12. Kebenaran (02)

2.1K 297 69
                                    

Baam menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kepalanya pusing saat memikirkan identitasnya yang terkuak. Parahnya lagi itu oleh Khun. Teman jenius nan licik yang pasti tidak akan pernah meninggalkannya sebelum dia mengetahui semua rahasia yang ia simpan.

Ia telah keluar dari lantai rahasia sekitar 3 hari yang lalu. Selain memastikan agar pemuda biru itu tidak memasuki koma. Baam juga perlu menjauhkan diri dari Khun. Untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengannya. Katakan dia pengecut, namun Baam tidak ingin kembali. Sudah cukup dia mengalami pengulangan waktu selama ratusan kali.

Jika dia gagal lagi, mungkin ia akan gila.

"Selanjutnya apa lagi...," Gumamnya seraya memikirkan alur masa depan. Di masa lalu, mereka terus menaiki kereta sampai lantai tertentu sambil latihan untuk persiapan perang nanti.

Baam sudah cukup kuat kali ini, namun meski begitu semua teman-temannya masih lemah. Mereka perlu berlatih untuk menjadi kuat demi perang nanti. Ia sedikit frustasi karena tak bisa mengatakan perihal latihan pada mereka.

Saat Baam berfokus untuk memikirkan rencana. Sebuah ketukan di pintu terdengar. Seharusnya tidak ada orang yang mengetahui kamar unik ini selain HwaRyun. Tanpa pikir panjang, Baam beranjak untuk membuka pintu. Ia mengira jika pemandu itu akan mengatakan misi selanjutnya padanya.

Baam sama sekali tidak percaya ketika melihat sosok Khun yang berdiri di depannya sambil menyeringai kecil. "Hei, Baam. Lama tak bertemu."

"..." Saat Baam hendak menutup pintu dengan kasar, Khun dengan cerdik menyelinap masuk sambil mendorongnya menjauh dan mengunci pintunya dari dalam.

Sang bluenette tersenyum cerah, ia berdiri di depan pintu sambil menatap Baam.

Baam tahu tatapan biru itu, ia sudah terlalu lama mengenal Khun sehingga dia bisa hampir membaca semua ekspresinya. Apakah dia menggunakan teleport saja? Ia benar-benar tidak ingin berurusan dengan sahabat baiknya itu.

"Tunggu." Seolah Khun tahu jika Baam akan pergi, dia langsung mencengkram pergelangan tangan Baam dengan erat. "Aku tahu jika kau tidak ingin menceritakan apapun dan tidak ingin aku datang kemari. Santai saja, aku hanya ingin memastikan kau masih hidup."

Khun berjalan mendekat, manik birunya mengerling memandang setiap perubahan ekspresi yang Baam perlihatkan. Sayangnya, Calon Slayer itu tetap diam dan memasang raut datar. Khun hanya tahu saat dia melihat lebih jauh ke dalam manik emas yang sudah ditelan oleh kegelapan. Dia bisa melihat rasa sakit dan ketidakpedulian.

"..." Sang light bearer hendak mengatakan kalimat penghiburan. Tapi dia tak bisa. Bagaimana pun, kondisi Baam saat ini sudah sangat buruk. Bocah lugu yang tak pernah bisa menyembunyikan emosinya, berubah menjadi pemuda tak berekspresi. Perubahan ini terlalu besar dimana pun dia melihat. Damn FUG! Apa yang mereka lakukan padanya sehingga Baam berubah sebanyak ini?!

Jika dia tahu akan jadi seperti ini, mungkin dia akan memukul gadis merah itu lebih keras ketika dia menanyakan tempat Baam berada tadi.

Sesuatu dalam diri Baam berdenyut ketika melihat iris biru tua itu menggelap dalam kekhawatiran. Sejak dulu, Baam selalu tidak suka jika Khun memasang wajah seperti itu untuk menatapnya. Emosi yang dari awal sudah berantakan, makin menggeliat akan ketidaknyamanan.

Baam menggertakkan giginya kesal dan segera menarik lengan Khun seraya membuka pintu dengan kasar. Tadinya dia berniat mengunci pintu kamar. Tapi mengingat tempat rahasianya sudah terbuka. Baam memutuskan untuk pergi mencari yang lain.

Sial. Kenangan buruknya mulai bermunculan bagai pemutaran film. Ia tidak menyalahkan sang bluenette yang bisa mengubah emosinya dengan cepat hanya karena tingkahnya. Baam selalu menyalahkan diri karena tidak bisa menahan rasa pahit itu.

Time ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang