"Baiklah, setelah perjalanan menuju ke sini dan juga kegiatan perkemahan kita hari ini, maka kalian diperbolehkan istirahat sebelum menjalani kegiatan besok pagi," ujar Kepala Sekolah.
"Ah, akhirnya!!!," seru Wayan lega.
Acara berkemah itu sangat seru. Banyak hal yang mereka lakukan sejak tiba di puncak siang tadi. Ada permainan, ada acara masak-masak bersama, dan kini tibalah saatnya menikmati malam di tengah api unggun.
"Tahu nggak apa persamaan antara lo dan Gunung?," tanya Sally tiba-tiba.
Alex berpikir sejenak sambil mengunyah permen mentos di mulutnya.
"Nggak tahu," jawab Alex, menyerah.
"Persamaan lo dan Gunung itu cuma satu, dingin...," ujar Sally.
Alex tersenyum sambil menatap wajah Sally yang terhalang api unggun buatannya.
"Jadi sikap gue ini dingin ya menurut lo?," tanya Alex.
"Kalau yang gue lihat selama ini sih iya, terhadap orang lain lo itu dingin. Kadang kalau di tanya lo nggak menjawab, kadang kalau jalan lurus-lurus aja nggak nyapa-nyapa dulu, gitu lah pokoknya," jawab Sally, jujur.
Senyuman Alex semakin lebar.
"Tapi gue nggak begitu kan sama lo?."
"Iya sih."
"Nah, kalau begitu lo harus bersyukur. Tandanya gue nggak perlu lo waspadai kegenitan sama cewek lain, karena gue cuma mau menyapa lo dan juga ngomong banyak hal sama lo. Bukan sama cewek lain," jelas Alex.
Wajah Sally jelas langsung memerah atas penjelasan Alex.
"Sejujurnya, dari kecil gue memang nggak terbiasa ngomong banyak sama orang lain. Bahkan sama Seven B pun hanya sesekali aja gue mood buat ngomong banyak. Gue lebih suka diam dan memperhatikan," ujar Alex sambil menambah kayu bakar di api unggunnya.
Sally menatapnya sambil bertopang dagu. Alex terlihat lebih garang saat sedang diam seperti saat ini. Kedua mata mereka pun bertemu di kala Alex melirik ke arah Sally setelah menambah kayu bakar.
"Gue kelihatan aneh gitu sampai harus lo perhatiin kaya' begitu?," tanya Alex, jahil.
Sally tersenyum.
"Nggak kok, lo kelihatan lebih..., lebih..., lebih apa ya..., itu loh..., yang kaya' difilm-film action," Sally bingung menjelaskannya pada Alex.
Alex terkekeh. "Udah nggak usah dipikirin. Intinya gue menyenangkan untuk dilihat oleh kedua mata lo."
Deg!
Jantung Sally rasanya hampir melompat dari dalam dadanya saat Alex mengatakan itu. Namun ia tetap berusaha menampilkan wajah sewajar mungkin, agar Alex tak menganggapnya ge-er.
"Sal? Sally?," panggil Alex sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah gadis itu.
"Eh..., iya AL, maaf gue ngelamun," jawab Sally.
"Iya nggak apa-apa. Memangnya lo lagi mikirin apa sampai melamun gitu?," Alex ingin tahu.
Kedua mata Sally melebar, ia tentu saja tak mungkin mengatakan pada Alex kalau dirinya sedang memikirkan Pria itu.
"Oh, itu..., gue..., belum lihat keadaannya Cassandra. Jangan sampai dia belum makan."
Sally pun bangkit lalu berjalan menuju tenda milik Cassandra. Alex tentu saja mengikutinya, namun jarak mereka tak terlalu dekat hingga seseorang menangkap tangan Sally secara tiba-tiba dan membuat gadis itu menjerit.
ARRRGGHHH!!!
Alex pun bergegas mendekat dan meraih tubuh Sally dengan cepat hingga cengkraman tangan Pria itu terlepas dari tangan Sally.
"Mau ngapain lo???," bentak Alex.
"Gue??? Mau main-main lah sama Adik kesayangannya Andra ini...," salah satu senior kelas 12 IPS itu kembali mencoba merebut tangan Sally lagi dari genggaman Alex.
"Mundur lo!!!," Alex mendorong Pria itu hingga terperosok ke tanah.
Sally ketakutan di balik punggung Alex. Pria itu bangun lagi dan berkelahi dengan Alex. Pukulan demi pukulan tak dapat dihindari oleh kedua orang itu.
"Kak Andra!!! Tolong!!!," teriak Sally histeris.
Andra mendengar suara teriakan Adiknya dan bergegas berlari dari tendanya bersama Radit, Wayan dan Reno. Veyza meminta Debby masuk ke tenda lalu ikut berlari menuju ke tengah-tengah perkemahan bersama Keylan dan Ian.
"Woy!!! Berhenti!!!," teriak Ian yang langsung membantu Alex berkelahi dengan Pria itu.
Andra meraih Sally ke dalam pelukannya, gadis itu menangis ketakutan dengan apa yang terjadi saat itu. Guru-guru dan Kepala Sekolah pun ikut berdatangan untuk memisahkan mereka yang berkelahi.
"AWAS LO!!! GUE BAKALAN BALAS PERBUATAN LO HARI INI!!!," ancam Pria itu.
"LO YANG AWAS!!! SEKALI LAGI LO SENTUH SALLY MAKA LO NGGAK AKAN GUE AMPUNIN!!!," balas Alex, murka.
"Udah AL..., udah...," pinta Hendri.
Alex menatap Hendri.
"Dia nyentuh Sally Kak!!! Dia narik tangannya sampai Sally kesakitan!!! Saya nggak terima!!!," teriak Alex.
"Iya!!! Cukup!!! Saya tahu kamu nggak terima, tapi lihat kondisi Sally, mana lebih penting??? Balas dendam kamu atau Sally???," Hendri balas berteriak.
Alex mencoba mengatur nafasnya yang masih naik-turun karena emosi. Ia menatap Sally yang masih menangis di pelukan Andra, dan ia tiba-tiba merasa gagal untuk melindungi gadis itu.
Cassandra mengambil alih Sally dari Andra, Kyara dan Tita pun ikut membantunya kembali ke tenda. Andra mendekat pada Alex yang berusaha mengatur emosi dalam dadanya.
"AL," panggil Andra.
"Gue tahu lo mau ngomong apa. Iya, gue gagal jagain Adek lo. Maaf," ujar Alex dan hendak berbalik pergi.
Andra menahannya dengan memegang bahu Pria itu dengan erat.
"Lo nggak gagal Bro! Lo berhasil! Karena jujur, kalau gue yang ada di posisi lo tadi, paling gue cuma bisa nyuruh Sally buat lari sejauh-jauhnya. Tapi lo nggak. Lo tetap ada di tempat dan menghadapi cowok sialan itu sampai dia babak belur. Lo berhasil AL," Andra mengatakannya dengan jujur.
"Tapi Sally nangis Kak, gue bikin Adek lo nangis!," bantah Alex.
"Wajarlah kalau dia nangis. Namanya juga cewek. Jangan samakan Sally sama Difta atau Tita yang nggak pernah punya bibit airmata. Sally memang aslinya cengeng AL, nangis itu udah jadi hobinya dia," ujar Andra.
Alex tak menanggapi, Andra merangkulnya dengan santai.
"Gue tahu betul bagaimana Sally AL, dia nggak mudah merasa nyaman sama siapapun. Satu-satunya cowok yang bisa membuat dia nyaman selama ini cuma gue, dan sekarang dia merasa nyaman sama elo," ungkap Andra.
'Sama seperti dia, gue juga nggak mudah merasa nyaman sama cewek kecuali dua sahabat gue. Sekarang, gue merasa nyaman ada di sisinya.'
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLY ; Ketika Pilihanku Hanya Jatuh Padamu
Ficção Adolescente[COMPLETED] Kulkas! Dia mirip kulkas! Sudah pendiam, dingin, kaku lagi! Tidak ada pria manapun yang bisa menandingi iritnya dalam berbicara. Tapi entah mengapa di balik diamnya seorang AL Seven B membuatku penasaran setengah mati untuk tahu segalany...