Sorry

7.4K 493 278
                                    

"Mi..ka..sa.."

   Suara yang terdengar lirih dan lemah membuat sayatan-sayatan kecil memenuhi hati siapapun yang mendengar panggilan rintihan tersebut, lelehan air mata tak mampu Mikasa bendung begitu melihat kondisi Eren yang memperihatinkan dengan selang infus yang menjalar ditubuhnya. Pemuda berparas rupawan itu masih terpejam dengan sesekali mengigaukan nama Mikasa didalam ambang batas kesadaran, wajahnya terlihat lebih tirus pucat dari terakhir kali Mikasa melihatnya, tak dipungkiri rasa kesedihan dahsyat kini melanda hati Mikasa melihat sang kekasih terlihat begitu kesakitan dan menderita.

"Eren, aku disini." Mikasa menggenggam tangan Eren dan membawanya menyentuh pipinya, berharap mampu membuat sang kekasih membuka matanya. Namun sayang Mikasa masih tak mampu melihat permata hijau itu bersinar untuk menatapnya.

Dibalik jendela kaca ruang rawat Eren tersebut terlihat Zeke yang terdiam mengamati, ia sedih namun tak mampu berbuat lebih. Mendongak menatap langit-langit atap saat air matanya hendak menerobos keluar, Zeke berhasil mencegah tangisan.

.
.
.
.
.

*
.
.
.
.
.

  Kamar sempit itu terlihat gelap, namun pencahayaan lampu dari luar lingkup ruangan tersebut menerobos masuk dan mampu membuat cahaya remang yang menyinari ruangan kamar hingga semua terlihat remang-remang tak terlalu jelas dalam pandangan. Akan tetapi, meskipun samar namun suasana kacau kamar tersebut masih terlihat begitu jelas, banyak benda berserakan dilantai dan kursi kayu satu-satunya yang menghuni kamar tersebut kini tengah terguling, bahkan lemari kecil yang terletak disudut ruangan terlihat penyok akibat sebuah tendangan.

  Levi mengerang seraya mengacak-acak rambutnya, pikirannya kacau dan hatinya memanas acap kali teringat sosok gadis penghuni kamar sempit yang kini ia pijaki telah menyakiti perasaannya dan membuat sakit hati yang mendalam. Setelah semua itu bisa-bisanya dia meninggalkan Levi dengan begitu mudahnya? Gadis itu benar-benar...

"Aaaarrrggghhh..."

Berteriak frustasi, Levi mengangkat tempat tidur Mikasa lalu membalikkannya hingga membuat semua menjadi lebih berantakan. Ia meluapkan emosi dengan memporak-porandakan kamar Mikasa, berharap amarah membakar hatinya bisa mereda, namun bukanlah rasa puas yang Levi dapatkan akan tetapi kekecewaan dan kesedihan melebur kebahagiaan sesaat yang tadi sempat ia rasakan.

Ia melangkah mundur hingga punggungnya menabrak dinding kamar, tubuhnya merosot kelantai yang dingin sedingin hatinya saat ini. Ia tak tahu mengapa ia bisa sekacau ini hanya karena seorang gadis. Seharusnya tak seperti ini, karena diluar sana masih banyak gadis yang rela mengantri untuk mendapatkan dirinya dan menerima dirinya apa adanya, juga tulus mencintainya, lalu mengapa ia harus hancur karena Mikasa?

Levi mulai mendongak lalu mengatur nafasnya agar lebih normal, berusaha menetralkan hati yang bergejolak hebat, mencoba meredam amarah dengan berdamai pada hati dan perasaannya melalui pikiran yang lebih rasional. Mengedarkan pandangannya memperhatikan kamar Mikasa yang tak layak huni akibat amukan amarahnya, terlihat layaknya sebuah kapal pecah yang tergulung ombak. Levi pun memaksakan diri untuk beranjak bergerak menghampiri tempat tidur Mikasa yang terbalik, ia pun membenahi letak tempat tidur tersebut dan merapikannya. Levi memunguti barang-barang yang telah dipecahkannya dan membuangnya pada tong sampah yang terisi hampir penuh, dan ia pun mengambil sapu serta kemoceng untuk membersihkan kamar Mikasa yang telah ia rusak.

Meski seperti apapun kondisi Levi nyatanya ia tetap tak bisa melihat sesuatu yang kotor dan berantakan disekitarnya, karena itu sangat menggangu baginya dan bisa berefek pada suasana hatinya yang semakin buruk.

Seusai membersihkan diri Levi merebahkan tubuhnya pada tempat tidur Mikasa yang sudah rapi, pikirannya masih menerawang membawa denyutan menyakitkan didada. Waktu pun terus berlalu hingga fajar hampir tiba, namun Levi tak bisa memejamkan mata semalaman, Mikasa tak pulang dan itu membuat kegelisahan Levi semakin menjadi.

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang