Chapter 1

546 13 2
                                    

Hari ini hari Senin dan aku, Magenta Salsabila James sangat bersemangat pergi ke sekolah. Well, banyak orang yang bertanya-tanya tentang namaku. Aku memang keturunan asli Indonesia. Kedua orangtuaku adalah orang Indonesia asli. Ayah diadopsi oleh kakek dan nenek sewaktu beliau berumur 6 tahun. Itu menjelaskan dari mana asal nama keluargaku yang kebarat-baratan. Sementara itu, ayah juga bertemu dengan ibu waktu ia berkunjung ke Indonesia dulu.

Saat aku berusia lima tahun, kedua orangtuaku meninggal dalam kecelakaan pesawat. Meninggalkan hak asuhku yang kemudian jatuh ke tangan Paman Damian, adik tiri ayah.

Dari dulu aku penasaran, mengapa paman Damian selalu menolak kupanggil paman. Mungkin karena usianya hanya terpaut 13 tahun dariku. Dasar, ia pasti tidak mau merasa tua. Tapi bagaimanapun ia adalah paman yang baik. Kecuali sikap overprotektifnya, yang biasanya membuatku jengkel setengah mati. Tapi sikap itu agaknya mulai berkurang akhir-akhir ini, buktinya semalam ia memberikanku izin untuk keluar di malam sekolah.

Well, ini kemajuan besar. Ini tahun terakhirku di SMA dan kali pertama aku keluar dan hang out bersama teman-temanku. Demi Tuhan, ini Amerika. Setiap remaja di sini pasti pernah party dan mabuk dan lain sebagainya. Bukan berarti aku antusias mencoba minuman pahit itu, tapi..ah, kau tahu maksudku. Damian akan menjadikanku barbeque jika aku benar-benar melakukannya.

Aku juga belum pernah punya pacar selama ini. Semua juga tahu kalau itu  adalah efek dari pamanku tersayang.

Tapi sudah kubilang selain sifat menyebalkannya itu, ia adalah paman yang sangat luar biasa.

Setelah kelas kimia yang membosankan, akhirnya acara yang kutunggu-tunggu datang juga.

"Hey.. Are you ready?" Sharon menepuk bahuku dengan cengiran kuda menghiasi wajahnya.

Aku mengangguk antusias, "Yep"

Jane bergabung dengan kami, di belakangnya ada Arman dan Ben,  "Ayo Maggie"

***

Kami duduk di sebuah kursi dengan empat gelas frapuccino di atas meja. Kami mengobrol seru tentang prom dan juga ujian akhir yang akan segera tiba.

Aku memandang teman -temanku. Sharon, si pirang bermata biru dengan antusiasme melebihi ketua cheerleader sedang mengobrol seru mengenai calon pasangan prom nightnya.

Jane, si rambut merah yang selalu mengingatkanku akan Mary Jane di film Spiderman, dan sebenarnya dia memang terlihat seperti itu kecuali tubuhnya yang agak subur dengan pembawaan yang kalem.

Kemudian Arman dan Ben, kembar identik berambut cokelat yang duduk di depanku. Meskipun mereka kembar identik, orang asing pun tidak akan pernah salah mengenali mereka. Arman, si kembar yang lebih muda, memiliki tindikan di telinga dan hidung dan di beberapa tempat yang mungkin hanya Tuhan yang tahu. Ia berulangkali kena damprat guru karena hal itu, namun rupanya itu bukan masalah besar baginya. Dan Ben, si kembar yang lebih tua bergaya nerd dengan pembawaan yang tenang dan smart. Karakter mereka benar-benar berbeda, tapi mereka semua adalah teman-teman yang baik.

Sementara aku, si Magenta. Seorang gadis keturunan Indonesia asli yang karena beberapa takdir Tuhan bisa terdampar di sini. Dengan rambut hitam ikal sebahu dan kulit sawo matang—istilah ayahku—aku benar-benar bukan apa-apa dibandingkan mereka.

Sebuah tangan yang terayun di depan wajahku menyadarkanku dari lamunan. Aku mengerjabkan mata.

"Hey..Aku tanya apakah kau sudah dapat teman kencan untuk pesta prom?" Sharon bertanya kepadaku. Yang lain kelihatan menunggu jawabanku.

Aku terkekeh masam, "Belum."

Jane menepuk bahuku, "Hey..jangan lesu seperti itu. Kau akan segera mendapatkannya. Kau kan cantik."

My Dear MagentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang