Ketika rasa itu sudah nyaman oleh kehadiranmu namun kini, perasaan itu seolah-olah harus dipaksa untuk berhenti.
*****
Setelah makan-makan mereka tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan sebentar di taman yang berada di sebrang cafe tersebut, mereka mengobrol, bercanda gurau hingga tak terasa kini matahari sudah tenggelam.
"Pulang yuk" ajak Fitri
Mereka semua pun sepakat untuk pulang kerumah masing-masing karena hari sudah semakin malam. Awalnya Aish menolak ajakan Daffin untuk mengantarkan dirinya pulang namun Daffin memaksanya, mau tidak mau dia pulang dengan Daffin.
Namun belum sampai dirumah Aish, Aish meminta agar Daffin menurunkannya di depan kompleks rumahnya, awalnya Daffin bingung, tapi Aish pun pada akhirnya menceritakan semuanya, tentang Arkana yang kini lebih sensitif jika bertemu dengan Daffin
"Jadi Abang lu gak kasih gua restu?"
"Hah? Restu apaan?" Gadis itu terlalu polos, sehingga kadang membuat Daffin kesal sendiri
"Restu untuk jadi pacar lu, gak peka banget sih" ketus Daffin
"Oh... Yaudah kak Daffin pulang sono"
"Sebenernya gua ingin ketemu sama Abang lu yaa sekalian minta maaf juga"
"Jangan kak, nanti ya ketika keadaan mulai membaik" Aish tau belum gimana Arkana jika dia sudah tidak menyukai orang itu maka sulit baginya untuk menerima penjelasan dari orang.
"Gua balik" Daffin pun memakai kembali helmnya dan menyalakan motornya, lalu perlahan melajukan motornya
Sekarang Aish hanya perlu berjalan kaki untuk sampai kerumahnya memang sih tidak terlalu jauh, namun jika berjalan kaki ya cukup membuat cepek dan memakan waktu yang lebih lama sedikit.
Setelah berjalan kaki cukup lama kini Aish sudah sampai di depan rumahnya dan terlihat ada mobil Arkana yang terparkir digarasinya. Jelas saja Arkana sudah pulang, sekarang kan sudah malam. Pastinya Aish harus mempersiapkan ceramah dari sang kakak.
"Ya ampun si non teh baru pulang, dari mana aja atuh non?" Tanya Bi Sumi seraya menutup kembali pintu
"Baru jam setengah delapan kok Bi, emang kenapa? Abang nyariin Aish?"
"Iya Aden teh kayak kesel gitu non, tapi Bibi gak tau si Aden marah-marah kenapa"
"Yaudah Bi Sumi kembali aja ke dapur atau Bi Sumi istirahat aja ya" Aish tersenyum simpul
Bi Sumi pun mengangguk lalu dia kembali ke dapur karena masih ada tugas yang belum dia selesaikan.
Baru saja melangkah ke ruang tamu, Arkana pun tiba-tiba datang menghampirinya dengan muka yang terlihat marah.
"Dari mana aja?"
"Kan Aish udah izin sama Abang kemaren, Aish mau ke toko buku sama El dan Fitri"
"Sampe jam segini?"
"Tadi sekalian jalan-jalan sebentar sama mereka bang"
"Beneran cuma sama mereka doang?" Tanya Arkana
"Iya"
"Sejak kapan kamu pandai bohong sama Abang? Kamu jalan kan sama Daffin?"
Tubuh Aish bergetar, tangannya meremas roknya menandakan ia gugup, dengan sudah payah Aish menelan ludahnya.
"Aish gak bermaksud berbohong" Aish hanya bisa menunduk saja, dia tidak berani jika harus bertatapan dengan Arkana.
"Terus apa? Nyatanya Aish bohong sama Abang. Semenjak kamu kenal sama Daffin kamu jadi suka bohong ya sama Abang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomantiekKebohongan itu seperti bom waktu yang akan meledak kapanpun. ***** [Revisi setelah tamat]