INNOCENT HUSBAND
Percintaan
Written by dexmouul23
∆
∆
∆"Aghhhhh!"
Satu desahan lega Ananda dan Erik rasakan. Mereka berdua saling memeluk dalam keheningan. Hanya deru nafas masing-masing yang memburu terdengar bersahutan. Saling berebut oksigen untuk diraup sebanyak-banyaknya.
"Yah... Lemes burung aku."
Erik menarik tubuhnya ambruk di samping kiri Ananda. Ia setengah duduk sambil menyaksikan miliknya yang sudah tidak keras lagi. Membuat Erik tak bersemangat memandang burung aneh kesayangan isterinya itu.
Tangan Erik meraih tisu kering di atas meja dekat lampu tidur yang tidak menyala. Diambilnya banyak lembar lalu mengelap jengah batangnya yang basah dan loyo. Percampuran antara cairan cintanya dan juga Ananda.
"Dingin Mas."
Suara serak Ananda terdengar menggigil. Ia merapatkan tubuh polosnya memeluk Erik dari samping. Erik paham. Ia menarik selimut agar menutupi tubuh mereka berdua. Tangan Erik yang memang tidak bisa diam itu mencari-cari perhatian mengutik puting payudara Ananda yang bersentuhan dengan lengannya.
"Pengen tusuk kamu lagi, deh."
"Istirahat!"
"Hmm... Tapi burung aku pengen genjot lagi?"
"Burung nakal!"
"Nakalan lubang Ananda. Pas dimasukin, malah tiba-tiba rapet. Kan enak!"
Erik berucap tanpa nada sedikit pun. Datar. Dahinya bergelombang seolah heran mengapa puting payudara Ananda yang ia mainkan, mengeras saat dipilin dan diputar-putar keras.
Ananda terkekeh. Tangannya merambat menyentuh pangkal paha Erik lalu menekan-nekan dua bola kecil di sana bergantian dengan jari telunjuk serta ibu jarinya. Erik tampak refleks bergetar kaget, tubuhnya seperti tersetrum aliran listrik ringan. Tidak sakit tapi mampu membuat jantungnya kembali berdegup kencang.
"Kalau disentuh... Suka kesetrum."
Ananda tersenyum lalu memajukan wajahnya menyentuh leher Erik hendak ia cium. Nafas panas ia hembuskan, menerpa bagian inci kulit cekung Erik tempat favorit Ananda menyembunyikan kepala saat tertidur.
"Badan kamu, panas ya, Nda?"
Erik mendorong kening Ananda menjauh. Matanya menatap wajah Ananda yang memerah. Mata Ananda juga terpejam rapat seolah tak ingin terbuka. Erik panik. Ia tiba-tiba bangkit lalu menyentuh kedua pipi Ananda resah.
"Nanda..."
Erik sudah merengek manja sambil menggoncang kan tubuh Ananda keras. Ia menepuk-nepuk payudara Ananda seolah itu adalah bagian yang akan membuat Ananda terbangun.
"Jangan sakit..."
Erik turun menyambar pakainya yang terpececer di lantai. Ia pakai dengan rapi dan benar. Walaupun sedang buru-buru, Erik ini sangat menyukai kerapian dan kebersihan. Ia lalu berlari ke kamar mandi tak lama kemudian kembali dengan seember air bersih untuk mengelap tubuh Ananda.
Erik memang nakal. Ia berlama-lama membersihkan vagina Ananda dan juga sempat memainkan bukit kembar kesayangannya.
"Eh, kan lagi sakit."
Akhirnya pria itu teringat apa yang harus ia lakukan. Memakaikan baju untuk Ananda dan pergi ke rumah Dani. Bukan ke rumah sakit.
"Waheyoohh! Bebeb gue kenapa, Mas Ganteng!? Pingsan? Omegi... Panas jidatnya. Ckckck! Demam pasti! Perasaan tadi siang baek-baek... Malamnya ah uh ah uh..."
Dela menyambut ramai tak jelas sekaligus cempreng kedatangan Erik yang tergopoh-gopoh membawa Ananda di pundaknya. Dani turut membantu menurunkan Ananda yang malah membuat Erik juga panas dingin lantaran Dela ikut berdekatan dengannya.
"Mak Lampir agak jauhan. Aku nggak kuat."
Entah julukan apalagi yang cocok untuk Erik berikan kepada Dela. Sudah hampir semua jenis dedemitan ia samakan dengan perempuan itu tapi rasanya tetap saja tidak pas. Sepertinya Dela ini jenis demit di atas demit lagi, dan di atasnya lagi, lalu ke atas lebih atas lagi pokoknya yang paling atas dari atas demit tercempreng, tergenit dan ter-hiih lainnya kalau memang sifat dedemit seperti apa yang Erik definisikan.
Erik mengelap keringat dingin yang mengucur dari pelipis serta lehernya. Nampak mengkilat dan basah. Dela yang memang berotak mesum cengengesan menonton tak senonoh pemandangan hot isteri kawannya.
"Mas Erikh... Hoothhh, uhh..."
Dela memasang wajah sange sambil sok-sokan suaranya ia desah-desahkan agar Erik terganggu. Tapi pria itu malah jijik dan melangkah mundur perlahan.
Jepret!
Dani menjitak kening Dela dengan jari telunjuk panjangnya. Cukup membuat Dela diam sesaat dan akhirnya ngoceh lagi karena ia kembali teringat kalau sang kawan tengah sakit dan pingsan.
"Kita bawa ke rumah sakit?"
"Ayok!"
"Lo di rumah. Jaga Deni. Dia bangun nggak ada orang, nangis."
Dela mengerut tak setuju. Padahal ia ingin ikut dan bermanja-manjaan dengan Erik, eh! Maksudnya ingin ikut menemani Ananda, itu baru benar. Otak Dela memang terkadang suka kebablasan.
"Bawa ke mobil, Rik."
Erik membopong tubuh Ananda kembali, dan meluncur mengikuti langkah Dani yang akan mengantarkannya ke tempat tujuan. Ia merasa bersalah karena membuat Ananda seperti ini. Ini pasti memang karena ulahnya! Dia tadi yang bersikeras memaksa Ananda untuk bercinta gila-gilaan seusai pulang menemani Dani servis AC di komplek sebelah.
Hari ini Erik mendapatkan banyak pengalaman baru yang belum pernah ia dapatkan bersama Ananda sebelumnya. Ia tahu rumah lama Dani sebelum pindah menjadi tetangganya yang ternyata tidak jauh dari tempat ia dan Ananda tinggal.
Mungkin memang karena dirinya yang tak pernah bersosialisasi itu penyebab ia jarang kenal orang-orang yang berada di sekelilingnya kecuali tetangga depan rumah, mas-mas es goreng, om-om sempol dan pakde somay langganannya yang setiap hari keliling dua kali. Dan Erik punya semua nomor WhatsApp pedagang makanan di atas itu karena Erik ini pelanggan setia dan tergemasi.
Oh! Ada informasi yang ketinggalan.
Tadi juga Dani mengajak Erik ke suatu tempat rahasia. Sangat cocok untuk kenakalan Erik di masa mendatang. Erik tak akan memberi tahu, karena itu tempat rahasia yang harus dirahasiakan kata Deni. Cukup Erik saja, jangan sampai Dela, Deni, apalagi Ananda. Big no! Tidak boleh, karena R-A-H-A-S-I-A.
_____________________
Ini Erik bangun tidur...
ya Ampun gans banget
XixixiTBC||17 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Husband
Romantik⚠️ Adult story! ⚠️ 21++ ke atas! ⚠️ Real Hasil Pemikiran Sendiri! Akan direvisi setelah tamat ~cerita dewasa pokoknya yang belum umur skip aja~ Ananda tak pernah menyangka hidupnya akan sebegini menakjubkan. Di umurnya yang masih 19 tahun, ia dipert...