Ada Apa Dengan Leci?

97 18 0
                                    

Bu Anna menatap Sally sambil tersenyum sekaligus geleng-geleng kepala pagi itu setelah mengerjakan soal latihan.

"Sebutkan buah yang memiliki biji! Jawabanmu LECI. Sebutkan buah yang memiliki daging terpisah dari kulit! Jawabanmu LECI. Sebutkan buah yang memiliki kulit berwarna merah! Jawabnmu LECI. Sebutkan buah yang daging dalamnya berbeda warna dengan warna kulit! Jawabanmu LECI. Sebutkan buah yang rasanya manis! Jawabanmu LECI. Kamu nggak pernah makan buah lain gitu Sal?," tanya Bu Anna setelah membacakan semua jawaban Sally.

HAHAHAHAHAHA!!!

Beberapa orang menertawai jawaban itu, namun Sally hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sekaligus sambil tersenyum.

"Pernah kok Bu. Tapi cuma Leci aja yang saya suka, yang lain nggak suka," jawab Sally, jujur.

"Kamu suka Leci karena apa?," Bu Anna ingin tahu.

"Vitamin C-nya banyak, rasanya manis, dan kulitnya warna merah kaya' warna favorit saya Bu," jawab Sally dengan imut.

Bu Anna hanya tertawa mendengar jawaban Sally lalu memberi nilai di buku latihannya. Alex hanya tersenyum-senyum sendiri melihat betapa imutnya Sally saat menjawab pertanyaan Bu Anna.

"Kalau kamu cari Vitamin C, jeruk juga mengandung Vitamin C. Kalau kamu cari yang rasanya manis, banyak buah lain yang manis. Dan kalau kamu cari warna kulit buah yang merah, apel juga warnanya merah," ujar Bu Anna.

"Iya Bu, saya tahu. Tapi itukan buahnya berbeda-beda. Saya cari Vitamin C, rasa manis dan warna kulit di satu buah yang sama," jelas Sally.

Bu Anna kembali tertawa.

"Baiklah, oke. Leci pemenangnya hari ini. Belajar lebih rajin ya Sal," saran Bu Anna.

"Baik Bu," jawab Sally, senang.

Sally kembali membaca buku Biologinya lalu menoleh ke arah Alex.

"AL suka buah apa?," tanya Sally dari arah mejanya yang berjarak dua meja ke belakang dan di barisan yang berbeda.

Alex menoleh dan ingin memastikan kalau Sally-lah yang bertanya padanya. Dan memang benar, Sally yang bertanya padanya.

"Gue suka semua buah," jawab Alex.

"Yang paling favorit?," Sally masih menunggu.

"Gue suka Durian Sal," ujar Ian menyela.

Sally menatap Ian sebal.

"Gue nggak nanya, bukan urusan gue juga lo mau suka buah apa. Maya kali yang mau tahu lo suka buah apa!," ketus Sally yang kembali blak-blakan.

Ian sampai berjingkat saat mendapat jawaban galak dari gadis itu.

"Gila! Galak amat sih ini cewek! Giliran sama AL nanyanya halus-halus, giliran cowok lain pasti dia gonggong!," ujar Ian.

Difta dan Keylan hanya terkekeh saat mendengar yang Ian katakan. Alex tersenyum diam-diam, dan kembali menatap Sally.

"Buah yang paling gue favoritkan itu Apel," Alex memberikan jawabannya pada Sally.

"Yang merah atau yang hijau apelnya?," pertanyaan itu masih berlanjut.

"Yang merah," jawab Alex cepat.

"Paling suka Apel fuji, Apel Washington atau Apel Royal Gala?," Sally masih belum berhenti.

Keenam anggota Seven B lainnya sudah waspada jika akan ada kemungkinan Alex akan meledak. Alex yang terkenal sebagai si pendiam memang paling tidak suka banyak ditanya oleh siapapun selama ini, dan hari ini Sally benar-benar banyak bertanya pada Pria itu.

"Tiga-tiganya gue suka kok, yang penting kulitnya merah. Kalau apel yang kulitnya hijau, biasa nggak terlalu manis," jawab Alex, panjang.

Semua orang yang awalnya waspada, berubah menjadi melongo saat Alex tak meledak sedikit pun karena pertanyaan-pertanyaan Sally.

"AL..., kalau makanan favorit lo apa?," tanya Hani, dari barisan paling depan di ujung kelas paling pojok.

Alex tak menjawab. Pria itu fokus kembali pada catatannya dan tak menganggap pertanyaan itu dengan serius. Hani merasa di acuhkan, ia melirik ke arah Sally yang kini sedang sibuk dengan buku cetaknya.

"AL..., Apel Rome Beauty juga warnanya merah lo..., suka nggak?," Sally kembali bertanya sambil menunjukkan sebuah gambar dari buku cetak.

Alex kembali menoleh dan melihat gambar itu.

"Belum gue coba sih, tapi kalau manis pasti gue suka," jawab Alex, jujur.

"Nanti kita coba!," janji Sally.

"Oke," balas Alex yang segera berbalik menatap buku catatannya agar tak terlihat tersenyum oleh Sally.

Tita yang melihat senyuman itu hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan Alex.

"AL! Gue nanya sama lo kok nggak di jawab? Giliran Sally yang nanya kaya' kereta api malah lo jawab terus?," ketus Hani.

Alex tetap diam dan menekuri buku catatannya saja. Tita yang menatap ke arah Hani sambil tersenyum miring dan melipat tangannya di depan dada seperti biasa.

"Lagian elo sih sok-sokan menyela pembicaraan orang lain! Udah tahu mereka berdua lagi ngomongin buah favorit, eh lo malah nanya makanan favorit. Ya nggak nyambung lah! Dan lo bilang apa? Sally nanya terus kaya' kereta api? Lo sadar nggak kalau mulut lo kaya' knalpot motor? Main nyerempet aja kalau orang lagi ngomong!," sindir Tita, ketus.

Hani pun menciut, dia tak lagi ingin mengajukan protes. Sally terlihat cuek dan tetap melihat-lihat gambar-gambar buah di dalam buku cetak. Difta memperlihatkan gambar leci ke arah gadis itu dan ekspresinya pun terlihat bahagia sekali.

"Nanti sore kita beli Leci ya di minimarket depan asrama," ajak Difta.

"Iya..., mau," jawab Sally cepat.

Alex menoleh lagi ke arah gadis itu.

"Titip apel yang merah ya Sal," pintanya.

Sally menatapnya dan tersenyum seraya mengangguk.

"Iya, nanti gue beliin," Sally setuju.

Hani mencibir dari mejanya sendiri.

"Dasar cewek mental aneh!," gerutunya.

BRAKKK!!!

Alex memukul meja. Pria itu berdiri dan melewati Tita yang duduk di sampingnya dengan cepat. Ia berjalan menuju ke arah meja milik Hani dan memasang wajah penuh rasa marah.

"Lo bilang apa??? Sally cewek apa??? Ayo bilang!!!," bentak Alex.

Semua anggota Seven B pun segera berlari mendekat dan menahan Alex agar tak melakukan hal bodoh pada Hani. Sally bahkan ikut menahannya.

"Udah AL..., nggak apa-apa kok, gue udah biasa di sebut mental aneh dari kecil. Nggak usah marah ya...," bujuk Sally sambil menarik ujung lengan baju Alex pelan.

Alex menatap tak percaya dengan apa yang Sally katakan. Pria itu merangkulnya dengan cepat lalu kembali menatap tajam ke arah Hani.

"Mulai sekarang, selama dia ada dalam lingkaran hidup gue, jangan coba-coba katakan lagi apa yang tadi lo katakan! Kalau sampai gue dengar sekali aja, maka lo nggak akan selamat dari amarah gue!!!," ancam Alex dengan tegas.

Hani hanya bisa terdiam dengan wajah pucat ketakutan. Alex pun segera membawa Sally kembali ke tempat duduknya kembali. Tita menatap Hani yang kini ada di depannya.

"Mampus lo!," tekannya.

* * *

ALLY ; Ketika Pilihanku Hanya Jatuh PadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang