[Enam]

2.7K 153 9
                                    

***

Ternyata banyak rahasia, tak hanya diriku. Namun, ada orang lain yang mempunyai rahasia.

***

Setelah selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan, Elang mengajak Salshabila ke sebuah toko pernak-pernik. Senyum gadis itu terus mengembang, ia bahagia kekasihnya bisa meluangkan sedikit waktunya untuk kebersamaan mereka.

"Kak, aku boleh beli jepit rambut ini, nggak?" tanya Salshabila, memegang salah satu benda itu dan memandangi wajah Elang sembari mengerlingkan matanya. "Ambil yang kamu pengen,"

"Makasih Kak Elang sayang," kata Salshabila, membuat Elang kaget.

"Bil, jangan pake embel-embel sayang, nggak enak didenger orang," kata Elang, gadis di depannya itu berubah menjadi cemberut.

"Padahal dulu, pas masih pacaran sama Kak Nathan sering pake panggilan sayang," kata Salshabila lirih, namun tetap saja Elang bisa mendengar perkataannya. Wajah Elang mendadak berubah.

"Dengerin ya. Pertama, bukan aku Nathan. Kedua, aku paling nggak suka ngumbar kemesraan di depan umum. Ketiga, ayo pulang udah malem, ambil barang yang kamu mau sekarang." Elang membalikan badan, lalu meninggalkan Salshabila. Gadis itu, langsung mengambil apa yang dia inginkan, membayar di kasir. Saat Salshabila, hendak membayar tiba-tiba Elang menahan tangan gadisnya."Biar gue yang bayar,"

"Makasih."

***

Dalam mobil, Salshabila hanya diam sambil menatap keadaan jalanan melalui kaca mobil. Elang tahu, bila gadis itu sedang kesal kepadanya.

"Kamu marah ya sama aku?" tanya Elang, sembari menoleh ke arah Salshabila. Gadisnya itu masih saja diam, sepertinya keadaan hatinya sedang tidak baik.

"Ya udah kalo nggak mau jawab, aku minta maaf soal kejadian tadi. Kamu pasti capek, tidur aja nanti kalo udah sampai aku bangunin," kata Elang, mengelus kepala Salshabila.

Dan benar, baru saja beberapa menit perkataan Elang. Salshabila sudah memejamkan matanya, senyum Elang mengembang. Wajah gadisnya itu lucu ketika sedang tertidur. Ingin rasanya ia mencubit pipi Salshabila.

Tidur yang nyenyak. Elang mengelus kepala kekasihnya itu.

Lima menit kemudian, mereka sampai di rumah. Niat hati ingin membingungkan Salshabila, namun Elang mengurungkan itu karena gadis itu terlihat sangat nyaman tidurnya. Cowok itu, akhirnya menggendong Salshabila masuk ke dalam rumah, menuju ke kamar milik gadis itu.

Sesampai di kamar, Elang langsung membaringkan Salshabila lalu memberi selimut untuk menghangatkan tubuh gadis itu. Lalu, ia lagi-lagi mengelus kepala kekasihnya.

Bahagia terus, ya.

Elang keluar dari kamar itu, namun tiba-tiba ada yang menghentikan langkahnya.

"Kak Elang habis pergi sama Bila kemana?" tanya orang itu, menatap Elang cukup tajam.

"Makan. Kenapa, Sa?" balas Elang, dengan santai. Walaupun, ia tahu adiknya itu seperti sedang mengintrograsinya.

"Cuma makan? Nggak habis kencan, kan?" kata Angkasa, semakin membuat Elang tahu ke mana arah pembicaraan itu akan berlanjut.

"Iya." Singkat, semakin membuat Angkasa kesal. Bagaimana tidak, jawaban itu terkesan ambigu.

"Iya dalam artian jawab yang mana? Makan atau kencan?" tanya Angkasa lagi, "gue capek, Sa. Kalo lo penasaran bisa tanya ke Bila."

Elang dengan santai melangkah lagi, meninggalkan Angkasa yang masih kesal dengan sikapnya.

"Gue suka sama Bila, jauhin dia, Kak." kata Angkasa sedikit meninggikan suaranya, Elang berhenti dan membalikan badan."Terus hubungannya sama gue apa?"

"Pokoknya jauhin Bila, jangan deketin dia," kata Angkasa.

"Dia punya hak buat nentuin kepada siapa akan memberikan hatinya," kata Elang melangkah lagi, lalu ia masuk ke kamarnya.

Elang membaringkan tubuhnya, pikirannya sudah tidak jelas sekarang. Angkasa. Adiknya ternyata dengan jelas menyukai kekasihnya. Dan lebih parahnya, Angkasa memintanya untuk menjauhi Salshabila.

"Jangan dipikirin, lagian Bila sukanya sama lo bukan Angkasa. Sekeras apapun perjuangan Angkasa, kalo si cewek udah berkomitmen sama yang lain nggak akan semudah itu luluh. Jadi, gue harap lo selalu bisa mempertahankan Bila," kata Matriks, yang tiba-tiba ada di dekat Elang. "Sejak kapan Kak Matriks masuk?"

"Gue masuk setelah lo, lagian kebiasaan banget nggak pernah liat sekitar. Gue denger semua pembicaraan lo sama Angkasa," kata Matriks.

"Oh... Menurut lo, gue harus bertahan? Padahal, dengan jelas belum sepenuhnya hati Bila buat gue," kata Elang.

"Siapa bilang? Lo masih nyangka di hatinya Bila ada mantannya? Sepertinya lo salah, dari kemarin itu Bila selalu bahas lo kalo ngobrol sama gue. Artinya, dia udah nggak ada rasa mantannya," kata Matriks.

"Tapi, Kak. Gue nggak bisa kasih perhatian kayak cowok lain," kata Elang.

Matriks tersenyum, ia tahu karakter adiknya itu seperti apa. "Bila nggak pernah meduliin itu, yang penting lo bisa ngerti dia. Kasih perhatian layaknya pacar, inget yang cewek selalu mementingkan perhatian cowoknya."

"Oke."

"Jawaban singkat lo itu, gue anggap lo bisa bahagiain Bila. Jaga dia baik-baik." Matriks menepuk bahu adiknya.

Elang tersenyum. Lalu, mulai memejamkan matanya. Sedang Matriks, keluar dari kamar adiknya itu dengan senyuman lega.

To be continue...

***

Hai... Double up!! Ketemu lagi sama Elang, Salshabila, Matriks, dan Angkasa.

Gimana Bab 6 ini?

Jangan lupa baca, vote dan coment ya. Makasih...

Cilacap, 06 Juni 2020

Salam manis,

NunulChusnul

Love Story [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang