Chapter 6

260 8 0
                                        

Tidak terasa hari di mana kami ujian akhir tiba juga. Selama seminggu belakangan aku melipatgandakan jam belajarku. Damian saja sampai terkejut melihatnya. Aku jadi kasihan padanya, ia jadi jarang sarapan karena akhir-akhir ini aku selalu begadang untuk belajar.

Baiklah..karena ini hari terakhir ujianku, malam ini aku akan membuat makan malam spesial untuk pamanku yang satu itu.

Sepulang sekolah, aku bergegas ke Ernie's untuk membeli bahan-bahan makanan. Aku langsung lari ke bagian daging dan menyambar dua potongan besar sirloin yang kelihatan masih segar. Kemudian aku beralih ke bagian sayur dan buah. Hmm.. Kentang, selada, asparagus, jamur. Di rumah masih ada bumbu dapur yang lain juga. Oh iya.. Saus steaknya!

Aku sampai di rumah jam 6 tepat. Setelah mengganti bajuku dengan t-shirt dan celana training, aku bergegas ke dapur.

Aku mulai memanaskan mentega di atas pan sementara aku melumuri daging sirloin dengan garam dan lada. Yup, mulai memanggang.

Sambil menunggu dagingnya matang, aku memanaskan saus steak di atas panci saus dan memasukkan potongan-potongan jamur dan asparagus ke dalamnya. Tambahkan lada, garam, dan gula. Sausku selesai.

Setelah daging steaknya matang, aku menatanya di piring bersama potongan selada dan kentang panggang. Kemudian aku menuangkan sausnya di  atas daging dan voila! Sirloin steak ala Magenta sudah siaappp!!!

Aku tersenyum puas menatap hasil karyaku. Meja makan juga sudah kutata seperti di restoran. Ah, tinggal menunggu Damian datang.

Sambil menunggu si paman, aku mencuci mukaku yang berkeringat karena kegiatan memasak tadi. Aku melongok ke jam dinding di atas kulkas. Jam setengah 8.

Cklek

Suara pintu depan yang terbuka dan tertutup kemudian mengagetkanku. Aku lari kecil ke arah ruang tamu, agak terlalu bersemangat.

"Welcome home, Damian!" Aku berteriak ceria.

Damian menatapku dengan mulutnya yang berbentuk O. Wajahnya kelihatan kusut setelah bekerja seharian, namun itu tidak mengurangi ketampanannya. Kemejanya digulung sampai siku, jasnya tersampir di lengan kanannya.

Ia tertawa lelah,"Ada apa ini..."

Aku menarik tangannya menuju meja makan. "Ayo..ayo..silakan duduk. Hari ini kita akan makan malam spesial." Aku tertawa bangga.

Damian terkekeh dan duduk di hadapanku," Ada angin apa ini?" Ia memandang makanan yang tersaji indah di meja.

"Hari ini aku ingin merayakan hari terakhir ujianku. Aku juga ingin meminta maaf padamu karena beberapa hari ini aku tidak mengurusmu dengan benar, Dam" Aku memberikannya senyum penuh penyesalan.

Ia menggeleng, "Tidak sayang, aku mengerti kalau kau lelah. Aku tidak akan memaksamu. Terima kasih karena kau selalu mengurusku selama ini."

Ia memandangku dengan mata zamrudnya yang cemerlang. Ia begitu tulus sehingga membuatku ingin menangis. Tidak terasa sebutir air mata turun di pipiku.

Damian bangkit dari duduknya dan menghapus air mataku,"Oh tidak sayang, jangan menangis. Jangan menangis."

Aku memeluk pinggangnya,"Tidak Damian, akulah yang seharusnya berterimakasih padamu. Selama ini kaulah yang selalu menjagaku. Aku sayang padamu," Sial, sekarang aku mulai menangis seperti anak kecil.

Damian sejenak terdiam dan hanya mengelus-elus rambutku sayang.

"Sudah selesai menangisnya?" Ia bertanya dengan lembut.

Aku mengangguk,"Ini hanya acara makan malam. Kenapa jadi seperti ini sih.." Pipiku terasa panas.

Kami tertawa lepas dan mulai makan. Malam itu kami menghabiskan malam dengan movie marathon.

Aku dan Damian duduk di sofa ruang tengah. Televisi sedang menampilkan Jason Bourne yang tengah lari dari intaian Pamela Landy. Aku menyandarkan kepalaku di bahu Damian, mencari posisi yang nyaman.

"Magenta.."

Aku menengadahkan kepalaku. Mata cokelatku bertubrukan dengan mata Damian yang hijau cemerlang.

"Ada apa?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Tapi apapun yang akan kukatakan, tolong jangan tinggalkan aku."

Aku mengernyit,"Apa sebenarnya yang ingin kau katakan, Dam? Jangan membuatku penasaran."

Damian menghela napas panjang, ia mulai berbicara,"Magenta Salsabila James, aku mencintaimu. Bukan sebagai seorang paman ke keponakannya, tapi sebagai seorang pria ke wanita."

Sebuah jeda. Jeda yang cukup panjang di otakku yang lamban.

Apa yang Damian katakan tadi?

Apa aku tidak salah dengar?

***

Ho ho.. quite a big confession, isn't it?

My Dear MagentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang