Sinar matahari bersinar begitu terik. Apalagi saat ini tepat tengah hari yang tentu panasnya sangat menyengat bahkan seolah menusuk kulit si pemuda berkulit putih bersih itu.
Jika biasanya kalau sedang kepanasan ia akan menyalakan AC di kamarnya sambil bermain game, maka tidak untuk sekarang. Kini dirinya sedang panas-panasan saat matahari berada tepat di atas kepalanya. Ia terus berjalan mencari botol plastik bekas atau kaleng-kaleng yang sekiranya bisa ia jual. Sesekali ia menyeka peluh yang mengucur di wajah tampannya. Sebetulnya ia lelah, ia ingin berteduh dan minum air dingin tapi seketika dirinya ingat bahwa kini dirinya bukan siapa-siapa lagi.
Hyukjae terus mengikuti langkah Yesung, sepertinya ia belum berani atau mungkin belum siap untuk mengais barang-barang bekas sendirian.
"Hae, kalau kau lelah istirahat saja dulu" ujar Yesung saat melihat adiknya yang terus-terusan mengusap peluhnya.
"Ah, iya hyung. Hae tidak lelah kok" sahut Hyukjae yang berlawanan dengan hatinya.
Ia terus mencari botol-botol bekas di tempat sampah menggunakan tongkat kecilnya. Dari caranya, ia terlihat sangat tidak terbiasa. Bahkan untuk mengait botol lalu memasukannya ke keranjang pun ia acap kali gagal. Bukan hanya itu, sesekali ia juga mengibas-ibaskan tangannya saat bau tidak sedap itu menyapa indera penciumannya.
"Hae... Kita sudah dapat lumayan, kita pulang
sekarang" ajak Yesung.Yes! Hyukjae bersorak dalam hatinya.
"Ayo hyung"
Mereka pun akhirnya pulang tapi sebelum itu mereka harus menjual hasil pulungan mereka terlebih dahulu.
~
"Nah... Yesungie, kau dapat 8.5 kilo ini uangnya 18 ribu ya" paman Shin menyerahkan uang tersebut kepada Yesung.
"Terima kasih paman"
Kini tibalah giliran Hyukjae untuk menimbang hasil pulungannya yang dapat setengah keranjang pun tidak. Sebelum menimbangnya, paman Shin terlebih dulu menatap Hyukjae lekat, ia sudah tahu apa yang terjadi pada hidup Yesung.
Hyukjae yang ditatap seperti itu pun tentu saja gugup, tapi sebisa mungkin ia menormalkan ekspresinya dan tersenyum manis pada paman Shin.
"Hae.. Kau hanya dapat 3 kilo, ini 10 ribu untukmu" paman Shin memberikan selembar uang untuk Hyukjae yang langsung diterima anak itu dengan baik.
"Ya sudah paman, kami pulang dulu" pamit Yesung.
Pria paruh baya itu terus menatap kepergian kedua pemuda sampai mereka hilang dari pandangannya. Ia merasa kasihan pada Yesung yang harus menganggap orang lain sebagai adiknya. Ia juga iba terhadap Hyukjae yang harus merasakan hidup susah.
"Semoga kalian mampu melewati ujian ini nak" gumamnya.
~
Kedua kakak beradik itu kini bersiap untuk makan. Di depan mereka ada dua bungkus nasi beserta lauk pauk yang sangat sederhana. Tiga potong tahu, dan satu ikan air tawar yang digoreng lalu mereka bagi dua.
Hyukjae menatap itu nanar. Ia teringat masa-masa saat di rumahnya yang selalu makan enak, tidak sedikitpun ia menemukan makanan demikian saat masih berada di rumahnya. Dulu, ia selalu disuguhkan makanan enak nan mewah. Tapi sekarang.... Ah, Hyukjae harus beradaptasi dengan kehidupan barunya.
"Hae... Kenapa tidak makan? Kau tidak nafsu ya? Maafkan hyung yang hanya mampu membeli ini, hyung janji besok hyung akan bekerja lebih giat lagi supaya bisa memberimu makan yang layak" ujar Yesung saat menyadari jika adiknya tidak kunjung memakan makanan di hadapannya.
YOU ARE READING
Eternal Sunshine [Completed]
Fiksi PenggemarJika diterjemahkan, Eternal Sunshine memiliki arti 'Sinar Matahari Yang kekal'. Matahari selalu memberikan kehangatan dan memancarkan sinarnya yang begitu cerah. Sama sepertinya. Namun... Ada yang namanya musim panas dan musim hujan bukan...