"Apa hubunganmu dengan Baam?" Ketika suara dingin Khun terdengar, Baam cukup terkejut. Ini pertama kalinya ia mendapatkan nada ini dari sang bluenette. Biasanya Khun selalu menggunakan nada ini sebagai nada ancaman yang dikeluarkannya untuk musuh. Ya, musuh.
Melirik data Baam yang masih menangis tanpa suara di pelukannya. Ia meremas pundak si kecil dan mendorongnya cukup kasar.
Data Baam nampak terkejut, air matanya masih mengalir. Wajahnya memerah dengan bola mata emas yang menatapnya penuh kesedihan. Sesaat Baam curiga, data-nya tidak melihat apa yang dia rasakan bukan?
Aku melihatnya...
Manik emas dibalik topeng itu melebar, ia mendengar suara di dalam benaknya.
Aku melihat semuanya, meski aku tak bisa merasakannya langsung tapi...
Aku berharap 'aku' bahagia.
Baam menyipitkan matanya tak suka, aura shinsu yang sudah meletup siap menyerang kini menguar, menyelimutinya untuk siap lepas.
Khun yang merasakan aura bahaya, langsung menarik data Baam dan berlari menjauh. Katakanlah ia pengecut, tapi dirinya sadar diri jika dia tak bisa melawan Viole. Apalagi jika mood calon Slayer itu sedang tidak dalam suasana baik.
Meski dia penasaran kenapa Baam kecil memeluk Viole sambil menangis. Ia merasakan hal ganjil, apalagi di saat ia melihat jika Viole tidak mengejar mereka dan terbang menghilang ke langit.
Ketika Khun berhenti berlari, data Baam terlihat sedih sambil menundukkan kepalanya. Melihatnya begitu suram, pemilik manik biru itu mengelus kepalanya lembut.
"Apa kau mengenalnya?" Khun bertanya tulus. "Kau tahu kalau dia orang yang berbahaya bukan? Dia itu pembunuh--" ia menghentikan perkataannya saat pergelangan tangannya diremas oleh data Baam.
Data Baam menatap Khun dengan ekspresi tak suka, seolah dia sebal dengan perkataan Khun. Bocah kecil itu pun melayang dan pergi meninggalkan Khun yang diam tanpa bisa mencegah kepergian sang data.
"Sial."
Pemuda berambut biru muda itu memang jenius, tapi jika dia mengkalkulasikan sesuatu tanpa bukti nyata atau variabel kuat. Khun tidak bisa mengambil kesimpulan. Karena hasil sempurna akan lahir dari pengamatan yang sempurna juga. Karena saat ini dia kekurangan bukti mengenai Viole dan data Baam. Khun hanya bisa mengikuti satu pilihan dari data Baam atau Viole.
Jelas dia memilih untuk mencari data Baam, setidaknya dia ingin melihat sosok lugu itu tersenyum cerah. Tidak menangis dan terpuruk seperti terakhir kali.
Khun berjalan mengikuti tempat data Baam menghilang. Ini adalah dunia data, tapi terasa dunia asli. Apalagi mereka bisa me-refresh layaknya data di komputer. Sungguh licik sekali.
Melihat pemandangan yang membosankan, Khun terus menyelusuri hamparan rumput dan bebatuan jelek di depannya. Dalam hati dia merutuk, seberapa jauh dia harus berjalan tanpa arah seperti ini.
Jika saja bukan untuk Baam, dia sudah berhenti jauh dan tak akan pernah melakukan hal menyebalkan ini.
Teringat akan sosok bocah cokelat itu, Khun tanpa sadar tersenyum kecil. Sosok data Baam terlihat sangat kecil di banding dirinya. Sudah jelas, dulu saja Baam merupakan remaja terkecil. Tujuh tahun telah berlalu, mereka bertambah tinggi dan dewasa. Sementara Baam yang hanyalah data, tetap kecil, manis dan lugu.
Khun menghentikan langkahnya saat merasakan bentrokan energi yang luar biasa. Dari jauh ia melihat cahaya shinsu yang berkedip di langit serta kepulan asap akibat pertempuran.
Geh, jangan bilang kalau Viole kembali menantang data Zahard.
"Tentu saja begitu," gumamnya ketika melihat Viole yang menyerang data Zahard. "Perasaanku saja atau bukan tapi si Viole itu seolah menganggap data Zahard sebagai lawan latih tanding."
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Reverse
Fanfiction[BL] Baam x Khun Fanfiction Baam mendapati dirinya kembali ke waktu ia jatuh di dorong oleh Rachel dan menjadi anggota baru FUG. Ia mencoba mengubah takdir agar teman-temannya tidak ada yang mati... Sampai ke-137 kali dia kembali ke masa lalu, Baam...