[Dua Belas]

2.1K 118 2
                                    

***

Aku akan memperjuangkanmu, meski itu tidak mudah.

***

"Papa?" kata Salshabila, kaget melihat siapa yang menariknya.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Santoso, Papa Salshabila.

"Hm... Aku lagi beli buku, Pah," jawab Salshabila, sembari melirik Elang.

"Cuma sama Elang?" tanya Santoso, menatap tajam Elang.

"Iya, Pah. Soalnya, tadi Kak Matriks nggak bisa ikut," bohong Salshabila, karena ia tak mau laki-laki paruh baya itu curiga dengan kedekatannya dengan Elang.

"Jangan terlalu deket sama dia," kata Santoso, menunjuk Elang. "Kenapa, Pah?"

"Dia playboy," kata Santoso, membuat Salshabila tertawa.

"Papa lagi bercanda? Nggak mungkinlah soalnya--" kata Salshabila terpotong, "pulang bareng Papa. Nanti Papa anterin sampai rumah Lukman,"

"Tap--"

"Nurut sama Papa," kata Santoso, menarik tangan anaknya itu. Tatapan Salshabila mengarah kepada Elang, seraya mengucapkan kata maaf.

Elang hanya bisa berusaha sabar, ia tidak mungkin melawan orang tua.

***

Sekarang Elang berada di sebuah tempat yang ia gunakan untuk menenangkan diri. Rooftop. Ia merenung, banyak hal yang ia ingin lakukan. Namun, mungkin itu tidak bisa dilakukan dengan mudah.

Ia membaringkan tubuhnya di atap sebuah gedung pencakar langit.

"Nggak usah terlalu dipikirin, lo cuma cukup bertindak sesuai hati," kata seseorang tiba-tiba sudah duduk di samping Elang.

"Kak Matriks, ngapain lo di sini?" tanya Elang, dibalas dengan senyuman oleh Kakaknya itu. "Jaga-jaga aja takut lo bunuh diri, banyak mikirin hal nggak penting."

"Gue nggak mungkin bunuh diri, Kak. Dangkal banget otak gue kalo kayak gitu," balas Elang, Matriks terkekeh, "Gue cuma khawatir aja, sebagai Kakak yang baik harus jaga adiknya juga,"

"Makasih, Kak. Walaupun gue geli dengernya," kata Elang, walaupun dengan ekspresi datar.

"Gue selalu iri sama lo, bisa berani ngelakuin hal bebas," kata Matriks.

"Ngelakuin hal yang kita suka itu butuh perjuangan juga, Kak. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menatap masa depan," kata Elang, ia memang melakukan banyak hal. Selain bekerja di kantor, sesekali ia mengambil pekerjaan bernyanyi di Cafe Pelangi.

"Tapi lo berani ngambil keputusan, walaupun itu berat," kata Matriks, "semua hal di dunia ini berat, jadi kita harus jalani itu semua, Kak,"

"Iya. Ayo pulang, ngapain lo di kantor hari Minggu," kata Matriks, "pengen menyendiri dulu, Kak,"

Matriks tahu, Elang sedang memikirkan tentang hubungannya dengan Salshabila yang tidak berjalan mulus.

"Om Santoso ngelarang lo jalan sama Bila lagi?" tanya Matriks, "wajar, walaupun gue pengen ngelawan dan memperjuangkan tapi gue nggak mau durhaka,"

"Nanti pasti lo dapat restu dari Om Santoso," kata Matriks menepuk bahu Adiknya.

"Iya. Gue sadar, dari awal beliau udah nggak suka sama gue," kata Elang, sembari memejamkan mata, "Gue nggak tau kenapa bisa gitu, padahal gue ngerasa nggak pernah ngelakuin kesalahan,"

"Mungkin Om Santoso cuma khawatir anaknya nggak konsentrasi belajar," kata Matriks, "soalnya tau sendiri, Bila kan emang butuh banget bimbingan karena dia terlalu polos dalam segala hal,"

"Iya, kadang kepolosan sama sikap manjanya bikin orang tertarik," kata Elang, "termasuk lo kan?"

"Gue tertarik karena kenyamanan yang selalu ada tiap gue deket sama dia. Kayak ada magnet tersendiri dalam diri Bila," kata Elang.

"Gue tau, makanya lo rela bolak balik Jogja cuma buat ketemu dan dengerin curhatan dia, kan? Padahal udah jelas, waktu dia udah punya pacar," kata Matriks.

"Iya."

To be continue...

***

Hai... Ketemu lagi sama Elang dan Salshabila.

Gimana bab 12 ini?

Jangan lupa baca, vote dan coment ya. Makasih...

Cilacap, 14 Juni 2020

Salam manis,
NunulChusnul

Love Story [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang