[Sepuluh]

2.3K 120 2
                                    

***

Lebih baik jujur daripada menutupi hal yang bisa menjadi masalah besar.

***

Minggu pagi, Elang dan Salshabila sudah berada di taman yang tak jauh dari rumah Elang. Sekarang mereka duduk di bangku yang ada di sana.

"Kak, aku mau ngomong sesuatu. Tapi jangan marah, ya?" kata Salshabila.

Elang mengangguk, ia menjadi penasaran apa yang akan dibicarakan oleh kekasihnya itu.

"Kak, kemarin aku ketemu Kak Nathan, terus dia kayaknya pengen ngomong penting sama aku. Tapi aku takut, dan lari," kata Salshabila, membuat Elang menaikan satu alisnya. "Kakak nggak marah, kan?"

"Kenapa harus marah? Kecuali kalo kamu mau balikan sama dia baru aku marah," kata Elang.

"Aku nggak ada niatan kayak gitu, beneran deh," kata Salshabila memegang tangan kekasihnya itu.

"Ya udah, aku nggak akan marah. Makasih udah jujur sama aku," kata Elang, mengelus rambut Salshabila, senyuman muncul dari bibir gadis itu.

"Kakak nggak mau ngomong sesuatu sama aku?" tanya Salshabila, membuat Elang bingung.

"Nggak ada," balas Elang singkat, Salshabila cemberut.

Ih... Nggak mau cerita soal Kak Auris. Padahal aku penasaran dan curiga kalian ada hubungan.

"Tadi nggak ada yang liat kita pergi bareng, kan?" tanya Elang, memperhatikan sekitarnya. Kekasihnya itu menggeleng. Namun, entah kenapa Elang merasa ada yang diam-diam mengawasi mereka.

"Kenapa sih? Takut banget ketahuan pergi sama aku? Malu ya?" kata Salshabila cemberut, karena gemas Elang mencubit pipi kekasihnya itu.

"Nggak. Takutnya Angkasa tahu, nanti dia ngamuk," kata Elang, "Kak Angkasa? Kenapa emang kalo dia tahu?"

"Nggak apa-apa, mau es krim nggak?" Tawaran Elang membuat gadis ya itu tersenyum antusias, bagaimana tidak ia sangat menyukai makanan manis itu.

"Mau banget, beli banyak boleh nggak?" tanya Salshabila, Elang mengangguk.

Gadis itu langsung berjalan menuju penjual es krim yang tak jauh tempatnya sekarang. Elang hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum. Ia bahagia melihat kekasihnya bisa bahagia saat bersamanya.

Elang mengikuti langkah gadis itu, setelah itu ia membayar semua es krim yang dibeli kekasihnya itu.

Mereka duduk kembali di bangku semula, Salshabila dengan lahap memakan es krim yang ia pilih.

"Makasih, Kak." Senyuman muncul dari bibir Elang, "pelan-pelan makannya," Elang mengelus kepala Salshabila.

Tatapan Elang tak bisa berpaling, walaupun gadisnya justru asik dengan es krim bukan dirinya.

"Nanti habis ini kita mau kemana?" tanya Elang.

"Kemana aja asal sama Kak Elang, kita kan jarang jalan bareng kayak gini." Salshabila cemberut mengingat selama di Jakarta ia hanya di rumah aja.

"Ya udah, nanti kita keliling aja," kata Elang.

Salshabila langsung tersenyum, ingin memeluk kekasihnya namun ditahan. "Ini tempat umum, Bil. Nanti pada salah paham,"

"Eh iya, Kak. Maaf.... " kata Salshabila tersenyum geli, ia terlalu refleks.

"Kita ke toko buku aja gimana? Aku mau beli novel yang ceritanya seru dan keren banget. Judulnya "Game Over : Falling in Love" " kata Salshabila.

"Oke, tapi jangan lupa belajar. Besok udah mulai masuk sekolah," kata Elang.

"Siap, bos!" kata Salshabila dengan gaya hormat kepada Elang.

Elang tersenyum, semoga tidak ada sesuatu masalah bila dia harus satu sekolah dengan Salshabila.

"Besok boleh nggak sih aku berangkatnya bareng Kakak?" tanya Salshabila.

"Bareng Pak Budi aja," kata Elang.

"Kenapa diantar Pak Budi, tapi ya udahlah," kata Salshabila, sembari mendengkus kesal.

"Maaf ya, aku juga pengen berangkat bareng kamu tapi--" kata Elang terpotong karena melihat seseorang melangkah ke arah mereka berdua.

"Kenapa, Kak?" tanya Salshabila.

"Hai Elang, lagi olahraga juga, ya?" tanya orang itu.

Salshabila memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah.

To be continue...

***

Hai... Ketemu lagi sama Salshabila dan Elang.

Gimana Bab 10 ini?

Jangan lupa baca, vote dan coment ya. Makasih...

Cilacap, 13 Juni 2020

Salam manis,
NunulChusnul

Love Story [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang