07. Hell Train (03)

1.6K 279 38
                                    

Androssi merutuk untuk kesebelas kalinya dalam dua jam terkahir. Gara-gara FUG sialan itu, dia harus bersusah payah pergi ke stasiun lain untuk mengejar Hell Train. Sudah buruk dia hampir kalah ketika melawan Kaiser. Kedatangan Yuri Zahard dan pemandu kurcacinya itu juga sangat menganggu.

Menghentakkan kakinya kesal, Androssi menatap nyalang langit palsu di depannya ganas. Jika Kereta laknat itu tidak segera berada di depannya, ia janji bahwa dia akan menendangnya dengan sekuat tenaga seberapa bodohnya pun itu.

Menyilangkan tangannya sebal, Androssi melihat teman satu timnya yang sibuk dengan urusan masing-masing. Ketika dia teringat akan tujuannya menaiki kereta, ia menghela nafas.

Dirinya tidak mengerti apa yang wanita pirang berbintik itu pikirkan. Baam yang dia minati mempertaruhkan segalanya demi dia, bahkan lelaki macam Khun juga membantunya menaiki menara. Tapi pada akhirnya, wanita laknat itu mengkhianati dan membunuh rekan si rambut biru.

Pertama kali dia bertemu dengan wanita itu, dia terpaksa menjadi satu tim karena rasa asing yang dia rasakan. Androssi tidak menyangka jika wanita yang nampak lemah itu isinya sangat beracun. Katakanlah dia sedikit iri pada si pirang karena berhasil mendapatkan perhatian Baam.

Namun, karena yang bersangkutan sudah tidak ada. Saat ini ia hanya bisa menahan rasa penasaran. Androssi tidak bodoh. Ketika melihat Khun yang melakukan segala cara untuk membalas dendam. Ia mulai curiga, dia mengerti jika Khun ingin menghajar Rachel atas perbuatannya. Tapi, insting wanitanya berkata jika tindakan Khun bukan hanya itu.

Ada sesuatu lain yang diincar Khun. Pemuda biru itu telah banyak berubah. Saat Baam masih ada, si biru terlihat lebih hidup dan nyaman. Berbeda dengan sekarang, Khun terlihat tidak peduli dengan hidupnya dan terlihat tanpa tujuan.

Mungkin selama Rachel ada dia memiliki tujuan meski itu menyakitinya. Sejak wanita itu pergi, mungkin Khun kehilangan tujuannya--bukan tujuannya, dia kehilangan janjinya dengan Baam. Satu-satunya benang yang menghubungkannya dengan sang brunette.

Oh, makanya si biru nampak lebih buruk dari sebelumnya.

Haah, baik si pirang, si biru, si buaya dan si-si lainnya. Androssi tidak mau mengerti mereka, terlalu merepotkan. Ia hanya perlu menemukan Rachel dan meminta penjelasan.

Rak yang sedang makan pisang dengan nikmat, juga sedang duduk di kursi sambil menunggu kedatangan kereta. Tangan kecilnya mengupas kulit pisang dan membuangnya sembarangan. Mulutnya terbuka lebar dan nyam~

Pisang satu dimakan enak, pisang dua dimakan enak, buang kulitnya~ buang kulitnya~ makan pisangnya~ 🍌

"Hei Buaya menjijikan! Jika kau ingin membuang sampah, lempar pada Isu!" Khun menggerutu sambil menatap jijik kulit pisang yang terlempar di sampingnya. Untung saja tidak kena, kalau mengenai tubuhnya. Buaya sial itu akan membayar mahal.

Shibisu memprotes tidak terima. "Oi! Kenapa harus padaku!"

Khun mencibir seraya membuang muka. "Ada pepatah buanglah sampah pada temannya."

"Pada tempatnya! Bukan pada temannya! Ah! Rak! Kenapa kau melempar kulit pisang kepadaku!"

Hatz yang sedari tadi diam menjawab. "Karena pepatah itu benar."

Khun memilih untuk menjauh, ia melirik Shibisu, Hatz dan Rak yang saling melempar kulit pisang secara kekanakan. Maniknya kemudian berpindah pada Yuri Zahard yang sedang berdiri sambil mengomel pada Evan. Ia cukup penasaran mengenai Putri Zahard yang terkenal itu jauh-jauh datang ke Hell Train.

Sayup-sayup ia mendengar omelan Yuri yang menyatakan bahwa akan ada sesuatu yang menarik di dalam kereta. Karena dia kalah taruhan dengan--Khun tak begitu mendengar percakapan mereka--Yuri terpaksa menaiki kereta.

Sesuai jadwal, kereta akhirnya datang tepat waktu. Pintu kereta terbuka, menampakan sosok berbaju hitam.

Evan yang pertama kali sadar jika sosok itu adalah anggota Slayer FUG, Karaka. Kenapa orang seperti itu ada di sini?

Yuri yang ingin memasuki kereta dihalangi oleh Karaka. Mereka bertempur sebelum kereta kembali lepas landas, menyisakan Androssi, Khun, Sachi, Boro, Yuri dan Evan yang memasuki kereta.

Shibisu dan yang lainnya tak sempat masuk dan hanya bisa melihat bayangan kereta yang semakin jauh.

🍀🍀🍀

Wangnan dan Yihwa berdiri dengan gugup, mereka berhasil keluar dari ruangan Viole dan entah kenapa bertemu dengan bocah berambut putih yang sedang asyik memakan keripik kentang.

Di ujung lorong, mereka bertemu dengan Haoqin yang meminta bocah putih di depannya untuk bersatu. Keduanya kebingungan, setelah mendengar cerita si putih. Baik Wangnan dan Yihwa meneguk ludah paksa. Astaga, mereka baru saja keluar dari lubang ular dan sekarang masuk lubang singa.

Haoqin berkata bahwa ia telah 'menelan' saudara yang lain dan tinggal bocah di depannya yang belum. Ketika Haoqin dengan paksa meresap bocah putih lainnya. Wangnan dengan berani mengacungkan pisaunya dan menusuk perut Haoqin. Sayangnya, jiwa itu sama sekali tidak keluar seperti yang telah diprediksinya.

'Sial!' Wangnan telah menutup matanya, menunggu serangan menyakitkan yang akan dikeluarkan Haoqin atau White saat ini.

Saat ia tak kunjung merasakan apapun. Wangnan berkedip dan melihat White yang sedang menyeringai sambil melihat ke belakangnya. Sang blonde memanfaatkan momen itu untuk melompat mundur dan kembali ke sisi Yihwa.

Di sana ia melihat Viole yang tengah berjalan dengan angkuh, shinsu disekitarnya menguar tanda bahaya.

White tertawa, ia langsung bergerak maju untuk melawan Viole. "Kamu beruntung menemukanku setelah aku melahap semua saudaraku."

Viole tak menjawab, ia hanya mengeluarkan shinsu-nya dan menyerang White dengan kasar. White mengerutkan kening. Sosok di depannya sangat terlihat rapuh, wajahnya tak terlihat karena tertutup topeng. Helaian cokelatnya tergerai tertiup angin.

White membelakakan matanya, shinsu yang dikeluarkan bocah cokelat itu sangat kuat. Saat ia tergores, kulitnya terasa terbakar. Goresan sedikit saja tapi rasanya sakit. Apa itu?

Pria putih itu mulai waspada, ia mencengkram pedangnya dan memperhatikan Baam yang nampak santai. Sudut matanya berkedut kesal, beraninya bocah itu bermain-main dengannya!

"White!" Karaka yang akhirnya muncul di tempat kejadian memanggil. Ia melihat Baam yang hendak mengeluarkan shinsu tingkat tinggi. Dirinya buru-buru melerai dan pergi ke arah White. "Tidak perlu buang-buang waktu untuk melawannya, lebih baik kau menyerap lebih banyak jiwa. Jika kau dalam kondisi primamu. Kau bisa melawan Viole dengan mudah. Saat ini bersabarlah."

"Bukan urusanmu!" White bersiap untuk menyerang.

Karaka pun terpaksa memberitahu sesuatu untuk mengalihkan perhatian pria putih. Lagipula ia tidak ingin membiarkan pertarungan yang sia-sia. "Tapi aku menemukan tempat dimana menyimpan jutaan jiwa."

"Dimana itu?" White langsung menghilangkan pedangnya. Ia menatap Karaka dengan seringaian jahat.

Karaka menyeret White menjauh, meninggalkan Rachel dan timnya, Baam, Wangnan serta Yihwa yang terdiam.

Ketika Rachel hendak mendekati Wangnan, ia mendapatkan tatapan membunuh dari Baam. Mendecak lidahnya sebal, wanita licik itu pun pergi.

Baam memperhatikan Wangnan dan Yihwa yang masih dilanda ketakutan. Ia menutup matanya sejenak sebelum berjalan kembali ke lorong gelap.

Wangnan dan Yihwa kemudian saling menatap. Perasaannya saja atau bukan, tapi keduanya merasa bahwa mereka telah diselamatkan oleh Viole.

TBC

Penulis : "Aku baik hati kan? Baru kemarin udah update lagi." *Senyum menawan*
Penulis : "Oke, aku tahu kalau aku kepedean. Tapi aku benar-benar pengen bikin Baam bahagia. Makanya aku cepet update. Tapi sayang Baam bakalan lama sembuhnya." *Nangis* 😭
Penulis : "Khun, Aguero-ku tersayang~ aku titip Baam padamu. Pliz, buat dia bahagia." *ngelap ingus* 🤧 #jorok
Khun : "Penulis sial! Bilang sekali lagi namaku dengan nada menjijikan itu atau--" *nyiapin 'sesuatu'* 😈
Penulis : "Tsk, jika tak ada penulis dewa satu ini kau gak bakalan dapat jatah *biip* di kamar berdua." 😒
Khun : "..."
Baam : "..."

23 Juni 2020

Time ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang