Setelah kematian pak Nurdin yang cukup mengenaskan, kehidupan Liora berubah. Dia seperti mayat hidup yang berjalan. Tubuh yang kurus, kantung mata yang seperti panda, dan tatapannya yang selalu kosong.
Bi Minah yang melihat Liora seperti itu merasa kasihan. Dulu Liora adalah gadis yang ceria dan aktif. Tapi sekarang, setelah kejadian itu dia menjadi seorang pendiam.
Bi Minah masuk ke dalam kamar Liora. Kebiasaan gadis ini sekarang hanya di atas tempat tidur. Di sekolah pun dia dikeluarkan karena sering tidak masuk.
"Non, makan dulu. Dari kemarin non belum makan." Bujuk bi Minah.
"Aku tidak lapar."
"Tapi setidaknya makan sedikit saja, ya."
"Aku tidak mau, bi."
"Baiklah, bibi akan menyimpan ini di sini. Tapi jangan lupa dimakan."
Bi Minah meletakkan makanan itu di nakas, meskipun dia tahu Liora tidak akan memakannya. Setelah itu dia kembali ke dapur.
Saat menuruni tangga, bi Minah melihat gulungan kertas kemudian mengambilnya. Dia membaca tulisan itu dengan teliti. Tiba-tiba keringat dingin bercucuran di dahinya.
"Tidak, tidak. Ini pasti hanya orang iseng." Batinnya.
Bi Minah hanya mengabaikan tulisan tersebut. Ya, tulisan itu berisikan ancaman untuknya yang ditulis menggunakan darah.
"Bersiaplah malam ini, Minah. Tunggu kita datang."
Malam harinya, bi Minah berniat mengunci gerbang rumah. Bohong jika dia tidak memikirkan tentang surat tadi. Saat hendak memegang gembok, tiba-tiba ada yang menariknya ke belakang.
Bi Minah yang merasakan sakit dipergelangan tangannya hanya meringis kemudian dia melihat siapa yang menariknya. Betapa kagetnya dia melihat wajah itu.
"Halo, Minah. Aku kembali." Ujar Astrid sambil memunculkan smriknya.
Tubuh bi Minah menegang. Apakah ini akhir hidupnya ditangan psychopat berdarah dingin? Tidak, ia tidak ingin mati sekarang. Jika ia mati, siapa yang akan menjaga Liora?
Saat hendak berteriak, mulut bi Minah disumpal menggunakan sapu tangan oleh Rio. Rio menyeret paksa tubuh ringkih bi Minah ke belakang rumah supaya Liora tidak mengetahui kejadian ini. Akhirnya bi Minah hanya pasrah. Mana mungkin dia bisa melawan dua psycho ini.
Astrid langsung mengikat kedua tangan dan kaki bi Minah supaya tidak berontak. Dan langsung mengukir di kedua pipi yang sudah terlihat keriputnya itu.
Rio yang melihat kekejaman kekasihnya hanya bisa terkekeh kecil. Benar-benar pasangan yang serasi.
Bi Minah berteriak tertahan karena mulutnya masih di sumpal oleh sapu tangan.
"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini padaku. Tapi, kamu menghalangi jalanku untuk membunuh Liora." Ujar Astrid sambil terus memainkan pisaunya.
Air mata bi Minah mengalir deras merasakan perih disekitar wajahnya.
Astrid berhenti memainkan pisaunya. Dia berjalan menuju Rio.
"Sayang, saatnya kamu yang bermain." Ujar Astrid dengan nada yang dimanja-manjakan.
"Apapun untukmu, sayang." Jawab Rio sambil mengelus rambut Astrid.
Rio berjalan mendekati bi Minah. Dan tanpa perhitungan dia memukul kepala bi Minah menggunakan palu.
"Sayang, lihat. Dia mati." Ucap Rio.
"Biarkan aku yang melanjutkannya, sayang."
Astrid melangkah mendekati mayat bi Minah. Tidak menunggu waktu lama, dia merobek baju yang dikenakan bi Minah. Dia menusukkan pisaunya ke arah perutnya dengan pola memanjang. Setah puas merobek perutnya, dia mengeluarkan ususnya kemudian dia kepang seperti rambut.
Karena hal tersebut mereka berdua tertawa bak orang kesetanan. Mereka puas malam ini. Kemudian mereka meninggalkan bi Minah di halaman belakang rumah.
TBC...........
Jangan lupa tinggalkan jejak😉
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know You're a Psychopath ✅
Short StoryJudul awal: My Friends Is A Psychopath Liora Sari Wijaya seorang pelajar dari sekolah ternama di Kota Bandung. Selama ini dia tidak menyadari bahwa dia berteman dengan psikopat berdarah dingin. Kabar dijalanan banyak berita tentang seorang psikopat...