Pagi itu Cassandra mengatakan pada Sally akan ke ruang loker untuk menyimpan beberapa buku yang kemarin dibawanya. Sally berniat menyusulnya setelah membereskan isi tasnya sesuai jadwal hari ini.
Sally tiba di ambang pintu ruang loker dan segera berjalan masuk ke dalam untuk menemui Cassandra, namun ia berhenti ketika menangkap sosok Keylan yang tengah hendak menyudutkan Cassandra. Ia ingin menegur, namun sebuah tangan tiba-tiba menutup mulutnya dan menarik dirinya untuk bersembunyi di balik lemari loker yang lain.
Alex!
"Sssttt! Jangan berisik," bisiknya.
Sally mengangguk dan Alex pun melepaskan tangannya yang membungkam mulut Sally tadi. Mereka berdua mendengarkan apa yang terjadi di lemari sebelah.
"Siapa itu Langit?," tanya Keylan, namun tak sekejam biasanya.
"Bu..., bukan siapa-siapa Key. Itu cuma kiasan," jawab Cassandra, yang terdengar ketakutan.
"Kiasan? Kiasan yang menggambarkan gue kan?," tanya Keylan lagi.
"Bu..., bukan kok Key..., bukan elo," Cassandra kembali menjawab.
"Gitu ya? Jadi Langit itu bukan gue? Gue kecewa! Gue pikir Langit itu gue, tapi ternyata bukan!," kini Keylan mengatakannya dengan sangat dingin.
"Kok suaranya berubah?," tanya Sally berbisik di telinga Alex.
"Entahlah, mungkin dia kecewa dengan jawaban Cassandra," jawab Alex.
Mereka berdua pun mendengar suara langkah kaki yang menjauh.
"Lo bilang sama Bu Lia, copot itu puisi dari mading! Jangan pajang itu puisi kalau Langit yang lo maksud bukan gue! Jangan bikin cowok-cowok pada ge-er sama lo! Gue nggak suka!," tegas Keylan.
Hening!
Cassandra pun terdengar melangkah keluar dari ruang loker tak lama kemudian. Alex dan Sally saling pandang.
"Key itu sebenarnya kenapa sih? Gila atau gimana? Nggak jelas banget sih hidupnya!," gerutu Sally.
Alex tersenyum, Sally bisa melihat senyuman itu dengan jelas dari jarak dekat seperti itu. Posisi mereka belum berubah sejak tadi, masih berhadap-hadapan.
"Dulu Key suka sama Cassandra, hanya mulai membenci sejak terjadinya kemenangan palsu itu. Tapi gue yakin, di dalam hati kecilnya Key masih ada perasaan yang sama untuk Cassandra," jelas Alex.
"Dan dia cuma nggak mau mengakui hal itu karena egonya yang tinggi?," tebak Sally.
"Ya, semua karena egonya," balas Alex.
Mereka kembali terdiam beberapa saat.
"Gue punya rencana untuk membuat egonya Key runtuh," ujar Alex.
Sally menatap tepat pada kedua mata Alex.
"Rencana bagaimana?," tanya Sally.
"Lo harus meyakinkan Bu Lia untuk tidak mencabut puisi itu dari mading, karena Cassandra sudah jelas akan memenuhi apa yang Key minta tadi."
"Terus?."
"Sisanya biar gue yang urus. Nanti lo tinggal ikutin aja alurnya."
"Oke."
Lagi-lagi mereka berdua terdiam sambil menatap satu sama lain. Alex kembali tersenyum dan Sally tambah terpaku di tempatnya.
"Parfum lo, wangi apel," ujar Sally.
"Pengalihan yang bagus," puji Alex dengan senyumnya yang makin mengembang, "..., ya parfum gue wangi apel. Suka?."
"I..., iya..., suka. Wanginya segar," jawab Sally, gugup.
"Gue juga suka...," ujar Alex.
"Parfum gue?," tanya Sally.
"Elo...," jawabnya.
"Hah???."
"Bercanda..., jangan marah ya. Gue balik ke asrama dulu," pamit Alex.
Cup!
Satu kecupan singkat dari Alex mendarat di pipi kanan Sally dengan sempurna hingga membuat wajahnya memerah dan jantungnya berdebar. Sementara Alex hanya pergi begitu saja meninggalkannya dalam keadaan setengah gila.
"Aaaahhhhhh..., pipi gue ternodai!!!," pekik Sally sambil tertawa bahagia.
* * *
Sally benar-benar memohon pada Bu Lia sore itu sebelum Ekskul dimulai. Bu Lia menatapnya.
"Baiklah kalau memang itu bisa membuat Keylan memaafkan Cassandra, saya tidak akan mencopot puisi itu bahkan jika Cassandra memohon," Bu Lia setuju.
Sally terlonjak senang, ia segera memberitahukan hal itu pada Alex saat mereka kembali bertemu di samping asrama.
"Sukses! Bu Lia setuju," ujar Sally.
"Bagus, sekarang tinggal gue suruh Key ke gedung Ekskul buat latihan di Ruang Musik. Lo bisa sembunyi di Ruang Musik dan mengawasi Key," ujar Alex.
Mereka kembali berpisah dan menjalankan misi masing-masing. Tak sampai satu jam, Alex kembali menemui Sally di tempat persembunyian sudut ruang musik dan memperhatikan Keylan yang sedang memainkan biolanya dengan nada berantakan.
"Menurut lo akan berhasil gitu?," Sally ragu-ragu.
"Pasti berhasil! Key manusia yang punya hati kok, dia nggak mungkin terus-menerus mengutamakan egonya," Alex meyakinkan Sally.
BRAKKK!!!
Mereka berdua terkejut, Keylan membanting biolanya ke dalam tempat yang biasa ia pakai untuk menyimpan. Pria itu menatap keluar jendela dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak oleh siapapun.
Cassandra terlihat berjalan melewati jendela. Sally dan Alex menatapnya.
"Eh..., kok dia manjat ke pembatas?," Sally kebingungan.
"Gue yang suruh," jawab Alex.
"Apa??? Lo gila??? Kalau dia lompat gimana???," Sally panik.
"Udah tunggu aja dulu!," pinta Alex.
Keylan terlihat berlari dengan cepat keluar dari Ruang Musik untuk mencegah Cassandra bertindak bodoh. Alex dan Sally berlari keluar dari tempat persembunyian dan mengintip melalui jendela. Keylan terlihat meraih tubuh Cassandra dan jatuh berdua ke lantai di balkon.
"Aduh Cassandra AL!!!," Sally tak tega.
"Tenang Sal, kalau kita nggak membiarkan mereka menyelesaikan semuanya berdua aja, maka nggak akan ada yang namanya penyelesaian," jelas Alex.
Sally pun akhirnya mengalah dan tetap ikut mengintip. Cassandra terlihat histeris, meskipun suaranya tak terdengar dari dalam Ruang Musik itu. Keylan terlihat berusaha menenangkannya lalu memeluknya dengan erat.
Alex dan Sally pun saling menatap.
"Lihat, gue benar kan? Key memang masih punya rasa yang sama terhadap Cassandra," ujar Alex.
"Iya, maaf kalau gue ragu," sesal Sally.
"Nggak apa-apa Sal, lo peduli sama Cassandra dan lo nggak mau dia kenapa-napa karena Key. Lo sahabat yang baik buat dia, dan gue maklum kalau lo ragu dengan apa yang gue katakan karena lo nggak pernah ada di posisi gue yang selalu menyaksikan semuanya dalam diam," balas Alex.
Sally menatap mata Alex yang terlihat begitu tegas dari mata Pria manapun yang pernah Sally lihat secara sekilas. Alex tersenyum lagi seperti tadi pagi.
"Gue balik duluan ke asrama ya, jangan lupa hibur Cassandra, saat ini dia lagi membutuhkan lo lebih dari biasanya," pesan Alex.
Sally mengangguk sambil membalas senyuman itu.
Cup!
Satu kecupan singkat kembali mendarat di pipi kiri Sally dari Alex. Sally mendadak berubah menjadi setengah gila lagi seperti tadi pagi.
"Aaaahhhh!!! Pipi gue kembali ternodai!!!," cicit Sally dengan dada bergemuruh hebat.
Alex hanya tersenyum diam-diam dan meninggalkannya dengan cepat.
'Dasar Alex! Untung gue suka!.'
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLY ; Ketika Pilihanku Hanya Jatuh Padamu
Novela Juvenil[COMPLETED] Kulkas! Dia mirip kulkas! Sudah pendiam, dingin, kaku lagi! Tidak ada pria manapun yang bisa menandingi iritnya dalam berbicara. Tapi entah mengapa di balik diamnya seorang AL Seven B membuatku penasaran setengah mati untuk tahu segalany...