Choice

7.7K 545 347
                                    

      Mikasa menatap gedung pencakar langit dihadapannya dengan wajah mengerut, tak ada sebersitpun niatan ia akan kembali menginjakkan kaki ditempat ini sebelum mendengar kabar mengejutkan dari mantan pemilik apartemen yang ia tinggali. Ia berjalan menuju pintu masuk dan terlihat dua orang security tengah memeriksa siapapun yang melewati pintu utama menuju lobby dengan menggunakan alat metal detector.

Salah satu security terlihat terkejut begitu Mikasa menghampiri mereka, dan entah mengapa Mikasa merasa aneh saat security tersebut terlihat begitu segan padanya.

"Maaf nona, ada yang bisa kami bantu?" Ucap security satunya dan langsung mendapat sikutan dari security yang pernah menghadang Levi saat masih berada didalam tubuh Mikasa.

"Anda pasti ingin bertemu tuan Levi, benar?" Sahut security itu.

"Bagaimana anda bisa tahu?" Tentu Mikasa merasa aneh, bagaimana security ini bisa tahu niatanya sebelum ia mengutarakan.

"Jelas saya tahu, kan anda kekasih tuan Levi. Pasti tuan Levi yang anda cari." Ucap security itu, dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Apa? Kekasih?" Cukup sudah level batas kesabaran Mikasa, si Levi Ackerman itu benar-benar laki-laki yang tidak bisa menjaga mulutnya! Dia lebih pantas menjadi presenter acara gosip daripada bersandang sebagai pemilik perusahaan otomotif ternama di dunia.

Mikasa pun menerobos masuk tanpa pemeriksaan, dia marah! Sedang dua security tampak memperhatikannya dengan heran. Mikasa menuju elevator untuk mengangkutnya kelantai atas dimana terdapat ruangan Levi disana, Mikasa melihat seseorang yang ia kenal memasuki lift tersebut dan pintu lift mulai menutup.

"Tunggu!" Mikasa mencegah lift tertutup dan berhasil memasuki lift tersebut.

"Oh.. God!" Saking kagetnya melihat Mikasa secara refleks Farlan menutupi selakangannya dengan kedua tangannya, tiba-tiba rasa ngilu itu kembali menyerang seolah terasa begitu nyata.

"Ampuni aku nona! Maaf, kau benar. Milik Levi memang besar bahkan lebih dari milikku. Jadi ampuni burungku kali ini.." mohon Farlan dengan raut ketakutan yang berlebih, sedang Mikasa hanya melihatnya tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Farlan, pria itu terlihat begitu ketakutan padanya.

.
.
.
.
.

*
.
.
.
.
.

    Levi yang baru saja selesai menghadiri rapat dibuat terkejut dengan sosok Mikasa yang tengah berdiri di sisi jendela besar yang terdapat di ruangan kantornya, tatapan gadis itu terlihat menerawang keluar jendela yang memamerkan keindahan langit sore dan sepertinya tak menyadari kedatangan Levi, dan ia terlihat cantik dengan kilauan mata yang memantulkan lukisan alam dalam tangkapan pupilnya.

"Aku tak menyangka kau akan menemuiku secepat ini, padahal baru pagi tadi kita berpisah." Suara Levi mengagetkan Mikasa hingga membuat gadis itu menoleh kearahnya.

"Apa kau begitu merindukanku?" Lanjut Levi yang sukses membuat Mikasa mendengus.

"Tidak, malah rasanya ingin sekali aku menamparmu!" Penuturan Mikasa hanya dibalas sikap acuh tak acuh dari sang pemilik ruangan, bahkan laki-laki itu kembali menuju kursi singgasana miliknya dan tak menanyakan perihal kedatangan Mikasa yang sebenarnya, kembali berkutat pada pekerjaannya lalu mulai mengabaikan keberadaan Mikasa yang saat ini memilih mendudukkan dirinya pada salah satu sofa yang terdapat di ruangan tersebut.

Mikasa tahu jika Levi sudah menyentuh kertas-kertas dan laptop itu maka laki-laki pendek idaman wanita itu tak bisa diganggu, tapi sampai kapan dia akan menunggu?

"Levi."

"Hn.."

"Aku ingin mengganggumu sebentar."

"Kau sudah melakukannya." Jawab Levi tanpa mengalihkan perhatian dari tumpukan kertas yang ada di mejanya.

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang