Bu Lia membagi kelompok di kelas 10-a siang itu dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Satu kelompok terdiri dari dua orang, karena mereka akan bekerja sama untuk membuat sebuah laporan berita. Difta dan Veyza tertawa hebat saat Bu Lia menetapkan kelompok, di mana Alex akhirnya duduk berhadapan dengan Sally.
"Cocok banget emang..., yang satu diam terus, yang satu lagi ngomong terus," ujar Farel tanpa rasa berdosa.
Alex hanya memutar kedua bola matanya karena sebal dengan kelakuan keenam sahabatnya yang lain.
"Jangan didengar, mereka memang suka kumat jiwa-jiwa nggak warasnya," ujar Alex.
Sally terlihat takjub di hadapan Alex, sehingga Pria itu mendadak kebingungan.
"Gila! Lo bisa ngomong satu kalimat? Ya ampun..., gue pikir lo cuma bisa mengucap satu kata aja selama ini...," seru Sally sambil menepuk dahinya sendiri.
HAHAHAHAHA!!!
Ledakan tawa dari mulut-mulut ajaib anggota Seven B pun tak dapat tertahankan lagi. Mereka seakan baru saja diberikan pemicu yang besar oleh Sally.
Bu Lia masuk kembali ke dalam kelas itu dan kelas mendadak hening.
"Baiklah, hari ini kita akan mempraktekan tentang menyampaikan berita singkat. Ada yang mau mencobanya lebih dulu?," tanya Bu Lia.
Tak ada yang menjawab, Bu Lia mengedarkan pandangannya dan segera tertuju pada Sally yang masih menatap takjub ke arah Alex, sementara Alex sendiri terlihat mati-matian menahan tawanya di hadapan gadis itu.
"Sally, ada berita yang ingin kamu sampaikan?," tanya Bu Lia tiba-tiba.
"Ada Bu," jawab Sally dengan cepat dan berdiri dari kursinya.
Alex akhirnya gelagapan karena merasa tidak siap sama sekali, sementara Sally sudah benar-benar berdiri dengan penuh percaya diri.
"Coba sampaikan berita yang kamu dapatkan hari ini," pinta Bu Lia.
"Hari ini untuk pertama kalinya AL atau yang bernama lengkap Alexander Aditia Rega mengucapkan satu kalimat terpanjang dari biasanya!," jelas Sally, bangga.
Alex melongo seketika saat namanya dan kelakuannya dipakai oleh Sally dalam berita singkat yang disampaikan oleh gadis itu.
HAHAHAHAHAHAHA!!!
Ledakan tawa kembali terdengar, kali ini bukan dari anggota Seven B, karena anggota Seven B tahu betul kalau Alex takkan suka jika mereka menertawai orang lain yang sedang berusaha dalam belajar. Ledakan tawa itu berasal dari seluruh anggota kelas 10-a dan tertuju pada Sally. Sally pun mendadak tak seceria tadi lagi.
"Cukup!!! Diam semua!!!," perintah Bu Lia.
Mereka semua pun terdiam serempak.
"Apa yang kalian tertawakan? Hal yang di sampaikan oleh Sally adalah contoh sebuah berita singkat, dan dia bahkan menyampaikan berita itu dengan susunan yang sangat bagus. Apa yang salah sehingga kalian menertawainya? Apa kalian sudah bisa menyampaikan berita seperti yang Sally sampaikan?," tanya Bu Lia, yang merasa kesal karena semua menertawakan Sally.
Tak ada yang menjawab, semua orang terdiam. Alex menepuk bahu Sally agar gadis itu tidak merasa khawatir. Sally menatapnya dan merasa bersalah. Alex sekelompok dengannya dan dia bahkan tak bertanya atau minta ijin dulu pada Alex sebelum menyampaikan berita seperti itu.
"Nilai praktek Sally dan AL hari ini A+!," putus Bu Lia.
Sally pun terlonjak senang dan Alex ikut merayakannya dengan tersenyum. Keenam anggota Seven B bertepuk tangan untuk mereka berdua dan diikuti oleh anggota kelas lainnya meskipun beberapa orang terlihat setengah hati.
Saat mata pelajaran Bahasa Indonesia berakhir dan Bu Lia sudah keluar, Alex pun kembali duduk di mejanya sendiri. Sally kembali menyendiri di mejanya sambil mengeluarkan buku cetak pelajaran selanjutnya.
"Ah, itu cuma keberuntungan aja buat si Sally..., kalau dia nggak duduk sama Alex, mana mungkin dia akan dapat nilai begitu dari Bu Lia," bisik salah satu cewek di bagian depan kelas.
Sally mendengarnya dan langsung merebahkan kepalanya lagi di meja sambil menatap keluar jendela. Alex menoleh ke arahnya dari balik tubuh Tita yang menghalangi.
"Kalau ngomongin orang jangan berani di belakang! Di depannya langsung kalau mau!," sindir Difta secara tiba-tiba.
Tanpa Alex sadari, ternyata Difta sedang memperhatikan semua orang, bahkan tim pengggosip. Sally pun mengangkat kepalanya kembali dan menatap Difta yang sudah memasang tanduk tak kasat mata di kepalanya.
"Sekalipun tadi Sally duduk sama gue dan bukan sama AL, dia tetap akan dapat nilai A+ sama seperti tadi! Karena dia punya sifat alami dalam merespon keadaan di sekitarnya! Nggak kaya' elo, yang cuma mampu ngomongin orang dari belakang tapi nggak punya nyali buat berhadapan secara langsung!," tegas Difta.
Tita pun menghentikan kegiatan mencatatnya dan segera melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum sinis seperti biasanya.
"Makanya, kalau sekolah itu jangan cuma bawa otak sama fisik aja! Mulut sama hati juga bawa buat disekolahin, biar tahu tata krama dan tidak bersifat dengki sama orang lain!," tambah Tita, santai.
Wajah tim penggosip pun memerah seketika, sindiran kedua anggota Wanita dalam Seven B itu sukses besar menusuk hati mereka. Semuanya segera membubarkan diri dan kembali pada pekerjaan masing-masing.
Sally tersenyum ke arah Difta dan Tita sambil mengacungkan kedua Ibu jarinya untuk mereka.
"Kalian keren! Gue boleh les privat buat nusuk hati orang kaya' yang kalian berdua lakukan nggak?," tanya Sally, polos.
"Boleh..., kapan lo punya waktu kosong? Nanti gue yang ajarin," jawab Tita dengan cepat.
Alex pun menggeram sesaat lalu memukulkan buku catatannya ke kepala Tita.
"Jangan bawa pengaruh buruk buat anak orang lain!," tegas Alex.
Tita tak membalas, ia hanya mampu meringis sambil mengusap kepalanya yang dipukul oleh Alex. Sally dan Difta tertawa melihat hasil perbuatan Alex, dan Alex senang melihat gadis itu tertawa lagi.
"Udah nggak usah dibawa pusing. Kalau dalam hidup ini nggak ada orang yang suka bergosip, maka Tuhan nggak akan menciptakan surga dan neraka. Kita hanya perlu memastikan, bahwa bukan kita yang ada di posisi menjadi penggosip seperti mereka," ujar Difta, yang berusaha menyabarkan Sally.
Sally pun benar-benar tersenyum lega saat mendengar apa yang Difta katakan.
'Nggak semua orang tidak mengerti akan keadaanmu, karena sesekali akan ada orang-orang yang peka hadir dalam hidupmu.'
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLY ; Ketika Pilihanku Hanya Jatuh Padamu
Teen Fiction[COMPLETED] Kulkas! Dia mirip kulkas! Sudah pendiam, dingin, kaku lagi! Tidak ada pria manapun yang bisa menandingi iritnya dalam berbicara. Tapi entah mengapa di balik diamnya seorang AL Seven B membuatku penasaran setengah mati untuk tahu segalany...