[Tiga Belas]

2K 97 2
                                    

***
Di dekatnya aku bahagia, walaupun itu tidak akan mudah dijalani.


***

"Ayo pulang, Bila pasti udah sampai di rumah." Matriks berjalan meninggalkan Elang.

"Kakak duluan aja, nanti gue nyusul," balas Elang.

Cowok itu kembali mencoba memejamkan matanya, namun ternyata itu tidak mudah. Karena, sudah ada sinar matahari yang membuatnya tidak bisa nyaman memejamkan mata.

"Hidup emang penuh rintangan, Kak," kata seseorang tiba-tiba muncul dari arah pojok atap.

Elang menatap orang itu sedikit kaget, namun ia sudah tidak heran kenapa cowok itu tiba-tiba ada di sana.

"Kebiasaan banget nongol kayak setan," balas Elang, membuat orang itu tersenyum.

"Butuh tempat curhat ya, Kak? Gue siap jadi tempat sampah perasaan lo," kata cowok itu.

"Lo keliatan santai banget kayak nggak ada masalah," kata Elang.

"Siapa bilang gue nggak punya masalah? Malah masalah gue lebih banyak dan rumit daripada lo," katanya, "tapi lo enjoy kayak selalu bisa senyum walaupun bermasalah,"

"Bisa aja sih, Kak. Kayak nggak tau gimana? Gue kan tukang bikin onar di Sky Dream," kata cowok itu.

"Bikin onar tapi lo-nya biasa aja, nggak takut sama guru." Elang sedikit tersenyum, "dibawa santai, Kak,"

"Hari Minggu kayak gini masih tetap berkeliaran di atap ke atap, ya?" tanya Elang, "iya, sambil merhatiin dia yang nggak peka sama gue,"

"curhat, pak?" kata Elang terkekeh, "bukan curhat lagi, emang kenyataannya gitu. Diminum Kak, tenang nggak beracun kok,"

"Makasih," kata Elang, menerima minuman dari cowok itu. Adik kelasnya saat SMP.

"Gue duluan, Kak," Cowok itu melambaikan tangan.

***

Salshabila sekarang duduk gelisah di ruang tamu rumah Lukman. Ia berhadapan dengan Santoso, Lukman, dan Siska.

"Lain kali kalo jalan-jalan sama Matriks aja, nak," kata Santoso.

"Iya, Pah. Tadi kebetulan kan ketemu Kak Elang di taman terus ya aku minta temenin ke toko buku," kata Salshabila, matanya melirik kanan dan kiri. Ia berharap Elang cepat pulang.

Kak Elang kemana, sih? Jangan-jangan dia jalan sama Kak Auris.

Pintu utama rumah itu terbuka, senyum Salshabila mengembang karena ia mengira Elang yang datang. Namun, ternyata itu hanya harapan semunya.

"Matriks kamu dari mana?" tanya Siska, dengan senyuman manisnya.

"Habis dari taman, tadi kan mau nyusulin Bila ternyata kata Elang, Bila udah pulang bareng Om Santoso," kata Matriks tersenyum, lalu duduk di samping Salshabila.

"Oh iya, Om ajak pulang duluan." Santoso tersenyum kepada Matriks.

Mata Salshabila menyipit, ia heran kenapa Papanya bisa bersikap baik kepada Matriks. Namun tidak kepada Elang. Sebenarnya apa yang sudah terjadi diantara Santoso dan Elang. Sampai lelaki paruh baya itu terlihat sangat membenci Elang.

"Om, boleh ajak keluar nggak? Cuma ke lapangan kompleks," kata Matriks, menatap ke arah Santoso.

"Boleh. Jagain Bila ya, dan kamu Bila, jangan ngrepotin Matriks," kata Santoso. "Iya, Pah."

Senyum Salshabila langsung mengembang, Matriks memang selalu menjadi pahlawannya ketika ia ingin keluar dari zona di mana terkekang oleh Papanya.

"Jalan kaki aja ke sananya. Nggak apa-apa kan, Bil?" kata Matriks.

"Iya, nggak apa-apa." Salshabila menjawab sembari tersenyum.

Tidak butuh waktu lama, hanya lima menit untuk sampai di tempat tujuan mereka.

Matriks langsung mengajak gadis itu duduk di bangku yang ada di sana.

"Gue liat dan denger semua yang terjadi pas di toko buku tadi. Antara lo, Elang, dan bokap lo. Gue harap nggak percaya perkataan soal Elang itu playboy," kata Matriks.

"Aku nggak percaya, tenang aja," balas Salshabila, tersenyum dan menatap Matriks. "Makasih, Kak."

"Iya sama-sama." Matriks mengelus rambut Salshabila.

"Ekhem.... "

To be continue....

***

Hai... Double up. Ketemu lagi sama Elang dan Salshabila.

Gimana bab 13 ini?

Jangan lupa baca, vote dan coment ya. Makasih...

Cilacap, 14 Juni 2020

Salam manis,
NunulChusnul

Love Story [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang