03. Basket

105 51 22
                                    

Kringgg! kringgg!kringgg

Bunyi bel terdengar sebanyak tiga kali  menandakan jam pulang sekolah SMA Garuda telah tiba.

Satu persatu siswa di kelas 11 IPA-2 berjalan meninggalkan kelas, berbeda dengan Alleta dan kedua sahabatnya mereka masih sibuk merapikan alat tulis serta barang-barang lain yang berserakan di atas meja.

"Udah selesai?" tanya Karaya pada Glasia dan Alleta.

"Udah, yuk ah," jawab Glasia.

"Hari ini latihan basket kan?" Tanya Alleta.

"Iya mangkanya yuk ganti baju," ajak Karaya yang mendapat anggukan dari keduanya.

Usai mengganti baju, ketiganya berjalan menuju lapangan basket yang letaknya berdekatan dengan lapangan futsal, tepatnya dihalaman samping sekolah yang memang di buat khusus kawasan olahraga.

5 menit setelah mereka sampai latihan pun di mulai. Di pimpin oleh pak Riyan selaku guru pembimbing mereka.

"Baik anak-anak mari kita mulai latihan pada hari ini dengan berdoa sesuai keyakinan, berdoa mulai," ujar pak Riyan.

"Selesai, selanjutnya stretching. Alleta pimpin teman-teman mu," tunjuk pak Riyan.

"Baik pak," jawab Alleta.

"Ok pemanasan di mulai dari kepala hitungan 1x8 mulai," pimpin nya.

"1-2-3-4-5-6-7-8 cu, Au!" Pekik nya ketika sebuah bola futsal mengenai kepalanya.

Dengan sigap pak Riyan menghampirinya dan memastikan keadaannya, "Alleta apa kamu baik-baik saja?".

"Sedikit sakit pak," jawab Alleta seraya mengusap bagian kepalanya yang sakit.

"Yasudah kamu duduk istirahat saja," perintah pak Riyan.

Di lain sudut terlihat anak-anak futsal yang tengah dilanda panik. Bagaimana tidak? Salah satu anggotanya menendang bola dan mengenai kepala Alleta selaku anak didik pak Riyan.

"Mampus lo Dra," ujar Andre temannya.

"Anjir gua kan gak sengaja," jawabnya.

"Udah ga usah ribut! Samperin sana terus minta maaf," ujar Alano.

"Lo kayak ga tau pak Riyan aja galak banget dia kalo masalah anak-anaknya," ujarnya.

"Santai aja sih ga bakal di bunuh juga," ujar Fano.

Zandra menarik Alano untuk mengantarnya minta maaf pada Alleta, benar saja setibanya di sana pak Riyan langsung memarahi mereka.

"Iya pak saya salah, sekali lagi saya mohon maaf," ujarnya memelas.

"Teman saya sudah minta maaf loh pak masa iya masih dimarahin," bela Alano.

"Baik kali ini saya maafkan, silahkan minta maaf langsung pada Alleta," perintah pak Riyan.

Zandra mengulurkan tangannya pada Alleta, "lo baik-baik aja kan? Maaf ya gue ga sengaja."

"Sedikit sakit sih, tapi ga papa maaf lo gue terima," balasnya dengan senyum mengembang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

30 menit berlalu kini latihan basket pun telah usai.

"Nih minum Ta! Yang banyak abis kesenter bola kan," ujar Glasia memberikan minuman.

"Dih apa hubungannya kesenter bola sama minim air!" Ujar Karaya tak santai.

"Syutt udah-udah!" Rerai Alleta, selanjutnya gadis itu mengambil minuman yang ada di tangan Glasia dan meminumnya, "makasih Glas pengertian banget, jadi sayang heheh."

"Sama gua engga?" Ujar Karaya seraya memanyunkan bibirnya, melihat itu Alleta dan Glasia tertawa lantas memeluknya.

"Hmm gue duluan ya kalian hati-hati," pamit Karaya.

"Gue juga duluan ya Glas, Glasia hati-hati," ujarnya.

Alleta berjalan menuju halaman depan, dirinya sangat ingin cepat pulang rasanya hari ini sangat lelah ditambah kepalanya yang berdenyut akibat tersenter bola.

Bugh!

"Au!" Alleta terjatuh.

"Lo ga liat ada batu di situ!" Ujar Alano dengan ketus. Alleta hanya menunduk.

"Apa yang sakit?" Tanyanya lagi.

"Lutut gue," rintih Alleta.

Alano membungkuk memegang bahu Alleta, "ayo gua bantu."

Tak sengaja mata Alano bertemu dengan mata indah milik Alleta keduanya membeku menatap satu sama lain hingga akhirnya tersadar.

Alano lantas menopang gadis itu membawanya menuju mobil.

"Masuk Ta," ujar Alano matanya menatap lekat pada gadis itu.

"Iy..iya" jawabnya gugup. Alleta memegang jantungnya yang berdegup kencang ia merasa hatinya mulai tidak beres.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jangan pergi dari lapak ini ya🙏🤗

Terimakasih 🤗

Jangan lupa vote and comen ❤️

ALANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang