08. Hell Train (04)

1.5K 273 25
                                    

Wangnan dan Yihwa kini tengah berjalan di gerbong kereta sambil melirik waspada terhadap gerakan disekitarnya.

Langkah mereka sangat pelan dan berhati-hati, keduanya larut dalam benak masing-masing.

Sang blonde menatap ruangan gelap di depannya dengan skeptis. Seharusnya dia lebih waspada bila ada musuh menyerang, namun pikirannya malah terhanyut pada Viole. Ya! Sosok Calon Slayer itu sangat mencurigakan.

Bukannya dia besar kepala atau berlebihan, namun ia selalu memiliki intuisi yang bagus. Jika satu kali atau dua kali hanyalah kebetulan, maka yang ketiga kali itu pasti bukan kebetulan.

Wangnan pertama kali bertemu Viole ketika dia masih berada di pisau perak. Itu adalah kali pertama Viole menolong--jika memang begitu--mereka. Dirinya sangat gugup waktu itu, apalagi mengingat rumor kejam mengenai Viole yang merupakan mesin pembunuh.

Namun, sang brunette hanya mengambil pisau dan menyimpannya di dalam saku.

Kali ke dua adalah saat mereka keluar dari pisau, dimana Viole sedang bermeditasi. Wangnan saat itu sudah memikirkan cara agar bisa selamat. Dia tidak menyangka Viole tidak memperhatikan keberadaan mereka atau sengaja mengabaikan.

Saat itu dia tak begitu memikirkannya karena dirinya harus segera kabur. Lalu barusan, untuk ketiga kalinya Viole datang dan membuat orang-orang FUG itu pergi. Apalagi dia makin terheran mengapa Viole tak melakukan apapun pada mereka.

Memang ia sempat mendengar jika Viole akan melakukan apapun selama dia diberikan misi. Karena Viole saat ini tidak diberikan misi untuk membunuhnya, jadi dia membiarkannya pergi? Tapi...

Viole tidak perlu repot-repot untuk mengecek keberadaan dirinya dan Yihwa kan?

Sungguh membingungkan.

Sudut pakaiannya ditarik pelan, membuat Wangnan kembali pada kenyataan lalu menoleh untuk melihat Yihwa yang memasang ekspresi tak nyaman.

Saat itulah dia sadar jika beberapa orang tengah berjalan ke arah mereka.

"Ah?" Wangnan dan Yihwa terkejut saat mendapati bahwa orang-orang itu adalah Khun, Androssi, Sachi, Boro, dan 2 orang lain yang tak pernah dia lihat.

Khun menyeringai lalu menghampiri mereka. "Jadi, bagaimana dengan informasinya?"

Wangnan menghela nafas lelah lalu terjatuh duduk di lantai. "Haah, kau kejam. Sudah baik nasib kami masih hidup." Gerutunya lelah.

Yihwa yang sedari tadi diam ikut menghela nafas lalu berkata. "Banyak anggota FUG. Salah satunya yang tersegel di dalam kereta bernama White. Dia sudah memakan semua 'saudaranya'. Kupikir mereka akan pergi ke suatu tempat untuk mencari banyak jiwa."

Yang lainnya terdiam, mereka kekurangan kawan jika bentrok langsung. Apalagi saat ini FUG memiliki 2 Slayer dan 1 Calon Slayer.

Mereka berjalan dan menemukan ruangan yang cocok untuk beristirahat.

Sementara Khun masih berpikir tentang rencana selanjutnya, Wangnan diam-diam berjalan menghampirinya.

"Hei, boleh aku meminta pendapatmu?" Pemuda berambut pirang itu menatap Khun dengan tatapan tegas.

Sang bluenette awalnya ingin menolak karena ia masih perlu membuat rencana. Namun, tatapan tegas yang dipakai pemuda bermarga Ja itu sangat jarang dilihat. Dari awal dia pertama kali bertemu dengannya dan menjadi tim cadangannya. Ia tidak menyangka bahwa Wangnan akan tetap mengikutinya meski resikonya tinggi.

"Apa?" Tanya Khun.

Wangnan menggaruk lehernya sambil melirik ke segala arah. "Apakah menurutmu ada seorang Slayer yang baik?"

Time ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang