan. Kemudian Astrid berjalan ke arah tempat pemesanan. Setelah sudah selesai memesan, Astrid hendak kembali ke tempat duduknya tiba-tiba ada yang mencekal pergelangan tangannya.

"Hai, cantik." Ucap lelaki tersebut sambil mengelus dagu Astrid.

"Heh kamu gak usah macam-macam, ya." Bentak Astrid.

"Eh cantik-cantik ko galak. Sini dong kita senang-senang dulu."

Astrid mencium bau alkohol dari mulut lelaki itu. Sungguh sangat tidak mengenakkan dan membuat dia mual.

Rio yang sedari tadi gelisah memikirkan Astrid yang tak kunjung kembali akhirnya memutuskan untuk menyusulnya. Dia melihat Astrid yang sedang digoda oleh beberapa lelaki disana. Sifat asli Rio yang sesungguhnya akhirnya muncul.

Dia membawa orang yang mengganggu kekasihnya ke luar cafe dan memilh tempat yang sepi. Dia meninju rahang lelaki tersebut dengan pukulan yang sangat keras. Tidak ada perlawan, karena lelaki tersebut dalam pengaruh alkohol. Rio mengeluarkan pisau kecil yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi. Akhirnya dia menyayat tubuh lelaki itu dengan pisau kecilnya hingga tak berbentuk.

Karena merasa ada yang memperhatikannya, dia menoleh ke belakang. Ternyata Liora memperhatikannya sedari tadi dengan tubuh yang bergetar dan berkeringat dingin. Rio menghampiri Liora dengan tatapan yang tajam.

"Kamu liat semuanya?" Tanya Rio.

"I... Iya." Liora hanya menunduk.

"Kamu tahu segalanya sekarang. Dan satu tugas kamu sekarang, jangan pernah kasih tau siapapun terutama Astrid tentang siapa aku sebenarnya. Kalau sampai ada orang yang tau, siap-siap nyawa kamu taruhannya. Kamu tahu kan aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku? Ingat itu, Liora!" Ucap Rio sambil mengusapkan pisau kecil bekas menyayat tadi ke pipi mulus Liora.

Rio meninggalkan Liora ditempat itu dan kembali menemui Astrid yang masih menangis diperlukan Monica dan segera menenangkannya dan mengajak dia pulang. Liora kembali ke tempat mereka tadi dengan wajah pucatnya. Rio yang melihat itu menatap tajam Liora seolah-olah mengancamnya.

"Liora, kamu sakit?" Tanya Monica khawatir.

Sebelum menjawabnya Rio menjawab pertanyaan itu.

"Kayaknya dia masuk angin."

"Eh.. I... Iya kayaknya aku masuk angin." Jawab Liora gugup.

"Ya sudah kita pulang, yuk." Sambungnya.

Akhirnya mereka pulang ke rumah mereka masing-masing dan Liora mengalami syok berat karena kejadian tadi yang baru saja dilihatnya.

















Jangan lupa vote😉

I Know You're a Psychopath ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang