🌀 Tiga belas 🌀

53.2K 1.2K 109
                                    

INNOCENT HUSBAND
Percintaan
Written by @dexmouul23


Ananda tersenyum lebar sambil menyuguhkan semangkuk mie jinjah pedas ke hadapan sang suami. Ini adalah kali pertama Ananda memasak makanan setelah hampir satu bulan ia mengikuti program privat memasak dengan tetangga yang rumahnya berada di depan rumah mereka.

Erik yang sangat lapar dan bersemangat menyambut dengan antusias makanan instan di depannya. Buatan Ananda.

"Enak nggak, Mas?"

Erik mendongak lalu mengangguk kencang dengan pipi mengembung penuh. Erik tidak berbohong, rasanya enak walau hanya mie rebus saos biasa. Menurut Erik, semua makanan yang dibubuhi saos adalah yang terlezat dan ternikmat di dunia ini.

Ananda menyangga dagunya dengan telapak tangan sambil terus memperhatikan tingkah suaminya yang buru-buru memasukkan bersendok-sendok mie ke dalam mulutnya yang penuh.

"Nanda nggak makan?"

"Lagi kenyang."

[Beberapa menit kemudian]

Greeggghhh

Erik bersendawa keras saat ia rasa cukup kenyang. Mangkuk di hadapannya ia dorong menjauh mendekati Ananda yang duduk di seberang sana.

Melihat banyak kuah yang berceceran di wajah Erik, Ananda maju mendekati pria itu sambil duduk di pangkuannya yang empuk seperti sofa. Tangan Ananda terulur merapikan anak rambut Erik yang menutupi dahi suaminya.

Cup!

Ananda mengecup bibir Erik sambil menjilati bekas kuah mie yang tercelepot di sekitarnya. Tersadar jika itu menimbulkan rasa pedas, dengan enggan Ananda menjauhkan wajah menatap Erik melas.

"Pedes, Mas."

"Hahaha, aku kan suka," Erik tertawa sambil memegangi pinggang Ananda agar tidak terjatuh ke lantai. "Nanda sih, nggak suka saos."

"Emang apasih enaknya makan pedes? Udah bikin mules, huh-hah, makannya buru-buru, lidahnya lecet. Nggak ada enak-enaknya sama sekali."

"Mana ada, gitu. Sebagai seorang pria yang jantan dan penyuka pedas, aku tidak bisa menerima pendapat Nanda yang jahat itu sama sekali," Erik mengacungkan jari telunjuk sambil bibir merah bengkaknya akibat memakan kuah pedas itu mencucu. "Aku akan setia membela kepedasan!"

"Seriusan jantan?" Ananda tersenyum lebar sambil mengelus-elus rambut Erik. "Kemarin siapa yang nangis pas dideketin kucing. Sampai nggak mau keluar kamar takut kucingnya dateng?"

Erik merona. Ia tak ingin mengingat kejadian itu lagi. Ia sangat malu karena memang Erik takut dengan hewan yang menurut Erik macan versi kecil itu.

Ananda tertawa menyadari perubahan ekspresi Erik yang merona. Kepalanya menggeleng heran sambil turun dan berlalu membawa mangkuk kotor untuk dicuci. Erik yang ditinggalkan mengekor di belakang, membututi Ananda ke manapun perempuan itu pergi.

"Nanti siang mama katanya mau ke sini, lho Mas."

"Mamanya siapa?"

Erik duduk di kursi samping kulkas sambil memperhatikan Ananda yang sibuk mencuci mangkuknya. Terlihat kesusahan dan amatir. Erik tahu Ananda juga baru beberapa kali ini melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga, mengingat dulu perempuan itu adalah anak manja yang hidup bergelimang harta.

"Mamanya kita."

Ananda mencuci bersih tangannya sendiri setelah semua selesai dibilas, dan tak lupa juga ia mengeringkan dengan kain lap yang menggantung di tembok samping rak piring. Ananda mendekat ke arah Erik lalu dengan gemas mengecupi bibir pria itu yang selalu terlihat sangat menggemaskan.

Innocent HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang