P3K

76 16 0
                                    

"Eh, AL katanya mau nembak Riva dari kelas 10-c loh," bisik Hani bersama geng Penggosipnya.

Deg!!!

"AL? Alex? Alexander Aditia Rega?," Sally masih berusaha santai.

"Kapan?," tanya Kinan.

"Hari ini, kata si Riva sih di ruang musik pas Ekskul nanti," jawab Hani.

"Masa sih? Ya ampun..., akhirnya AL sadar juga ya kalau si Sally tuh nggak pantas buat dia gebet," ujar Fani.

Hahahahaha!!!

"Iya betul! Akhirnya si Sally nggak bakal kecentilan lagi sama AL," sahut Hani.

Sally memasukkan bukunya ke dalam tas, dan memutuskan untuk beranjak dari perpustakaan tanpa mau mendengar gosip itu lebih lama lagi. Ia memasang headset di telinganya dan mendengarkan musik yang ia suka.

Alex melihatnya saat berpapasan. Ia melambaikan tangannya namun Sally tak menggubris dan terus saja berjalan lurus. Gadis itu bahkan tak menatap wajahnya seperti biasa.

"Lah, kok gue dicuekin?," Alex kebingungan.

Seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang dengan tegas. Alex berbalik dan melihat Farel yang berdiri di belakangnya.

"Hai Far, ada apa?," tanya Alex.

"Jangan banyak tanya dulu. Lo mendingan kejar Sally, dia bakal benar-benar salah paham kalau lo nggak ngejar dia," ujar Farel.

"Salah paham? Salah paham kenapa?," tanya Alex makin tak mengerti.

"Dia dari perpustakaan dan semua cewek centil di perpustakaan tuh lagi ngegosipin elo sama si Riva. Bahkan mereka bilang kalau lo bakalan nembak si Riva hari ini. Sally dengar, dan gue yakin seratus persen kalau dia salah paham sekarang," jelas Farel sangat cepat.

Alex pun segera berlari mengejar langkah Sally yang ia harap belum terlalu jauh dari jangkauannya. Sally masih berdiri di depan meja saji saat memilih makan siang, dan Alex menemukannya.

"Hai Sal!," sapanya dengan nafas terengah-engah.

Sally menatapnya dari atas sampai bawah.

"Ya ampun AL..., lo kenapa sampai berkeringat begitu? Lo sakit?," Sally panik.

"Nggak kok..., gue..., nggak sakit," jawab Alex terbata-bata.

"Nggak sakit gimana? Itu nafas lo sesak begitu..., sini..., duduk dulu," Sally menarik tangan Alex untuk duduk di sebuah kursi terdekat.

Riva dari kelas 10-c yang memang sengaja menyebar gosip tentang dirinya sendiri dan Alex pun menatap tak suka ke arah Sally yang baginya sok perhatian pada Alex.

"Va, lo yakin si Alex itu suka sama lo?," tanya salah satu temannya.

"Iya! Alex itu suka sama gue! Itu cewek aja yang kegatelan!," jawabnya tajam.

Alex membiarkan saja Sally yang panik di hadapannya, ia ingin sekali tertawa namun berusaha ditahannya agar Sally tidak marah.

"Tarik nafas..., keluarkan..., tarik nafas lagi..., keluarkan...!!!," bimbing Sally.

Alex mengikuti arahannya selama beberapa menit.

"Sal..., gue udah kaya' orang mau melahirkan," protes Alex pada akhirnya.

"Oh gitu ya? Itu bukan pertolongan pertama pada orang sesak nafas ya?," Sally mendadak kebingungan.

"Bukan. Pertolongan pertama untuk orang sesak nafas itu ada tiga tahapan. Yang pertama, dikasih minum."

Sally segera menyodorkan sebotol air mineral dari dalam tasnya untuk Alex. Alex pun meminumnya dengan santai sambil menahan senyum.

"Apa lagi?," tanya Sally.

"Kedua, dikasih makan."

Sally bergegas mengambil semangkuk sup asparagus yang biasa Alex makan. Ia lalu mendekat kembali dan menyodorkan mangkuk tersebut pada Alex.

"Suapin dong..., kan pertolongan pertama," jiwa-jiwa usil itu pun kumat dari dalam diri Alex.

Sally benar-benar menyuapinya dengan sangat pelan, telaten, dan bahkan tak lupa mengusap pipi Alex dengan tissue jika ada kuah yang terciprat di sana. Sementara di dalam hati Alex tengah bersorak-sorak bergembira luar biasa.

"Terus yang ketiga apaan?," tanya Sally lagi.

Alex berpikir keras beberapa saat.

"Biarkan pasien tenang selama beberapa saat dan nanti setelah makan siang pasien harus diantar sampai ke kelas," jawab Alex akhirnya.

"Oh..., oke. Jadi sekarang gue harus ngapain dulu nih sambil nunggu lo tenang?," Sally seakan kehilangan tujuan sebenarnya.

"Makan siang..., gue tungguin sampai lo selesai," Alex menunjuk piring milik Sally yang masih utuh.

Sally pun memakan Nasi dan sup ayamnya. Alex menatapnya sesaat sambil tersenyum. Ia lalu berbalik menatap ke belakang di mana Riva berada dan memberikan tatapan tajamnya.

Riva tahu arti tatapan itu, ia mendadak ketakutan.

"Itu si Alex kenapa melotot ke arah lo Va? Tajam banget sumpah tatapannya! Mengerikan!," ujar temannya.

"I..., itu..., dia..., dia..., kaya'nya dia mengancam gue deh!," jawab Riva.

"Mengancam? Kok mengancam? Bukannya lo bilang kalau dia suka sama lo?."

"Ng..., nggak! Dia nggak suka sama gue..., gue cuma..., cuma cari perhatian dia aja," Riva akhirnya mengakui kebohongannya.

"Mampus lo! Gosip udah terlanjur menyebar Va, dan Seven B pasti dengar!."

Riva pun semakin gemetaran di kursinya.

"Gimana? Udah tenang?," tanya Sally.

Alex tersenyum.

"Iya, gue udah tenang kok. Sekarang kita ke kelas yuk," ajak Alex.

Sally mengangguk-angguk patuh. Alex memintanya berjalan duluan dan dia berjalan di belakang Sally. Mereka berdua langsung menuju ke kelas tanpa berniat mampir ke manapun.

"Eh, iya..., hari ini lo ada rencana apa?," tanya Sally.

"Nggak ada tuh. Gue berencana bolos Ekskul karena capek dan pengen mendekam di perpustakaan," jawab Alex, santai.

"Bolos Ekskul?," Sally terlihat kebingungan.

"Iya, bolos Ekskul. Capek juga gue rasa setiap hari ikut Ekskul. Sekali-sekali gue pengen santai, bermalas-malasan dan baca buku sepuas hati," Alex mengungkapkan keinginannya.

"Bukannya lo mau nembak Riva anak kelas 10-c? Banyak loh yang sebar gosip itu hari ini," Sally melipat kedua tangannya di depan dada dan terlihat berpikir.

"Sal, lo pasti tahu banget lah gimana gue dan hidup gue. Gue ini nggak banyak bergaul sama orang lain, jadi kalau suatu hari gue akan nembak seseorang pasti yang pertama tahu itu bukan orang-orang penyebar gosip. Seven B akan selalu jadi yang pertama tahu apapun dalam hidup gue," ujar Alex berusaha meyakinkan Sally.

Sally pun tersenyum lega, Alex tahu namun memilih diam saja.

"Oke, jadi lo mau gue temani bolos Ekskul nggak hari ini?," tawar Sally, dengan senang hati.

"Boleh..., tapi kita ke minimarket dulu ya. Gue mau beli jus apel buat minum di perpustakaan," balas Alex.

Sally pun mengacungkan kedua ibujarinya dengan cepat.

'Yang perlu lo dengar hanya kabar dari gue, bukan kabar nggak jelas buatan orang usil! Karena gue pastiin, hanya gue yang nggak akan pernah berbohong sama lo.'

* * *

ALLY ; Ketika Pilihanku Hanya Jatuh PadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang