Bagian 13 : Kesempatan?

577 63 29
                                    

Jangan lupa tekan 🌟🌟🌟



🍁🍁🍁

"coba ulangi sayang."

Serta merta Aisyah dan kedua temannya berbalik badan. Di depan mereka, Ari dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana abu-abunya, tersenyum cerah.

"hai, " sapanya, seolah mereka teman akrab .

Aisyah memutar bola mata. "mau ngapain lo? Oh ya gue tau, " tersenyum sinis, Aisyah melanjutkan. "mau pamer kalau sekarang udah bisa ngebeli kantin ya? Keren sekali kak Aiden ini."

Ari mengangkat alis kirinya. Dengan senyum geli di bibir. "kamu marah?"

"ya jelas lah!" seru Aisyah berang. Gila kali ni cowok. Udah tahu dia marah pake ditanya.

"wahh akhirnya kamu marah juga ya. Gak sia sia aku rencanain semua ini"

"maksud lo apa?" mata Aisyah berkilat bingung.

Ari menyeringai kecil. "ikut aku." digenggamnya tangan Aisyah lembut. Mata Aisyah membulat. Eh, eh mau kemana nih? Asal main narik bae.

Karin dan Adel hanya meringis. Sama sekali tidak tahu bagaimana cara menyelamatkan Aisyah. Karena untuk melawan kakak kelas biasa aja mereka masih mikir dua kali. Apalagi untuk melawan seorang Aiden Refari. Mati konyol namanya.

Ari mengeratkan genggamannya saat tangan Aisyah memberontak. Dengan dipandangi anak-anak kelas sebelas yang ada di lantai satu, Aisyah udah malu setengah mati. Para kakel perempuan menatapnya sinis dan penuh tanya. Siapa cewek yang digandeng sama Aiden?

Ternyata Ari membawanya ke lapangan indoor bulutangkis. Lapangan itu sepi. Namun juga dingin berkat tiga Ac yang dipasang. Aisyah meneguk saliva nya. Ini Ari gak mau gebukin dia, kan? Mentang-mentang ditolak. Bisa aja Ari mau balas dendam dengan bawa dia ketempat sepi kayak gini. Apalagi lapangan bulutangkis ini markas ekskul Ari.

"kamu kenapa tegang banget sih?" tanya Ari membuat Aisyah tersentak.

Ketahuan toh. Padahal Aisyah sudah berusaha setengah mati untuk terlihat tenang. Tapi apalah daya. Keringat dingin bercucuran di lehernya.

"lo mau ngapain bawa gue kesini?" suara Aisyah gugup banget. Dan itu membuat Ari terkekeh.

"kamu takut sama aku?"

"iya!"

"kenapa takut?"

"lo nyeremin!!"

"hah?" muka Ari berubah cengo. Gak salah denger nih dia? Masa muka seganteng Nicholas Saputra dibilang nyeremin!?

"nyeremin kenapa?" Ari bertanya dengan muka sedih.

"ng.. " Aisyah menggigit bibir bawahnya. Kayaknya, Ari salah tangkap maksud omongan dia. Buktinya tampangnya udah kayak orang mau nangis kejer cuma gara-gara dibilang nyeremin doang.

"ya lo pikir, ngelarang orang parkir sama makan di kantin itu gak nyeremin?" Aisyah berkacak pinggang. "lo nyeremin! Kek psycho tau gak?!"

Ari terdiam setelah disembur Aisyah habis-habisan. Wajahnya datar. Tidak sedih lagi tapi juga tidak cengar cengir seperti di kantin tadi. Matanya menatap Aisyah lurus.

"maaf ya. " ujar Ari, suara nya lembut banget udah kayak mau ngomong sama anak bayi. "maaf udah bikin kamu gak nyaman. Maaf juga udah bikin temen-temen kamu kesel. "

Aisyah memalingkan wajah. Tiba-tiba dia jadi gak enak. Padahal tadi di kantin dia semangat banget kalau ketemu Ari mau ngomel panjang lebar. Tapi sekarang, melihat Ari dengan wajah bersalahnya malah buat Aisyah jadi gak tega.

Annoying Heart (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang